Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Melubangi Tengkorak hingga Praktik Kanibal, Ini 6 Pengobatan Ekstrem Zaman Dulu

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/xmee
Ilustrasi operasi sebelum ditemukannya obat bius.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Zaman dahulu, dokter maupun ahli pengobatan tradisional melakukan pengobatan dengan cara-cara tak masuk akal, bahkan cenderung membahayakan nyawa pasien.

Padahal dalam dunia kedokteran, ada ungkapan dalam bahasa Latin yang berbunyi "Primum non nocere" atau "First, do no harm".

Frasa yang berasal dari tulisan Hippocrates dalam Epidemics (400 SM) ini mengharuskan dokter untuk senantiasa mempertimbangkan risiko yang mungkin timbul dari suatu tindakan.

Artinya, seperti dilansir Antara, saat melakukan pelayanan medis, mereka harus memikirkan kemungkinan kerugian atas tindakan yang dilakukan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendati demikian, ilmu kedokteran yang masih belum semaju saat ini, ditambah minimnya teknologi pendukung praktik medis, membuat pengobatan di masa lalu terkesan ekstrem.

Berikut beberapa pengobatan tidak masuk akal yang pernah dipraktikan, seperti dilansir History dan Mental Floss:

Baca juga: Mengintip Proses Operasi Zaman Kuno Sebelum Adanya Obat Bius

1. Menumpahkan darah atau bloodletting

Selama ribuan tahun, para praktisi medis berpegang teguh pada keyakinan bahwa penyakit disebabkan karena terlalu banyak "darah buruk".

Inilah yang membuat praktik "pertumpahan darah" ramai dilakukan untuk mengobati berbagai penyakit.

Praktik menumpahkan darah kemungkinan dimulai oleh bangsa Sumeria dan Mesir Kuno. Namun, praktik ini baru menjadi umum saat zaman Yunani dan Romawi Kuno.

Masa itu, dokter berpengaruh seperti Hippocrates dan Galen mempercayai bahwa tubuh manusia dipenuhi dengan empat zat dasar yakni empedu kuning, empedu hitam, dahak, dan darah. Keempatnya ini harus dijaga keseimbangannya agar tubuh tetap sehat.

Dengan pemikiran ini, pasien demam atau menderita penyakit lain sering didiagnosis dengan kelebihan darah.

Untuk mengembalikan keharmonisan tubuh, dokter hanya akan memotong pembuluh darah dan membiarkan cairan merah ini mengalir keluar.

Bahkan di beberapa kasus, lintah sering digunakan untuk menyedot darah langsung dari kulit.

Praktik ini tetap bertahan sampai abad ke-19 dan musnah karena ada penelitian baru yang menunjukkan lebih banyak dampak negatif daripada kebaikan.

Baca juga: Makna di Balik Tanda Merah, Putih, dan Biru pada Tukang Cukur

2. Trepanasi atau melubangi tengkorak

Trepanasi atau praktik melubangi tengkorak adalah bentuk operasi tertua umat manusia, dimulai sekitar 7.000 tahun lalu.

Hampir seluruh peradaban di dunia pernah mempraktikkan trepanasi untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Sebuah teori umum menyatakan, trepanasi kemungkinan semacam ritual suku atau metode untuk melepaskan roh jahat dari tubuh seseorang.

Pendapat lain, mengatakan bahwa operasi ini merupakan upaya konvensional untuk mengobati epilepsi, sakit kepala, abses, dan pembekuan darah.

Adapun menilik tengkorak bekas trepanasi di Peru, mengisyaratkan kemungkinan ada perawatan darurat umum untuk membersihkan pecahan tengkorak.

Selain itu, bukti tersebut menunjukkan bahwa pasien selamat dari operasi trepanasi.

Baca juga: 7 Manfaat Bunga Telang, Turunkan Berat Badan hingga Kontrol Gula Darah

3. Menggunakan merkuri

Merkuri atau raksa terkenal karena sifat racunnya. Namun, bahan kimia ini pernah digunakan sebagai obat mujarab untuk berbagai penyakit.

Orang Persia dan Yunani Kuno menganggap merkuri sebagai salep berguna. Sementara para alkemis China abad kedua, menganggap merkuri cair sebagai peningkat umur dan vitalitas.

Beberapa penyembuh zaman dulu bahkan menjanjikan satu terapi, bahwa konsumsi minuman berbahaya yang mengandung merkuri, belerang, dan arsenik, membuat pasien memperoleh hidup kekal dan kemampuan untuk berjalan di atas air.

Sementara itu, salah satu korban paling terkenal dari praktik ini adalah Kaisar China Qin Shi Huang, yang diduga meninggal setelah menelan pil merkuri dengan iming-iming hidup abadi.

4. Obat dari kotoran

Mesir Kuno merupakan peradaban dengan sistem medis yang terorganisir baik, lengkap dengan dokter spesialisasi penyakit tertentu.

Kendati demikian, obat yang mereka resepkan terdengar tidak masuk akal. Misalnya, darah kadal, tikus mati, lumpur, atau roti berjamur yang kerap digunakan sebagai salep.

Bahkan, para wanita terkadang diberi air liur kuda untuk mengobati gangguan libido.

Paling menjijikkan, yakni para tabib Mesir Kuno yang menggunakan kotoran manusia dan hewan sebagai obat penyembuh dari segala penyakit.

Menurut Papyrus Ebers, "kitab" pengetahuan herbal Mesir Kuno pada 1500 SM, kotoran keledai, anjing, rusa, dan lalat, semuanya memiliki khasiat penyembuhan dan kemampuan mengusir roh jahat.

Baca juga: Mengapa Jantung Babi Dipilih untuk Transplantasi ke Manusia?

5. Obat kanibal

Sakit kepala, kram otot, dan maag adalah penyakit purba yang sudah ada sejak zaman dulu. Dan dokter zaman kuno, terus-menerus menjajal obat-obatan yang bisa digunakan meredakan gangguan penyakit tersebut.

Celakanya, obat mujarab tersebut terdiri dari daging, darah, atau tulang manusia. Praktik kanibal yang bernama corpse medicine ini pun menjadi praktik umum selama ratusan tahun.

Seperti bangsa Romawi yang percaya bahwa darah gladiator atau ahli pedang dapat digunakan menyembuhkan epilepsi.

Atau di Inggris pada abad ke-17, di mana Raja Charles II dikenal menikmati King's Drop, minuman yang terbuat dari tengkorak manusia dan alkohol.

6. Menikah muda untuk mencegah rahim pergi

Dokter di masa Yunani Kuno percaya, rahim wanita digambarkan sebagai makhluk hidup terpisah yang memiliki pikiran tersendiri.

Menurut tulisan Plato dan Hippocrates, ketika seorang wanita membujang terlalu lama, rahim akan terlepas dan meluncur bebas dari tubuhnya. Hal ini disebut dapat menyebabkan wanita mati lemas, kejang, dan histeria.

Untuk mencegah rahim "berjalan-jalan", wanita zaman dahulu dinasihati untuk menikah muda dan melahirkan anak sebanyak mungkin.

Namun, pemikiran ini musnah setelah ditemukan bahwa rahim adalah bagian tubuh wanita yang ditahan oleh ligamen.

Baca juga: Penyebab Kanker Rahim dan Faktor Risikonya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi