KOMPAS.com - Tragedi Halloween yang berlangsung di Itaewon, Korea Selatan (Korsel) membawa trauma dan duka mendalam bagi masyarakat dunia.
Setidaknya ratusan orang kehilangan kesadaran akibat terhimpit oleh massa yang berjejal merayakan Halloween pada Sabtu (29/10/2022).
Dilansir dari Korea Joongang Daily, Selasa (1/11/2022), Pejabat di Markas Pusat Penanggulangan Bencana dan Keselamatan setempat mengonfirmasi adanya satu kematian tambahan dari tragedi Itaewon.
"Seorang wanita Korea berusia 20-an tahun dinyatakan meninggal Selasa (1/11/2022) pagi," ujar pejabat tersebut.
Baca juga: Halloween 31 Oktober, Bagaimana Kisah Awal Mulanya?
Dengan begitu, total sudah ada 156 orang tewas yang dikonfirmasi dari kerumunan Halloween di Itaewon.
"Di antara 156 orang yang tewas dalam tragedi itu, 101 orang adalah perempuan, dan 55 orang laki-laki," sambung pejabat yang bersangkutan.
Kementerian Luar Negeri Korsel menyebutkan 26 orang yang meninggal di antaranya adalah warga negara asing. Mereka berasal dari 14 negara berbeda.
Perinciannya yakni lima dari Iran, masing-masing empat dari China dan Rusia, masing-masing dua dari AS dan Jepang, dan masing-masing dari Perancis, Australia, Norwegia, Austria, Vietnam, Thailand, Kazakhstan, Uzbekistan, dan Sri Lanka.
Selain itu, pejabat tersebut menyampaikan, sebanyak 29 orang mengalami luka serius, dan 122 orang lain menderita luka ringan.
Baca juga: Saat Anak-anak Qatar Rayakan Tradisi Mirip Halloween pada Masa Pandemi
Para orangtua tanyakan kabar anaknya
Apa yang terjadi di Itaewon merupakan kejadian yang memprihatinkan, dan telah diberitakan di seluruh dunia.
Akibatnya, para orangtua di seluruh dunia yang tahu bahwa anaknya sedang berada di Korea Selatan pun langsung menelepon anaknya sekadar menanyakan kabar, dan memastikan anaknya baik-baik saja.
“Putri saya sangat menyukai Korea. Ketika dia mengatakan kepada saya bahwa dia ingin pergi, saya tidak menentangnya. Saya mengatakan kepadanya untuk bersenang-senang,” ujar warga yang tinggal di Hokkaido Jepang, Ayumu Tomikawa (60) dikutip dari Hankyoreh.
Baca juga: Daftar dan Peran Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan
Mengetahui adanya insiden di Itaewon pada Minggu (30/10/2022) pagi, Ayumu langsung menelepon putrinya, Mei (26).
Mei pergi ke Seoul, Korea Selatan, untuk menempuh pendidikan di program studi Bahasa. Sayangnya, telepon tidak tersambung ke Mei.
Untuk menghilangkan perasaan khawatir yang berkecamuk, Ayumu pun tetap berusaha menelepon Mei sampai telepon tersambung.
Baca juga: Profil Lee Ji Han, Aktor Produce 101 Season 2 yang Tewas di Tragedi Itaewon
Setelah beberapa saat, dia mendapat jawaban, namun yang mengangkat bukanlah Mei, melainkan seorang perwira polisi Korea.
"Saya kira Mei sedang tidur (karena teleponnya tidak diangkat). Saya tidak pernah membayangkan dia akan ada di sana," kata Ayumu.
Petugas polisi Korea menjelaskan dengan runut apa yang menimpa pada Mei.
Polisi mengatakan, ponsel Mei ditemukan di tanah lokasi tragedi.
Ayumu terus berharap, tetapi beberapa saat setelah jam 5 sore, dia dipanggil oleh seorang pejabat pemerintah Jepang, yang memberitahunya bahwa putrinya telah meninggal.
Baca juga: Mengenal Vaksin GX-19N dari Korsel yang Akan Diuji di Indonesia
Kesaksian atas tragedi Itaewon
Sementara itu, South China Morning Post (SCMP) melaporkan bahwa banyak pengguna Weibo, salah satu layanan media sosial utama China, menyatakan belasungkawa atas tragedi Itaewon.
“Anda tidak dapat membayangkan betapa kuatnya lonjakan itu,” seorang warga negara China yang berada di tempat kejadian mengatakan kepada Weibo.
“Rasanya seperti ada batu seberat 100 kilogram di atas saya. Ada seorang gadis di sebelah saya yang tidak bisa bergerak. Saya mendengarnya menangis saat dia perlahan berhenti bernapas, ” kata mereka.
Baca juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Ini Sederet Sanksi untuk Arema FC
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.