Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IDAI: 131 Anak Alami Gagal Ginjal Akut, Apa Penyebab dan Gejalanya?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Roman Yanushevsky
Ilustrasi gangguan ginjal akut misterius pada anak, gejala gangguan ginjal akut misterius pada anak, penyebab gangguan ginjal akut misterius pada anak.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan 131 anak mengalami gagal ginjal akut misterius. Gejala yang paling banyak ditemukan adalah penurunan volume urine, bahkan ada yang tidak buang air kecil sama sekali.

Berdasarkan temuan IDAI, beberapa gejala lain yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius ini adalah batuk, pilek hingga muntah, dikutip dari pemberitaan Kompas.com.

Kasus gagal ginjal akut yang belum diketahui penyebabnya tersebut telah dilaporkan sebanyak 131 kasus pada periode Januari-September 2022.

Ratusan kasus itu tersebar di 14 provinsi, antara lain, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Banten, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Aceh, Sumatera Barat, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Gejala gagal ginjal selanjutnya yang akan muncul beberapa hari setelah batuk, pilek, diare, muntah, dan demam adalah tidak bisa buang air kecil.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasien tidak dapat mengeluarkan urine seperti yang dialami seorang penderita dehidrasi berat pada umumnya.

Penyebab masih diselidiki

Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengaku belum mengetahui secara pasti penyebab munculnya penyakit itu.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) saat ini masih menyelidiki kasus gangguan ginjak akut tersebut.

Dugaan sementara, gangguan itu muncul akibat konsumsi obat yang mengandung etilen glikol.

Baca juga: Muncul Gangguan Ginjal Akut Misterius, Kemenkes: Diduga Keracunan Obat Mengandung Etilen Glikol

Sebagai informasi, etilen glikol adalah senyawa organik tak berwarna atau berbau dan berkonsistensi kental, seperti sirup pada suhu kamar.

Senyawa ini memiliki rasa yang manis dan kerap digunakan untuk tambahan serat pada polyester, minyak rem, kosmetik, dan pelumas.

Diduga konsumsi obat mengandung etilen glikol

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahri menuturkan, dugaan ini merupakan hasil diskusi dengan tim dari Gambia yang menangani kasus serupa.

"Dugaan ke arah konsumsi obat yang mengandung etilen glikol. Tapi hal ini perlu penelitian lebih lanjut karena tidak terdeteksi dalam darah. Dugaan mengarah ke intoksikasi (keracunan)," kata Syahril.

Syahril mengatakan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta membentuk tim yang terdiri dari IDAI dan Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Dirjen Layanan Kesehatan (Yankes) juga telah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes nomor HK.02.92/I/3305/2022 tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal.

Kendati demikian, hingga kini belum ditemukan bakteri atau virus spesifik yang menyebabkan terjadinya gangguan ginjal akut.

"Hasil pemeriksaan laboratorium Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) tidak ditemukan bakteri atau virus yang spesifik. Tambahan kasus bulan Oktober 3 anak, sehingga total 40 anak," kata dia.

Baca juga: Ratusan Anak Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius, Penyebabnya Belum Diketahui

 

Kasus gagal ginjal akut di Gambia

Sebelumnya dilaporkan sebanyak 66 anak dilaporkan meninggal dunia akibat gagal ginjal akut di Gambia, Afrika. 

WHO lalu mengeluarkan peringatan mengenai empat sirup obat batuk dan flu yang merupakan produk medis di bawah standar.

Adapun sirup obat batuk tersebut adalah sirup obat batuk buatan Maiden Pharmaceuticals di India.

Keempat produk tersebut adalah Promoethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup, dan Magrip N Cold Syrup.

Beracun saat dikonsumsi

Berdasarkan analisa laboratorium dari sampel produk diketahui keempat produk ini tercemar dietilen glikol dan etilen glikol dalam kadar yang tak bisa diterima.

WHO menjelaskan, dietilen glikol dan etilen glikol beracun bagi manusia saat dikonsumsi dan bisa berakibat fatal.

Efek toksik yang muncul yakni sakit perut, muntah, diare, ketidakmampuan buang air kecil, sakit kepala, perubahan kondisi mental, dan cedera ginjal akut yang bisa berujung kematian.

"Semua batch produk ini harus dianggap tidak aman sampai mereka dapat dianalisis oleh Otoritas Pengatur Nasional terkait," kata WHO, dikutip dari laman resminya.

Namun, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," tulis BPOM dalam keterangannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi