Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

4 Fakta Sosok Wanita yang Mengaku Penjual Dawet di Kanjuruhan

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Imron Hakiki
Pintu keluar tribun 3 Stadion Kanjuruhan.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Sosok wanita yang mengaku sebagai penjual dawet yang sempat memberikan kesaksian dalam tragedi Kanjuruhan akhirnya muncul ke publik.

Sebelumnya, video rekaman kesaksiannya soal tragedi Kanjuruhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang (1/10/2022) sempat viral di media sosial.

Dalam video itu, wanita tersebut mengaku sebagai penjual dawet dan memberikan saat tragedi Kanjuruhan terjadi.

Namun, kesaksian itu penuh dengan kejanggalan setelah salah satu Aremania, Achmad Ghozali menelusuri bahwa tidak ada penjual dawet di sekitar pintu 3 Stadion Kanjuruhan.

"Saya katakan itu (pedagang dawet) tidak ada. Kami sudah cross-check ke sana (Stadion Kanjuruhan) tidak ada," ujarnya kepada Kompas.com (4/10/2022).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berikut fakta yang dirangkum oleh Kompas.com:


Baca juga: Penjelasan Dokter soal Apakah Mata Merah Korban Kanjuruhan akibat Gas Air Mata Bisa Sembuh?

1. Kader dan eks pengurus PSI

Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Dea Tunggaesti memastikan, sosok wanita yang mengaku sebagai penjual dawet di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur itu adalah kader PSI.

Kader PSI ini bernama Suprapti Fauzie yang berasal dari PSI Kabupaten Malang.

"Saya jelaskan fakta hukum yang terjadi ya. Bahwa Ibu Suprapti itu pernah menjadi pengurus PSI sudah lama sekali," terang Dea, dikutip dari Kompas.com, Kamis (13/10/2022).

DPP PSI Kabupaten Malang Yosea Suryo Widodo juga angkat bicara soal kesaksian palsu yang dilakukan oleh salah satu anggotanya ini.

Dilansir dari KompasTV, Yosea mengatakan bahwa Suprapti memang pernah menjadi anggota PSI, tetapi sudah tidak menjadi pengurus per Juni 2020.

Baca juga: Gas Air Mata di Stadion Kanjuruhan Kedaluwarsa, Apa Dampaknya?

2. Dipecat sebagai kader

Sekjen PSI Dea Tunggaesti mengungkapkan bahwa Suprapti langsung dipecat saat itu usai rekaman suara berisi kesaksiannya viral.

"Iya (dipecat). Sudah bukan anggota PSI. Bukan lagi kader," sambung Dea.

Dea mengatakan, pemecatan terhadap Suprapti tidak melalui sidang etik mahkamah partai. Sebab, Suprapti hanya kader biasa dan bukan pengurus.

"Kalau dia pengurus, maka kita harus menggunakan mekanisme kode etik partai. Tapi kalau dia kader, kita bisa berhentikan apabila tidak sejalan dengan DNA PSI," jelasnya.

Baca juga: Viral, Unggahan Mata Merah Korban Kanjuruhan akibat Gas Air Mata, Apakah Bisa Sembuh?

3. Minta maaf ke keluarga korban tragedi Kanjuruhan

Sebelumnya, video ketika Suprapti meminta maaf kepada keluarga korban Tragedi Kanjuruhan sempat ramai di media sosial.

Video itu diunggah oleh @AremaniaCulture pada Rabu (12/10/2022).

"Saya Bu Prapti memohon maaf, karena berhubung dengan voicenote yang beredar kemarin," ujarnya dalam video tersebut.

Suprapti bersimpuh sambil meminta maaf kepada keluarga Nawi, dirigen Curva Nord Aremania yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan.

Dalam rekaman kesaksian palsunya, dia sempat menyebut Nawi mabuk saat kejadian. Ia pun mengklaim Aremania mabuk, berbuat rusuh saat tragedi, serta memukuli polisi.

Saat meminta maaf kepada keluarga Nawi, wanita itu mengenakan seragam kerja berwarna cokelat atau khaki yang menyerupai seragam PNS.

Namun, belum dipastikan apakah yang bersangkutan menjabat sebagai PNS atau bukan.

Baca juga: Update Tragedi Kanjuruhan: Pemberi Perintah Gas Air Mata Bisa Jadi Tersangka | Saat Kejadian, Pintu 12 dan 13 Stadion Tertutup

4. Mengaku tidak diperintah siapapun

Dalam video permintaan maafnya itu, wanita tersebut juga mengatakan bahwa dirinya membuat rekaman kesaksian tanpa perintah pihak mana pun.

"Demi Allah saya nggak ada settingan apa-apa, dan saya bukan suruhan siapa-siapa," jelasnya, dikutip dari KompasTV.

Sejak kesaksiannya viral, wanita yang mengaku penjual dawet di Stadion Kanjuruhan ini dicari karena kesaksiannya penuh kejanggalan.

(Sumber: Kompas.com/ Penulis: Adhyasta Dirgantara, Ikhsan Abdul Hakim, | Editor: Sabrina Asril, Bayu Galih, Hariyanto Kurniawan)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi