Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Guru Besar Cyber Law & Regulasi Digital UNPAD
Bergabung sejak: 25 Sep 2022

Guru Besar Cyber Law, Digital Policy-Regulation & Kekayaan Intelektual Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran

Konser NCT 127, Keramaian Massa, dan Perlunya Regulasi Berbasis Digital

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/FIRDA JANATI
NCT 127 saat menampilkan lagu-lagu populer mereka dalam konser tunggal perdana bertajuk Neo City: Jakarta - The Link yang digelar di Indonesian Convention Exhibition (ICE) BSD Tangerang, Jumat (4/11/2022).
Editor: Sandro Gatra

PINGSANNYA puluhan orang saat nonton NCT 127 di ICE BSD membuat konser Boyband asal Korea Selatan itu dihentikan atas rekomendasi pihak Kepolisian (Kompas.com, 4/11/2022)

Tindakan sigap dan persuasif Kepolisian yang ditindaklanjuti Promotor pertunjukan ini, tentu meninggalkan kekecewaan pada penonton, tetapi di sisi yang lain telah menyelamatkan mereka dari "tragedi" fatal.

Kerumunan massa

Beruntunnya tragedi, yang menyebabkan korban dalam keramaian dan membludaknya massa adalah hal yang tidak bisa dianggap biasa.

Sikap dan karakter massa harus dikaji dan diteliti lebih lanjut. Apalagi jika dikaitkan dengan fenomena euforia publik setelah begitu lama "terkekang" social distancing karena pandemi.

Faktor euforia ini memicu kebahagiaan ekstrem pada situasi tertentu yang bisa melebihi kewajaran.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal ini bisa disebabkan suasana hati, dan kebahagiaan yang tidak mencerminkan empiris keadaan yang sesungguhnya, setelah sekian lama terbelenggu social distancing.

Pandemi covid 19 telah memaksa dan menutup rapat pertemuan luring apalagi keramaian dalam jumlah massa yang besar.

Saat aturan dan kebijakan itu dilongggarkan, dan massa bebas berkerumun, apalagi bisa menyaksikan artis favorit atau kesebelasan kebanggaan, maka hiruk-pikuk dan euforia luar biasa itu terjadi.

Antisipasi

Berbasis pengalaman di Kanjuruhan, di Itaewon, di Senayan, dan terakhir ICE BSD, masyarakat perlu diberi pengertian tentang dampak "kebebasan” setelah social distancing itu.

Bahwa keramaian dan luapan massa penonton saat ini memang "beda rasa" dengan sebelum pandemi. Spirit euforia sangat terasa dan memengaruhi prilaku di tempat pertunjukan atau stadion.

Siapapun, sudah saatnya lebih antisipatif dan mengukur diri. Tidak perlu memaksa berdesakan atau merangsek ke sudut-sudut lokasi yang sudah penuh sesak apalagi tak terkendali.

Membiasakan diri tertib, dan menjaga diri sendiri dari kemungkinan terjatuh, pingsan, dan terinjak di tengah masa yang tak terkendali, adalah langkah preventif pertama yang harus dilakukan.

Dengan kata lain tidak perlu memaksakan diri, jika bisa diprediksi risikonya akan fatal.

Jumlah massa sesuai kapasitas juga tidak menjamin keamanan jika perilaku saling dorong, emosi tak terkendali, dan berebut mendekat ke sang idola tetap terjadi. Selain antisipasi seting ruangan oleh penyelenggara, sikap penonton juga sangat menentukan.

Kuncinya, jadilah penonton yang tertib, santun, dan disiplin, karena dengan cara itu kita bisa menikmati pertunjukan atau pertandingan apapun dengan nyaman dan berkualitas.

Ingat juga, di era digital perilaku setiap orang di tempat umum akan terekam jejak digitalnya. Minimal dari rekaman CCTV. Data digital ini bisa menjadi alat bukti kapan saja jika diperlukan.

Regulasi keramaian

Sudah saatnya dibuat regulasi yang lebih ketat dan komprehensif dengan memanfaatkan teknologi digital, terkait pertunjukan, pertandingan, dan keramaian massa yang berpotensi menimbulkan risiko jatuhnya korban.

Regulasi yang membatasi jumlah pengunjung dan penonton, prasyarat ruangan dan lokasi, ketersedian minimum jumlah petugas medis dan keamanan, fasilitas darurat medis, jalur evakuasi saat darurat, penting untuk dinormakan dalam regulasi itu.

Regulasi juga harus mencakup manajemen risiko. Termasuk antisipasi terhadap kemungkinan keadaan kisruh. Mewajibkan penonton dilindungi asuransi juga penting untuk jaminan diri mereka.

Regulasi juga harus secara tegas melarang penonton membawa barang-barang yang bisa memicu kerusuhan atau membahayakan dirinya atau orang lain.

Membuat regulasi baru dengan penekanan manajemen pengelolaan even yang melibatkan massa dan segala antisipasi risikonya harus menjadi prioritas, agar semuanya terukur dan tragedi tak terulang. Komparasi dengan regulasi negara lain yang terbukti sukses mengatur hal ini juga perlu.

Ketentuan seperti yang termuat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2017 yang lebih menitikberatkan pada aspek administratif perizinan kiranya perlu dilengkapi dengan ketentuan yang meliputi faktor-faktor yang telah dikemukakan di atas, dan perkembangan terkini, termasuk pemanfaatan platform digital.

Pemanfaatan platform digital juga penting. Tidak hanya sebagai pengganti proses "sobek karcis" di pintu masuk, untuk akses ke lokasi. Hal ini perlu menjadi bagian dari regulasi itu.

Platform digital juga untuk membaca dan menganalisis kondisi, kapasitas terisi, dan konsistensi serta kepatuhan penyelenggara dalam mengendalikan jumlah pengunjung. Karena semuanya bisa secara realtime terbaca dan terekam dalam platform digital itu.

Terakhir, tentunya adalah konsistensi semua pihak, untuk melaksanakan ketentuan itu tanpa diskresi.

Satu hal yang selalu harus kita ingat adalah: "Jangan main-main dan menganggap enteng luapan dan membludaknya massa. Karena dalam kondisi tak terkendali, segala hal bisa terjadi dan bisa memakan korban".

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi