Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bolehkah Memberi Obat Sirup Parasetamol pada Anak? Ini Kata Dokter dan IDAI

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK
Ilustrasi anak minum obat.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Dokter penyakit dalam, dr. Andi Khoemini Takdir Haruni, Sp.PD menyampaikan kepada masyarakat untuk menghindari obat parasetamol berbahan EG (Etilen-Glikol) atau DEG (Di-Etilen-Glikol). 

Informasi tersebut disampaikannya melalu akun Twitter miliknya, @dr_koko28 pada Selasa (18/10/2022).

"Untuk sementara waktu teman2 mohon hindari pemakaian obat sirup parasetamol. Apalagi yang mengandung etilon-glikol dan atau di-etilen-glikol.

Ditengarai sebagai satu dari beberapa penyebab terjadinya gangguan fungsi ginjal akut pada anak-anak.

Note : Oktober-2022," tulis Andi dalam twitnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ia juga menjelaskan bahwa bahan tersebut sudah menjadi perhatian setelah adanya kasus gagal ginjal pada anak-anak di Gambia setelah konsumsi obat terkontaminan EG dan DEG.

Hingga Selasa (18/10/2022) malam, twit tersebut telah diretwit sebanyak 6.400 kali dan disukai lebih dari 15.000 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Bisa ganti obat parasetamol sirup ke puyer

Meski begitu, Andi mengimbau kepada masyarakat untuk jangan panik dan tetap mencermati komposisi label pada obat parasetamol.

"Teman-teman jangan panik. Baca label. Kenali isi. Penting untuk tahu dari mana asal obat tersebut," ujar Andi kepada Kompas.com, Selasa (18/10/2022).

Ia juga memberikan alternatif bentuk obat parasetamol yang bisa dikonsumsi anak yakni dalam bentuk puyer.

"Jika tidak bisa dengan obat sirup, opsinya balik ke puyer," imbuhnya.

Baca juga: Tak Larangan Resmi dari BPOM, IDAI Sebut Parasetamol Sirup untuk Anak Masih Dibolehkan

IDAI: hati-hati beri obat parasetamol sirup

Ketua Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim Basarah Yanuarso menyatakan, konsumsi obat parasetamol sirup untuk anak-anak masih diperbolehkan.

Sebab hingga saat ini belum ada larangan resmi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk menyetop konsumsi obat parasetamol sirup pada anak.

Meskipun demikian, karena penyebab gangguan ginjal akut di Indonesia yang belum pasti, ia mengimbau masyarakat agar lebih berhati-hati dalam pemberian obat parasetamol sirup yang dijual bebas pada anak.

“Bapak Ibu sekalian, enggak usah panik, ya monggo, silakan berikan paracetamol it’s okay, yang biasanya dapat obat kalau demam, dikasih oke saja,” ujar Piprim dalam Klarifikasi IDAI Terkait Gangguan Ginjal yang Dikaitkan dengan Parasetamol, Selasa (18/10/2022).

Selain itu Piprim juga merekomendasikan masyarakat untuk berkonsultasi kepada tenaga kesehatan untuk pemberian parasetamol pada anak.

Ia juga menyarankan, apabila anak demam, lebih baik tidak terburu-buru diberikan obat tetapi dengan memberinya kompres hangat terlebih dahulu.

“Demam itu kan sebenarnya mekanisme pertahanan tubuh untuk mengusir virusnya. Kalau anak demam sebetulnya sedang ada proses peperangan dalam tubuhnya untuk mengusir virusnya. Mungkin bisa kita upayakan dengan kompres hangat dulu ya,” kata dia.

“Sampai kalau ada pengumuman resmi nanti kita akan ikuti pengumuman dari badan yang berwenang, tetapi sekali lagi belum ada larangan resmi untuk kemudian menyetop penggunaan parasetamol sirup,” jelasnya. 

Sebelumnya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan 192 kasus anak yang menderita gangguan ginjal akut (acute kidney injury/AKI) misterius per 18 Oktober 2022. Penderita kebanyakan anak berusia di bawah lima tahun (balita) sampai anak usia 8 tahun.

Baca juga: IDAI: Kalau Anak Demam, Jangan Langsung Diberi Obat, Kompres Hangat Dahulu

 

Apa itu kontaminan Etilen-Glikol dalam parasetamol?

Andi menjelaskan, EG dan DEG disebut kontaminan karena kedua bahan ini tidak diperbolehkan berada pada obat.

"Jadi disebut kontaminan karena kedua bahan ini aslinya tidak boleh atau tidak dimaksudkan ada dalam obat-obatan tersebut," ujar Andi.

"Misal (sebagai contoh kontaminan) ini ada tepung (untuk membuat roti), terus ada kontaminan pasir, nah artinya pasir itu tidak seharusnya di situ," kata dia.

Ia menyampaikan, ternyata di beberapa negara yang ada obat-obatan yang ditemukan kontaminan etilen glikol dan dietilen glikol itu terjadi gangguan fungsi ginjal pada anak-anak.

Adapun sirup obat-obatan yang dimaksud, yakni:

  • Promethazine Oral Solution
  • Kofexmalin Baby Cough Syrup
  • Makoff Baby Cough Syrup
  • Magrip N Cold Syrup

Keempat produk tersebut diproduksi oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India.

"Ditengarai bahwa salah satu penyebab dari gangguan ginjal tersebut itu dari etilen glikol, dan DEG tadi," lanjut Andi.

Baca juga: IDAI: 192 Kasus Gangguan Ginjal Akut Misterius Ditemukan di 20 Provinsi

Dampak kontaminan EG dan DEG bagi kesehatan

Meski disebutkan beberapa anak di dunia yang mengonsumsi obat berbahan EG dan DEG mengalami gangguan ginjal, Andi mengatakan, hal tersebut perlu penelusuran lebih lanjut.

"Tentu ini perlu penelusuran lebih lanjut terutama dari pihak yang punya sumber daya untuk menginvestigas hal tersebut dalam hal ini adalah BPOM, Kemenkes, dan industri farmasi," ujar Andi.

Dikutip dari situs resmi BPOM, Sabtu (15/10/2022), pihaknya melakukan pengawasan secara komprehensif pre- dan post-market terhadap produk obat yang beredar di Indonesia.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk yang ditarik di Gambia tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," tulis BPOM dalam keterangannya.

Selain itu, untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat, BPOM telah menetapkan persyaratan pada saat registrasi bahwa semua produk obat sirup untuk anak maupun dewasa, tidak diperbolehkan menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG).

Namun demikian, sebagai langkah kehati-hatian, BPOM juga sedang menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG sebagai cemaran pada bahan lain yang digunakan sebagai zat pelarut tambahan.

Selain itu, Andi berharap pihak-pihak yang memiliki sumber daya untuk menginvestigasi obat-obatan dapat bergerak cepat dan segera mengumumkan obat mana saja yang tidak terkontaminasi.

"Mereka punya alatnya, dan saya pikir kalau gerak cepat tentu dengan cepat mereka bisa mengumumkan bahwa obat ini itu tidak terkontaminasi," kata Andi.

Mengenai hal tersebut, BPOM terus melakukan langkah langkah pengawasan intensif terhadap obat-obat terkait dan akan segera menyampaikan hasilnya kepada masyarakat.

(Sumber: Kompas.com/Valmai Alzena Karla Martino | Editor: Icha Rastika)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi