Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Leptospirosis dan Cara Mencegahnya

Baca di App
Lihat Foto
Setelah COVID-19, cacar monyet, dan gagal ginjal akut, kini muncul kasus leptospirosis yang memicu kekhawatiran.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mencatat adanya 374 kasus leptospirosis di sejumlah daerah sepanjang Januari hingga Agustus 2022.

Dari 374 kasus leptospirosis, 54 di antaranya meninggal dunia.

Sementara itu, pada September 2022, dari 22 kasus leptospirosis yang terjadi di Kota Semarang, 6 di antaranya meninggal belum lama ini.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Leptospirosis, dari Gejala hingga Pencegahannya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa itu leptospirosis, apa saja penyebabnya, dan bagaimana mencegahnya?

Penyebab leptospirosis

Leptospirosis merupakan penyakit yang disebabkan bakteri leptospira interrogans yang disebarkan melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi, seperti tikus, anjing, dan babi

Bakteri penyebab leptospirosis mudah untuk berkembang biak pada lingkungan yang kotor.

Dikutip dari laman CDC, leptospirosis adalah penyakit yang dapat menyerang manusia dan hewan, termasuk hewan peliharaan. Semua hewan berpotensi terinfeksi leptoospirosis.

Bakteri penyebab leptospirosis bisa menyebar melalui urine hewan yang terinfeksi, bisa masuk ke air dan tanah serta bisa bertahan hidup di air selama berminggu-minggu, bahkan hingga berbulan-bulan.

Tanpa pengobatan, leptospirosis bisa mengakibatkan kerusakan ginjal, meningitis, gagal hati, gangguan pernapasan hingga kematian.

Baca juga: INFOGRAFIK: Waspada Leptospirosis


Cara mencegah

Untuk mencegah tertular leptospirosis, bisa menghindari berenang atau berendam di air yang mungkin terkontaminasi urine hewan.

Selain itu juga berupaya menghilangkan kontak dengan hewan yang berpotensi terinfeksi. Serta gunakan pakaian pelindung atau alas kaki jika akan terkena air atau tanah yang terkontaminasi.

Baca juga: Tikus Jantan Takut pada Pisang, Kok Bisa?

Berikut ini hal yang harus dilakukan untuk mencegah tertular leptospirosis, dikutip dari NHS:

Selain itu, untuk mencegah leptospirosiis jangan melakukan hal di bawah:

Baca juga: Jamur Enoki Disebut Tercemar Bakteri Listeria, Ini Imbauan Kementan

Tanda dan gejala leptospirosis

Berikut ini sejumlah gejala leptospirosis, dikutip dari CDC:

  • Demam tinggi
  • Sakit kepala
  • Panas dingin
  • Nyeri otot
  • Muntah
  • Penyakit kuning (kulit dan mata kuning)
  • Mata merah
  • Sakit perut
  • Diare
  • Ruam

Gejala-gejala di atas mungkin akan disalahartikan dengan kondisi penyakit lain, selain itu beberapa orang tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Paparan seseorang ke sumber yang terkontaminasi hingga akhirnya sakit biasanya sekitar 2 hari sampai 4 minggu.

Baca juga: Imbas Lockdown, Warga Miskin Myanmar Konsumsi Tikus dan Ular

Penyakit ini biasanya dimulai dengan demam dan gejala lain, biasanya penyakit muncul dalam dua fase:

  • Fase pertama yakni: demam, menggigil, sakit kepala, nyeri otot, munth atau diare yang bisa sembuh untuk sementara waktu namun kemudian sakit lagi
  • Fase kedua yakni orang mengalami gagal ginjal atau hati atau meningitis.

Penyakit biasanya berlangsung dalam beberapa hari sampai 3 minggu atau lebih.

Jika tanpa pengobatan maka pemulihan mungkin perlu waktu berbulan-bulan.

 Baca juga: Duka Wuhan, Memulai Tahun Tikus dengan Diisolasi hingga Berebut Makanan

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Waspada Leptospirosis Saat Banjir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi