Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Masyarakat Cenderung Bangga Saat Orang Asing Tertarik dengan Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar akun Twitter @AREAJULID
Twit soal YouTuber luar ngomong aku cinta Indonesia menghasilkan lebih banyak uang.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia kerap merasa bangga saat orang asing menunjukkan ketertarikannya kepada Tanah Air.

Bahkan, tak jarang rasa bangga ini dimanfaatkan sebagai ladang mencari uang oleh orang asing atau WNA.

Seperti dalam unggahan foto oleh akun Twitter ini, yang membandingkan dua kondisi YouTuber asing biasa dengan YouTuber asing yang mengucapkan "Aku cinta Indonesia".

Dalam unggahan, YouTuber asing yang mengucapkan "Aku cinta Indonesia" digambarkan memiliki uang lebih banyak daripada YouTuber asing biasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Warganet pun berbondong menyerukan persetujuannya atas kondisi dalam twit yang diunggah pada Senin (7/10/2022) itu.

"Udah dibilang Indonesia tuh jadi ladang orang luar buat cari rezeki karena gampang banget ngerasa bangga pas disebut orang luar. Padahal orangnya b aja juga," tulis warganet.

"Pokoknya tiap ada orang luar yang ngomong pake bahasa indo, meski kagak jelas dan masih belepotan ya tetep aja cuannya mengaliiir," twit warganet lain.

"Orang Indo gampang banget ngasih atensi ke bule, efek kebanyakan insecure, kalo gw sih yakin gw lebih keren dan ganteng drpd bule," kata warganet lain.

Mengapa masyarakat kita cenderung bangga saat orang luar negeri mengucapkan atau membuat konten terkait Indonesia?

Baca juga: Ramai Fenomena Citayam Fashion Week, Ini Penjelasan Sosiolog

Baca juga: Marak Duel Tinju di Kalangan Artis, Ini Kata Sosiolog

Berkaitan identitas nasional

Sosiolog dari Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Drajat Tri Kartono menilai, kebanggaan masyarakat Indonesia merupakan hal wajar.

"Memang itu sesuatu yang natural ketika negaranya atau kotanya disebut baik, kita cenderung senang," ujar dia saat dihubungi Kompas.com, Jumat (11/11/2022).

Hal ini lantaran negara menjadi bagian identitas yang melekat dalam diri masyarakat, yaitu nation identity atau identitas nasional.

Dia menjelaskan, identitas nasional selalu berada di antara local identity (kedaerahan) dan global identity (luar negeri).

"Identitas dalam diri orang itu campur, antara lokal, nasional, dan global. Tinggal lebih berat mana dia (tergantung) sedang berada pada kondisi tertentu atau sedang berkomunikasi dengan siapa," kata dia.

Baca juga: Ramai Video Sebut Mengapa Prajurit TNI Saat Pulang ke Kampung Halaman Harus Pakai Seragam?

Adapun negara sebagai salah satu identitas, menurut Drajat, seperti rumah yang jika disanjung tentu pemiliknya merasa senang.

Namun, kebanggaan dan kesenangan ini berdasarkan pada realitas masing-masing masyarakat saat mendapatkan perlakuan dari negara.

"Pada orang-orang yang sudah tidak percaya bahwa negaranya ini memang negara yang bisa dibanggakan karena melakukan banyak kesalahan dan ketidakbaikan yang dia alami," terang dia.

Misalnya, karena mengalami ketimpangan atau ketidakadilan luar biasa, maka masyarakat ini akan cenderung tidak bangga saat Tanah Air dicap positif oleh orang asing.

Drajat melanjutkan, rasa bangga ini juga dapat menjadi indikator apakah sebuah negara masih dipercaya atau tidak.

Baca juga: Daftar 37 Provinsi di Indonesia Beserta Ibu Kotanya

Kebanggaan pada Indonesia mengantarkan cuan

Terkait orang luar negeri mendapatkan uang dari rasa bangga masyarakat Indonesia, menurut dia bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.

"Dan itu ketika digunakan di YouTube dan mendapatkan pendapatan, menurut saya tidak masalah," jelasnya.

Sebab, sama halnya Indonesia yang terkadang bangga dengan identitas global, banyak juga orang asing memiliki kebanggaan terhadap Indonesia.

Namun, lanjut Drajat, kondisi ini akan menjadi masalah jika orang luar memanfaatkannya untuk mengelabui dan merugikan masyarakat Indonesia.

Meski demikian, sifat keterbukaan di era global seperti saat ini tak bisa menghindari terjadinya interaksi antar kultur, bangsa, dan negara.

"(Sebab) dunia ini sedang ada proses untuk membangun nilai-nilai masyarakat universal atau disebut masyarakat dunia," papar Drajat.

Baca juga: Indonesia Urutan Ke-64 dari 140, Ini Daftar Negara Paling Taat Hukum

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi