Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hari Ini dalam Sejarah: Tragedi Bintaro 1987, Kecelakaan KA Terparah yang Tewaskan 156 Orang

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/RENE L PATTIRADJAWANE
Kecelakaan kereta api di kawasan Bintaro, Jakarta Selatan, 1987.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Hari ini 35 tahun lalu, tepatnya 19 Oktober 1987, kecelakaan terparah dalam sejarah perkeretaapian Indonesia terjadi di daerah Pondok Betung, Bintaro, Jakarta Selatan.

Kecelakaan yang menewaskan sebanyak 156 orang ini melibatkan Kereta Api (KA) 225 Merak dan KA 220 Rangkas.

Dikutip dari Kompas.com, 19 Oktober 2020, kedua kereta bertabrakan dengan posisi adu banteng hingga salah satu lokomotif terdorong masuk ke gerbong pertama di belakang lokomotif.

Padahal, saat itu kereta dalam keadaan penuh, dengan penumpang bergelantungan di pintu, jendela, dan lokomotif.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Senin Kelam 19 Oktober 1987, Terjadinya Tragedi Bintaro...

Kronologi tragedi Bintaro 1987

Menurut catatan Harian Kompas, 20 Oktober 1987, Senin pagi itu KA 220 Rangkas membawa rangkaian tujuh gerbong dari Tanah Abang menuju ke arah Merak.

Dari arah berlawanan, ada KA 225 Merak dari Rangkasbitung menuju Tanah Abang yang menarik tujuh rangkaian gerbong.

Kedua masinis tidak mengetahui masing-masing kereta melintas di rel yang sama sebelum tragedi ini terjadi.

KA 225 Merak meluncur cepat di rel lurus yang melintasi kompleks Perumahan Bintaro Jaya.

Sementara KA 220 Rangkas mulai menggilas rel perlintasan Pasar Ulujami.

Tabrakkan keduanya pun tak dapat dihindari.

Kejadian ini mengakibatkan seluruh badan lokomotif BB-303 16 masuk dan "ditelan" oleh gerbong KB3-65 601.

Bahkan, separuh badan lokomotif BB-303 16 tertelan gerbong pertama yang ditariknya, gerbong KB3-65 601.

Imbas dari dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.

Akibat dorongan yang diterima saat tabrakan, gerbong ini meluncur bebas dan menabrak sekaligus "menelan" lokomotif di depannya.

Saat kejadian, gerbong sepanjang 21 meter tersebut dijejali ratusan penumpang.

Baca juga: Mengenang Aksi Heroik Teknisi KRL yang Tewas Dalam Tragedi Bintaro 2

Penyebab kecelakaan

Tragedi yang menewaskan 156 orang ini merupakan kecelakaan yang disebabkan oleh kelalaian petugas.

Hal ini bermula dari kesalahpahaman Kepala Stasiun Serpong yang memberangkatkan KA 225 dengan tujuan Jakarta Kota.

Kereta itu langsung meluncur menuju Stasiun Sudimara tanpa mengecek kondisi stasiun.

Alhasil, tiga jalur kereta api yang berada di Stasiun Sudimara penuh akibat kedatangan KA 225.

Di lain sisi, KA 220 di Stasiun Kebayoran juga diberangkatkan tanpa komunikasi yang baik dengan Stasiun Sudimara.

Kereta ini berada di jalur berlawanan yang mengarah ke Sudimara. Kondisi itu memaksa juru langsir di Sudimara segera memindahkan lokomotif KA 225 menuju jalur tiga.

Namun, masinis tak dapat melihat semboyan dari juru langsir karena keramaian jalur kereta saat itu dan tetap berangkat.

Baca juga: Tragedi Bintaro 19 Oktober, 33 Tahun Lalu Tanah Jakarta Berwarna Merah

Upaya yang dilakukan juru langsir untuk menghentikan KA 225 pun sia-sia.

Ditambah, lokasi kecelakaan berada di tikungan sehingga kedua masinis tak saling melihat.

KA 225 berkecepatan 30 kilometer per jam akhirnya beradu dengan KA 220 berkecepatan 25 kilometer per jam, pada pukul 06.45 WIB.

Adapun kereta, baru bisa berhenti total sekitar 200 meter setelah direm mendadak.

Bukan hanya kelalaian petugas, banyaknya korban jatuh disebabkan pula kondisi gerbong yang penuh dengan penumpang.

Saat itu, KA 225 mengangkut penumpang di luar kapasitasnya.

Pada setiap gerbong, tersedia 64 kursi rotan. Namun, jumlah itu tak cukup untuk menampung banyaknya orang yang ingin menempuh perjalanan yang sama.

Akhirnya, atap gerbong dan ruang kosong di kiri-kanan lokomotif pun juga dijejali penumpang sebagai tempat tangkringan sementara.

Baca juga: Sejarah Hari Ini: 8 Tahun Lalu, Tragedi Bintaro 2 antara KRL dan Truk Tangki Pertamina

Bantahan masinis

Sementara itu, Masinis KA 225 Slamet Suradio membantah, tuduhan Perusahaan Jawatan Kereta Api atau PJKA (kini PT KAI) yang menyebut dirinya memberangkatjan kereta tanpa perintah.

Suradio mengatakan, ia hanya mengikuti instruksi dari Pemimpin Perjalanan Kereta Api (PPKA) Sudimara.

Bahkan, dirinya berkali-kali menegaskan bahwa tudingan tersebut sebuah kebohongan besar.

Adapun akibat tragedi ini, PPKA Sudimara dianggap bersalah karena memberikan persetujuan persilangan kereta dari Sudimara ke Kebayoran tanpa persetujuan sebelumnya dari PPKA Kebayoran.

PPKA Stasiun Kebayoran juga disalahkan karena tak berkoordinasi lebih lanjut dengan Sudimara.

Masinis KA 225 yang selamat dipersalahkan karena begitu menerima bentuk tempat persilangan, langsung berangkat tanpa menunggu perintah PPKA dan kondektur.

(Sumber: Kompas.com/Rosiana Haryanti; Wahyu Adityo Prodjo | Editor Inggried Dwi Wedhaswary; Sabrina Asril; Ivany Atina Arbi)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi