Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Monetisasi Masyarakat Betawi dan Geliat Metropop

Baca di App
Lihat Foto
Kompascom
Budaya Betawi merupakan percampuran dari berbagai budaya.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Menurut Lance Castle, Jakarta didiami oleh masyarakat yang menamakan dirinya sebagai orang Betawi. Nyatanya, masyarakat Betawi ini terbentuk melalui proses yang disebut sebagai melting pot, percampuran pelbagai etnik dan budaya, baik dari dalam maupun luar Indonesia.

Seperti pada kesenian, ada “Gambang Kromong” yang berasal dari seni musik Cina, kemudian ada juga “Sahibul Hikayat” yang datang dari Timur Tengah.

Itu sebabnya, bagi masyarakat Betawi sudah biasa ada pergeseran makna ataupun percampuran budaya sebagai ekspresi masyarakatnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seperti yang diungkapkan Paramita (2019) bahwa ondel-ondel yang dulunya diarak keliling kampung untuk mengusir bala dan roh jahat, sekarang mulai dikomersialkan. Akan tetapi, budaya Betawi bukan perihal ondel-ondel saja yang mulai berubah.

JJ Rizal, sejarawan kelahiran Betawi asli, menuturkan pendapatnya perihal kehidupan dirinya sebagai bagian dari masyarakat Betawi dan erat dengan sastranya, seperti tokoh Pitung dan Djampang, dalam siniar BEGINU bertajuk “Bersyukur Lahir dari Nyak Betawi” yang dapat diakses melalui bit.ly/beginubetawi.

Si Pitung dan Si Djampang

Perihal kesusastraannya, bisa dikatakan kisah Si Pitung begitu dekat dengan masyarakat Betawi. Kedekatannya ini bukan tanpa alasan. Si Pitung kerap diceritakan membantu masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang terjajah dan tak berdaya.

Baca juga: Kerajinan Tangan Anyaman dan Peluang Bisnis Internasional

 

Itu sebabnya, tokoh Si Pitung merupakan cerminan anti kolonial yang berbekal kepandaian dan kesaktian.

Sementara tentang kisah Si Djampang, Harian Kompas pernah menerbitkan sebuah bertajuk “Si Djampang Terdesak” pada hari Senin, 31 Mei 1971, lengkap dengan lantunan pantun dan karikaturnya selayak-layaknya masyarakat Betawi. Akan tetapi, di zaman Orde Baru, Si Djampang dibuat tidak berkutik.

Si Djampang sendiri adalah tokoh masyarakat Betawi yang dikenal sebagai jawara. Namun, derasnya arus pembangunan perkotaan pada era Orde Baru membuat Si Djampang tak berkutik.

Pasalnya, di zaman itu pembangunan perkotaan sedang marak-maraknya sehingga menyebabkan masyarakat Betawi harus merelakan tanah mereka untuk dijual.

Inilah realitas yang harus dihadapi dan berujung hingga kini. Masyarakat Betawi akan memperoleh ganti rugi atas tanah yang dijual, di saat yang sama mereka harus kehilangan sawah, lahan, dan pelbagai pesona Jakarta di masa lampau.

Yang Pop dan Kekinian

Kehadiran budaya populer juga tidak mungkin kita tampik. Sesuatu yang populer sudah menjadi konsumsi sehari-hari, seperti gaya berpakaian atau sekadar minum boba. Meskipun, keseharian populer itu datang dan pergi silih berganti dan tidak hanya terjadi sekarang ini, melainkan telah terjadi sedari dulu.

Bahkan, karya Shakespeare seperti Romeo and Juliet (1597) yang sekarang dianggap sebagai kanon, dulunya merupakan bagian dari sastra populer.

Itulah mengapa, suatu budaya yang lahir dari masyarakat tidak perlu diatur atau disahkan aparat negara, terutama menjadi hak milik seseorang atau instansi, seperti yang terjadi pada Citayam Fashion Week (CFW).

Awalnya, Citayam Fashion merupakan kegiatan remaja berlatar ekonomi pas-pasan di salah satu pusat keramaian Jakarta, yaitu Dukuh Atas. Mulai mendapat perhatian publik di kala banyak para artis ikut-ikutan.

Sah-sah saja memang, siapa pun memiliki hak untuk meramaikan. Pasalnya, kegiatan para remaja itu telah berlangsung lebih dari setahun, sebelum para elit gedongan datang.

Baca juga: Tips Meminimalkan Risiko Saat Mengambil Keputusan

Akan tetapi, tanpa elit gedongan itu, CFW tidak akan masuk perbincangan nasional. Namun, ceritanya jadi lain di kala ada yang ingin mengakuisisi budaya masyarakat, yaitu pendaftaran HAKI.

Seiring berjalannya waktu, CFW pun mereda layaknya demam balita yang reda dalam semalam. Hiruk-pikuk perdebatan tak lagi terdengar. Kesimpulannya pun bisa beraneka ragam tergantung sudut pandang. Banyak yang menuduh sebuah pencurian atau penindasan.

Akan tetapi, dari kasus perubahan makna ondel-ondel, Si Pitung dan Si Djampang yang merupakan representasi harapan masyarakat, dan kepopuleran CFW, selalu ada yang sama, yakni monetisasi masyarakat.

Masih banyak informasi perihal generasi muda dari Muhammad Faisal. Simak obrolan lengkapnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Bersyukur Lahir dari Nyak Betawi” di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi