KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan 131 anak mengalami gagal ginjal akut misterius. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah penurunan volume urine, bahkan ada yang tidak buang air kecil sama sekali.
Berdasarkan temuan IDAI, beberapa gejala lain yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius ini adalah batuk, pilek hingga muntah, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.
Kasus gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya tersebut telah dilaporkan sebanyak 131 kasus pada periode Januari-September 2022.
Ratusan kasus itu tersebar di 14 provinsi, antara lain, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.
Gejala gagal ginjal selanjutnya yang akan muncul beberapa hari setelah batuk, pilek, diare, muntah, dan demam adalah tidak bisa buang air kecil.
Pasien tidak dapat mengeluarkan urine seperti yang dialami seorang penderita dehidrasi berat pada umumnya.
Penyebab masih diselidiki
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab munculnya penyakit itu.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini masih menyelidiki kasus gangguan ginjak akut tersebut.
Dugaan sementara, gangguan itu muncul akibat konsumsi obat yang mengandung etilen glikol.
Baca juga: Muncul Gangguan Ginjal Akut Misterius, Kemenkes: Diduga Keracunan Obat Mengandung Etilen Glikol
Sebagai informasi, etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna atau berbau dan berkonsistensi kental, seperti sirup pada suhu kamar.
Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.
Diduga konsumsi obat mengandung etilen glikol
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahri menuturkan, dugaan ini merupakan hasil diskusi dengan tim dari Gambia yang menangani kasus serupa.
"Dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol. Tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut karena tidak terdeteksi dalam darah. Dugaan mengarah ke intoksikasi (keracunan)," kata Syahril.
Syahril mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta membentuk tim yang terdiri dari IDAI dan Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Dirjen Layanan Kesehatan (Yankes) juga telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.
Kendati demikian, hingga kini belum ditemukan bakteri atau virus spesifik yang menyebabkan terjadinya gangguan ginjal akut.
"Hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik. Tambahan kasus bulan Oktober 3 anak, sehingga total 40 anak," kata dia.
Baca juga: Ratusan Anak Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius, Penyebabnya Belum Diketahui
Kasus gagal ginjal akut di Gambia
Sebelumnya dilaporkan sebanyak 66 anak dilaporkan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut di Gambia, Afrika.
WHO lalu mengeluarkan peringatan mengenai empat sirup obat batuk dan flu yang merupakan produk medis di bawah standar.
Adapun sirup obat batuk tersebut adalah sirup obat batuk buatan Maiden Pharmaceuticals di India.
Keempat produk tersebut adalah Promoethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.
Beracun saat dikonsumsi
Berdasarkan analisa laboratorium dari sampel produk diketahui keempat produk ini tercemar dietilen glikol dan etilen glikol dalam kadar yang tak bisa diterima.
WHO menjelaskan, dietilen glikol dan etilen glikol beracun bagi manusia saat dikonsumsi dan bisa berakibat fatal.
Efek toksik yang muncul yakni sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang bisa berujung kematian.
"Semua batch produk ini harus dianggap tidak aman sampai mereka dapat dianalisis oleh Otoritas Pengatur Nasional terkait," kata WHO, dikutip dari laman resminya.
Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia.
"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," tulis BPOM dalam keterangannya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.