Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Pejabat Jepang Sering Mengundurkan Diri, tapi Pejabat Indonesia Tidak?

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot instagram bintang emon
Tangkapan layar unggahan instagram Bintang Emon soal kebiasaan mundur pejabat Jepang
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Komika Bintang Emon membuat konten sindiran yang membandingkan pejabat di Jepang dengan pejabat Indonesia.

Dalam video yang diunggah di Instagram Bintang Emon, Bintang menampilkan kolase tangkapan layar sejumlah berita pejabat Jepang yang mengundurkan diri. 

Salah satunya berita tentang menteri ekonomi Jepang yang mengundurkan diri setelah anak buahnya tersandung kasus korupsi.

Lantas, pria pemenang Stand Up Comedy Academy 3 itu menyindir pejabat Jepang yang mudah sekali mengundurkan diri.

"Gue kira tuh Jepang sebagai negara gede, sebagai negara maju itu udah sempurna. Segala aspeknya. Sampai gue lihat berita tadi. Ya Allah, cupu banget mentalnya. Dih malu doang undurin diri. Buset dah," ungkapnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bisakah Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Menggugat Panitia dan Pihak Keamanan? Ini Kata Pakar Hukum

Bintang Emon menjelaskan, seharusnya pejabat Jepang itu menyalahkan pihak lain dulu sebelum mengundurkan diri.

"Salahin dulu pihak lain, kalau nggak potong buntut kek. Kan bawahan lu banyak. Panpel olimpiade Tokyo ada, Kapolres Kyoto bisa itu dibuang semuanya," katanya.

"Langsung undurin diri, lu terlalu cepet ngambil keputusan. Harusnya, lu tuh bikin aturan yang membebaskan lu dari tanggung jawab. Ya walaupun itu bukan ranah lu ya. Tapi lu bikin aja, jadi peserta yang ngga setuju dengan itu nggak bisa partisipasi, lu bisa bikin kan lu otoritas tertinggi," lanjut Bintang Emon.

Baca juga: Detik-detik Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Versi Media AS, Terjadi Mulai Pukul 21.39

Dengan ekspresi yang membuat kesal, Bintang Emon menegaskan kembali gara-gara malu pejabat mengundurkan diri.

"Hah, gara-gara malu doang mundurin diri, gara-gara lu malu jabatan-jabatan yang udah nungguin nih yang lu jadiin sebagai tujuan berikutnya jadi ngga tercapai. Elektronik lu doang bagus, ngadu mental pejabat sama mari mah berani gua," tutupnya.

Dalam unggahannya, Bintang Emon juga menambahkan keterangan.

"Indonesia > Jepang. Dah ah terakhir. Gudlak tim independen, doa dan harapan korban bersamamu," tulisnya.

Pernyataan Bintang Emon itu banyak dikaitkan soal tragedi Kanjuruhan yang menewaskan ratusan orang, namun hingga saat ini tidak ada pejabat yang mengundurkan diri.

Baca juga: Bintang Emon dan Deretan 10 Besar Sosok Trending di Google Indonesia...


Lantas, mengapa mengapa pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara pejabat Indonesia tidak?

Alasan pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara Indonesia tidak

Sosiolog Universirtas Airlangga Bagong Suyanto menjelaskan alasan mengapa pejabat Jepang sering mengundurkan diri, sementara Indonesia tidak.

Menurutnya, hal ini soal kultur.

Di Jepang, kata Bagong, memiliki kultur ksatria yang mengedepankan kehormatan dan tanggung jawab.

"Di Indonesia kultur seperti itu belum tumbuh, sehingga yang dikorbankan biasanya justru aparat atau pihak-pihak yang dimensinya lebih rendah dari pejabat itu sendiri," jelasnya, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (9/10/2022).

Baca juga: Kepala Polisi Jepang Mundur Setelah Kasus Pembunuhan Shinzo Abe

Budaya malu pejabat Jepang

Sementara itu, fenomena pengunduran diri yang banyak dilakukan oleh kalangan pejabat publik Jepang, memberikan gambaran mengenai budaya politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang.

Demikian dikutip dari riset Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu dalam judul "Fenomena Pengunduran Diri di Kalangan Pejabat Publik Jepang (Studi tentang Budaya Politik Masyarakat Jepang Tahun 2007-2011)".

Dituliskan bahwa budaya mundur yang merupakan cerminan dari "budaya malu" telah menjadi ritual yang dimiliki dalam sejarah panjang bangsa Jepang.

Selain itu, "harakiri politik" yang dilakukan di kalangan pejabat publik Jepang telah menunjukan bagaimana budaya politik yang dimiliki oleh bangsa Jepang.

"Rasa pertanggungjawaban yang besar terhadap kelompok merupakan harga mutlak yang harus dibayar oleh masing-masing individu yang berada dan menjadi bagian di dalamnya," tulis Yusy Widarahesty dan Rindu Ayu dalam risetnya.

Penelitian itu diterbitkan dalam jurnal Al-Azhar Indonesia Seri Pranata Sosial volume 2 nomor 1, Maret 2013.

Baca juga: Tragedi Kanjuruhan, Profil Dirut PT LIB, dan Ancaman Hukuman Para Tersangka...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi