Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal 2 Macam Metode Cuci Darah untuk Gagal Ginjal

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi pasien mendapatkan perawatan di Rumah Sakit.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendata 131 anak menderita gangguan ginjal akut sejak Januari 2022.

Diberitakan Kompas.com, Rabu (12/10/2022), terdapat beberapa gejala yang muncul dari gangguan ginjal akut misterius.

Hal itu dikatakan Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati.

Baca juga: Apa Itu Etilen Glikol? Diduga Jadi Pemicu Gangguan Ginjal Akut Misterius

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala gangguan ginjal akut

Berikut gejala gangguan ginjal akut:

Baca juga: IDAI: 131 Anak Alami Gagal Ginjal Akut, Apa Penyebab dan Gejalanya?


Diberitakan Antara, Selasa (11/10/2022), gangguan ginjal akut misterius hingga saat ini belum diketahui penyebabnya.

Mengingat IDAI masih mendalami akar masalah penyakit tersebut, orangtua diimbau waspada bila gejala spesifik muncul.

Sementara ini, Eka mengatakan, dokter anak melakukan berbagai intervensi seperti terapi obat atau cairan agar urine kembali diproduksi pada beberapa kasus pasien yang ketika datang ke rumah sakit dalam kondisi tidak ada produksi urine.

"Untuk pasien yang seperti ini, artinya kami hanya memberikan pengobatan konservatif tanpa terapi cuci darah," ujar dia.

Namun, untuk pasien yang tetap tidak memproduksi urine setelah diberikan obat, maka tindakan cuci darah diperlukan seperti hemodialisis, dialisis peritoneal (cuci darah lewat perut), ataupun metode lain yang lebih canggih dan kontinu.

Baca juga: IDAI Ungkap 5 Gejala Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak, Apa Saja?

Lantas, apa itu cuci darah hemodialisis dan peritoneal dialisis?

Dua macam metode cuci darah

1. Hemodialisis

Dilansir dari laman rsudibnusina.gresikkab.go.id, hemodialisis adalah salah satu terapi untuk menggantikan kinerja tubuh seperti:

Pada proses hemodialisis, darah dialirkan ke luar tubuh dan disaring di dalam ginjal buatan (dialyzer). Darah yang telah disaring kemudian dialirkan kembali ke dalam tubuh.

Seseorang harus menjalani hemodialisis apabila fungsi ginjal seseorang telah mencapai tingkatan terakhir (derajat 5) dari penyakit ginjal kronis.

Selengkapnya baca di sini.

Baca juga: Fakta soal Sirup Obat Batuk yang Diduga Sebabkan Gagal Ginjal Akut hingga Kematian 66 Anak di Gambia

2. Peritoneal dialisis atau CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis)

Dilansir dari laman Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI), peritoneal dialisis adalah pilihan perawatan dialisis bebas jarum yang baik untuk mengantikan fungsi ginjal.

Peritoneal dialisis menggunakan membrane peritoneal sebagai filter pembersihan zat sisa dan membuang kelebihan cairan.

Kateter peritoneal dialisis berupa selang kecil dan lunak, dimasukkan melalui prosedur pembedahan ke dalam rongga perut.

Larutan dialisis akan mengalir ke rongga peritoneal melalui kateter sehingga terjadi pertukaran cairan.

Peritoneal dialisis menawarkan lebih banyak fleksibilitas. Berikut sejumlah

Selengkapnya baca di sini.

Baca juga: 10 Tanda Ginjal Bermasalah dan Penyebabnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi