Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Makin Gagal Paham Logika Kuantum

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY.COM/ GERD ALTMANN
Ilustrasi Teori Kuantum
Editor: Sandro Gatra

SEBENARNYA saya sudah cukup babak-belur dalam gagal paham terhadap apa yang disebut logika atau kuantum secara terpisah.

Maka tatkala logika dan kuantum digabung menjadi logika-kuantum wajarlah apabila saya menjadi malah makin babak-belur akibat makin gagal paham terhadap dua unsur luar biasa sulit saya pahami dengan daya otak tumpul saya.

Konon biang keladi istilah logika-kuantum adalah pemikir terkemuka Amerika Serikat bernama Hilary Putnam yang telah banyak berjasa dalam mempersembahkan kontribusi pemikiran terhadap metafisika, epistemologi, linguistik, filsafat pemikiran, sains, matematika, dan logika.

Putnam tersohor berkat ujar-ujar keimanan logikal bahwa “quantum logic is the true logic” yang telah berhasil “meyakinkan” secara alasanologis bahwa tersedia alasan empirikal untuk mengedepankan logika kuantum ketimbang logika klasikal.

Bahwa fisika kuantum pada prinsipnya de facto empirikal akibat pada hakikatnya pergeseran keyakinan ke arah logika-kuantum serta merta memecahkan teka-teki kuantum mekanika yang menghantui sampai dibawa ke alam baka oleh Albert Einstein.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mujur tak teraih, nahas tak tertolak keruwetan logika kuantum makin diperuwet oleh Hilary Putnam dengan formula hukum distribusi logika kuantum bikinan diri sendiri, yaitu p&(qvr)=(p&q)v(p&r).

Mohon jangan tanya ke saya mengenai makna formula hukum distribusi logika kuantum tersebut sebab saya sudah cukup gagal paham makna sang logika kuantum an sich sebelum diformulakan hukum distribusinya atau distribusi hukumnya oleh Hilary Putnam.

Demi memperparah suasana gagal-paham yang sudah parah, saya menambahkan beban bingungologis pada naskah gagal-paham logika kuantum (atau logika kuantum?) ini dengan meng-copy-pasti sabda Hilary Putnam sebagai berikut “I became aware that to be able to read the results of an experiment and know which logic it supports. We must already start with some kind of reasoning. So not all logic is gained from observation. I still believe that there are facts in the world that determine which logic is appropriate to use in each case, and that no logic is better than another”.

Dari kalimat berbelit ke dan dari berbagai arah itu dapat disimpulkan bahwa sang maha pemikir hebat ini memang mengutamakan kerendahan hati sebagai pedoman perjalanan upaya mencari makna apa yang disebut sebagai logika baik secara tergabung maupun terpisah dari kuantum sambil secara sadar berikhtiar menghindari generalisasi gaya gebyah-uyah berkedok cetirus paribus berdasar keimanan logikal bahwa tidak ada jenis logika yang lebih logis ketimbang logika lainnya. Termasuk apa yang disebut sebagai logika kuantum itu sendiri.

Di dalam pemikiran Hilary Putnam yang tersohor senantiasa kritis terhadap diri sendiri terasa kehadiran suasana demokratis sejati yang mendambakan keadilan logika bagi seluruh umat manusia termasuk manusia Indonesia berarti termasuk saya.

Namun saya sendiri masih bingung tentang sebenarnya mana yang lebih logis maka lebih benar antara logika kuantum atau kuantum logika.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi