Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kasus Covid-19 Melonjak, Perlukah Menaikkan Level PPKM?

Baca di App
Lihat Foto
screenshoot
Kasus Covid-19 di Indonesia mengalami tren peningkatan dalam tiga hari terakhir. Berikut ini grafiknya
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Memasuki November 2022, kasus harian Covid-19 di Indonesia mengalami lonjakan drastis. 

Menurut data Kementerian Kesehatan per Jumat (4/11/2022), konfirmasi Covid-19 menyentuh angka 5.303 kasus.

Padahal sepanjang akhir September hingga Oktober, kasus harian cenderung berada di antara 2.000-3.000 kasus per hari.

Diberitakan Kompas.com, lonjakan infeksi virus corona salah satunya diduga disebabkan oleh subvarian Omicron XBB.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Subvarian ini juga menjadi penyebab peningkatan kasus di Singapura, yang diperkirakan akan mencapai puncak pada November dengan rata-rata temuan 15.000 kasus per hari.

Sebelumnya, melalui Inmendagri Nomor 45 Tahun 2022 dan Inmendagri Nomor 46 Tahun 2022, semua daerah di Indonesia masuk dalam kategori PPKM Level 1 dan masih akan berlaku hingga Senin, 7 November 2022.

Lantas, guna menekan penularan infeksi Covid-19, perlukah menaikkan level PPKM?

Baca juga: Update Corona 5 November 2022: Kasus Tembus 5.303, Jakarta Tertinggi

PPKM Level 1 masih memadai

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, saat ini tidak perlu menaikkan level PPKM.

Sebab menurut dia, PPKM Level 1 di seluruh kota/kabupaten di Indonesia masih cukup memadai.

"Saat ini sebetulnya di level 1 pun sudah cukup memadai, tapi yang harus ditekankan, ditingkatkan adalah implementasi dari aturan-aturan yang ada," ujar Dicky saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).

Dicky menjelaskan, gelombang virus corona saat ini masih cukup ampuh diredam dengan vaksin Covid-19.

Selain itu, upaya 5 M yang terdiri dari mencuci tangan, memakai masker, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan mengurangi mobilitas juga masih bisa menjadi cara mencegah penularan virus corona. 

Namun, terdapat kendala yang menjadi pekerjaan rumah (PR) bagi pemerintah, yakni penegakan aturan-aturan dalam rangka memutus rantai penularan Covid-19.

"Di sisi lain, yang juga masih PR adalah booster, belum sepenuhnya terlaksana dan masih mentok di angka 27-an persen," terang Dicky.

Baca juga: Update Corona 3 November: Covid-19 Naik Lagi, Tertinggi sejak Agustus 2022, Kasus Aktif Tembus 30.000

 

Perlu peningkatan 3 T

Tak hanya menegakkan aturan dan menggenjot vaksin booster, menurut Dicky, pemerintah perlu meningkatkan kemampuan deteksi dini dengan 3 T, testing, tracing, dan treatment.

"Dan itu sekali lagi masih menjadi kelemahan," kata dia.

Dicky menyebut, penting bagi pemerintah untuk melakukan pengetesan pada sejumlah masyarakat. Tujuannya, agar kasus segera ditemukan dan pasien bisa diisolasi.

Upaya penelurusan kontak erat atau tracing juga wajib dilakukan, terutama pada populasi berisiko seperti petugas kesehatan atau anak sekolah.

Kendati demikian, lantaran kondisi tidak memungkinkan untuk melakukan tes pada semua lapisan masyarakat, Dicky mengatakan bahwa pemerintah harus meningkatkan literasi.

"Literasi kalau ada gejala flu, batuk, pilek, dengan nyeri tenggorokan, itu harus didorong untuk melakukan isolasi, baik mandiri atau disediakan pemerintah," ungkap Dicky.

Pasalnya, hal tersebut penting untuk mencegah penularan Covid-19 terutama pada kelompok berisiko.

"Ini tentu harus diaktifkan, dikuatkan kembali, di level masyarakat. Mumpung menurut saya situasinya masih bisa kita kendalikan saat ini," tandas dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi