Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerap Dianggap Lebih Lemah dari Generasi Sebelumnya, Ada Apa dengan Generasi Z?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/ tirachardz
Ilustrasi generasi Z.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Baru-baru ini, karakteristik generasi Z kerap dianggap lebih lemah dari generasi sebelumnya, terutama di tempat kerja.

Sejumlah video di media sosial bahkan memperlihatkan karakteristik generasi Z ketika berhadapan dengan masalah di dunia kerja.

Responnya sangat berbeda dengan generasi sebelumnya.

Salah satu twit di Twitter juga sempat menyinggung soal generasi X yang menganggap bahwa anak muda sekarang cenderung lebih cengeng.

"Anak muda cengeng? Teman2 satu generasiku (GenX) sering ga paham knp anak muda ngomong 'mental health'. Cengeng, katanya. Akupun sempat ga ngerti anak muda. Tp aku akhirnya paham saat nemu analisis ekonomi politik utk itu, jg ngobrol dg bbrp anak muda. Bukan, bukan cengeng," tulis akun ini.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Indonesia Didominasi Generasi Milenial dan Generasi Z, Apa Plus Minusnya?

Dilansir dari Investopedia, generasi Z adalah seseorang yang lahir pada 1997-2012 atau saat ini berusia 18-25 tahun.

Lantas, ada apa dengan generasi Z sehingga kerap dianggap lebih lemah dari generasi sebelumnya?

Penjelasan ahli

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa generasi Z yaitu anak muda yang saat ini memasuki dunia kerja mengalami peningkatan krisis kesehatan mental, seperti mudah depresi, cemas, melukai diri sendiri, dan bunuh diri.

Hal itu sebagaimana data dalam jurnal JAMA Pediatrics yang melaporkan bahwa 1 dari 7 orang dewasa muda dan anak-anak saat ini memiliki kondisi kesehatan mental.

Namun, ada faktor lain yang menyebabkan mengapa krisis kesehatan mental meningkat di generasi Z.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Generasi Sandwich


Hubungan generasi Z dengan pola asuh orang tua

Dikutip dari Forbes, seorang psikolog sosial dan Profesor Kepemimpinan Etis di Stern School of Business Universitas New York Jonathan Haidt mengatakan, pola asuh orang tua juga menjadi faktor mengapa generasi Z kerap mengalami krisis kesehatan mental.

Di Amerika misalnya, orang tua semakin lebih protektif kepada keselamatan anaknya sepanjang 1990-an.

Begitupun di Indonesia, di mana pada tahun tersebut, Indonesia juga mengalami krisis ekonomi yang sangat berdampak.

Tak hanya itu, perkembangan media sosial juga turut andil dalam peningkatankrisis kesehatan mental pada generasi Z.

Haidt mengatakan, penggunaan media sosial memiliki beberapa hubungan dengan depresi dan kecemasan, terutama untuk anak perempuan.

Baca juga: Mendominasi Penduduk Indonesia, Mari Mengenal Generasi Z dan Milenial

Apakah generasi muda selalu terlihat lemah?

Dikutip dari BBC, bukti menunjukkan bahwa generasi yang lebih muda memang memiliki sifat-sifat yang mungkin dianggap oleh generasi sebelumnya sebagai tanda kelemahan.

Kendati demikian, para ahli juga percaya bahwa generasi yang lebih tua cenderung akan memandang generasi berikutnya dengan standar yang lama. Hal ini sudah menjadi seperti norma.

Bahkan, memandang rendah orang dewasa muda adalah naluri bawaan yang sudah lama ada sehingga tidak mungkin untuk dibatalkan.

Peter O’Connor, profesor manajemen di Queensland Institute of Technology, Australia, mengatakan, memandang rendah generasi yang datang merupakan sifat manusia.

"Kecenderungan orang dewasa untuk meremehkan karakter anak muda telah terjadi selama berabad-abad," kata Peter.

Baca juga: Benarkah Anak Mewarisi Sifat Orangtua?

Bagi banyak ahli, hal tersebu ttidak menunjukkan bahwa generasi muda lebih lemah daripada generasi yang lebih tua.

Sebaliknya, hal tersebut hanyalah cara menilai generasi yang dibentuk oleh masyarakat modern dan berfokus pada teknologi dengan standar beberapa dekade yang lalu.

"Generasi sebelumnya diajarkan untuk menindas alih-alih mengekspresikan, tetapi untuk generasi yang lebih baru justru sebaliknya," kata Dr Carl Nassar, seorang profesional kesehatan mental di LifeStance Health.

"Itu menyebabkan keretakan persepsi, dengan generasi yang lebih tua melihat ekspresi ini sebagai tanda kelemahan, karena mereka diajari bahwa kerentanan adalah kelemahan dan bukan kekuatan," imbuhnya lagi.

Nassar percaya bahwa kiasan generasi muda yang lebih lemah sebagian besar bersifat anekdot dan didasarkan pada ketidakcocokan antara bagaimana generasi yang berbeda mengekspresikan masalah mereka.

Baca juga: Kontak Kulit Bayi dan Orangtua, Apa Saja Manfaatnya?

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo HATI-HATI, KECANDUAN GAME TERMASUK GANGGUAN MENTAL

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi