Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Kamar Kos Penuh Sampah, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
TikTok/@nurambar00
Tangkapan layar video TikTok kamar kos penuh sampah.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Video yang menayangkan sebuah kamar kos penuh dengan sampah, viral di media sosial TikTok.

Diunggah oleh akun ini pada Rabu (12/10/2022), video memperlihatkan sampah memenuhi setiap sudut kamar bernuansa gelap.

Tampak dalam kamar, gunungan sampah dengan botol-botol plastik minuman beraneka rasa.

Tak hanya itu, kamar juga dipenuhi dengan sampah kertas, bungkus makanan ringan, dan plastik.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahkan saking banyaknya sampah, tak ada lagi tempat untuk sekadar duduk atau berbaring dalam kamar.

"setiap hari nggk pernah berbaur sama tetangga kalo masuk pun diem diem, eh taunya pas kosan dibuka berasa gudang padahal yg ngontrak cewek cantik," tulis pengunggah.

Adapun, unggahan yang menayangkan kamar kos penuh sampah ini sudah ditonton lebih dari 8,3 juta kali dan disukai oleh lebih dari 509.300 pengguna.

Merespons video pengunggah, beberapa warganet mengatakan bahwa penghuni kamar mengidap hoarding disorder.

Lantas, benarkah hoarding disorder adalah penyebabnya?

Baca juga: Video Viral Bandara Komodo Labuan Bajo Tergenang Air dan Plafonnya Jebol, Ini Kata Kemenhub

Penjelasan psikolog

Psikolog dari Unika Soegijapranata Semarang Christin Wibhowo membenarkan, hoarding disorder sebagai pemicu perilaku menumpuk sampah seperti dalam unggahan TikTok.

"Betul, itu namanya hoarding disorder," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (15/10/2022).

Christin menjelaskan, hoarding disorder termasuk dalam obsesif kompulsif terkait trauma.

Obsesif kompulsif sendiri merupakan pemikiran dan perilaku berulang-ulang, dan masuk dalam gangguan kecemasan.

Dengan demikian, menurut Christin, orang dengan hoarding disorder sebenarnya mengalami masalah-masalah yang dia sendiri tidak bisa mengatasi.

Seseorang bisa dikatakan hoarding disorder apabila menyimpan barang tidak berguna atau tidak dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari.

"Dia tidak bisa membedakan mana yang berharga dan mana yang sampah, pokoknya semua dikumpulin," terang Christin.

Bagi seseorang dengan hoarding disorder, akan merasa cemas apabila ada sesuatu terbuang. Oleh karenanya, dia menyimpan semua barang, termasuk sampah.

Baca juga: Viral, Video Oknum Anggota DPRD Buton Digeruduk Warga Lagi Berduaan dengan Istri Orang Dalam Mobil

Penyebab hoarding disorder

Menurut Christin, hoarding disorder sudah bisa dialami sejak anak-anak. Biasanya, anak dengan gangguan ini senang menyimpan barang yang tidak dibutuhkan.

Perilaku ini salah satunya dipicu oleh kehilangan seseorang yang dicintai, sehingga dia menganggap akan lebih aman apabila menyimpan sesuatu agar tak lagi kehilangan.

"Jangan-jangan mungkin dia pernah kehilangan orang. Dia lagi senang sama mamahnya, tetapi mamahnya pergi ke kantor," ujar Christin mencontohkan.

Meski biasanya sudah terlihat sejak anak, hoarding disorder akan lebih tampak saat menginjak usia remaja atau usia 50 tahun ke atas.

Pasalnya, usia 50 tahun merupakan masa-masa kehilangan, termasuk kehilangan teman maupun kehilangan anak karena merantau.

Baca juga: Twit Viral Saldo Aktif JHT BPJS Rp 13 Juta, Apakah Bisa Diklaim dengan Status Kepesertaan Nonaktif?

Gejala hoarding disorder

Christin menuturkan, gejala hoarding disorder tingkat rendah adalah kamar yang terlihat berantakan.

Naik ke tingkat menengah, berantakan tidak hanya kamar tetapi merambat ke rumah.

"Tahap menengah tidak hanya kamar, rumahnya mulai begitu. Baunya sudah mulai tidak enak, isinya barang-barang rongsok sampai sulit masuk ke rumahnya," kata Christin.

Sementara itu, pada tingkat tinggi, rumah sudah tidak bisa dihuni lagi karena saking berantakan dan beraroma tidak sedap.

"Sampai tidak bisa dihuni, baunya tidak karuan, semua hal tidak berfungsi, nah itu sudah mulai tingkat tinggi," imbuhnya.

Di sisi lain, ciri atau gejala yang umumnya dialami oleh pengidap hoarding disorder adalah tersinggung atau marah saat dinasihati.

Misalnya, saat diberi tahu bahwa perilaku menimbunnya tidak baik, dia akan marah karena merasa barang-barang tersebut tetap aman pada tempatnya.

Baca juga: Viral, Unggahan Kamar Indekos Penuh Sampah, Hoarding Disorder?

Guna mengetahui apakah perilaku menimbun barang tidak berguna merupakan hoarding disorder, menurut Christin, perlu memeriksa kualitas hidupnya.

Apabila ternyata kualitas hidup termasuk karier serta hubungan dengan keluarga dan teman baik, maka tidak termasuk hoarding disorder.

Sebaliknya, apabila pekerjaan maupun hubungan dengan keluarga dan teman buruk, patut dicurigai terkena gangguan ini.

"Cek apakah karier, hubungan dengan teman dan keluarga baik atau tidak," kata Christin.

Adapun untuk mencegahnya sejak dini, orangtua sebaiknya tidak terlalu sering meninggalkan anak.

"Jadi kalau pergi pertimbangkan dengan baik, jangan saat anak lagi ngapain langsung ditinggal," kata Christin.

Meski bermaksud agar anak tidak menangis, tetapi terlalu sering tiba-tiba meninggalkan bisa mengakibatkan kecemasan. Imbasnya, dia akan "memegang erat" apa yang dimiliki.

"Ayah ibu, anak-anak di bawah usia 12 tahun itu sedang pengin banget lekat, puaskan dengan porsinya. Jadi nanti, ketika dia ditinggal pergi orang, dia tidak merasa diabaikan," papar Christin.

Sementara itu, apabila melihat seseorang dengan hoarding disorder, sebaiknya segera ajak berkonsultasi ke psikolog.

"Jangan lupa, kalau ada orang dengan hoarding disorder, segera ajak ke psikolog. Karena dai tidak mungkin sadar ke psikolog sendiri," pesan Christin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi