Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Varian Pi Disebut Akan Gantikan Omicron, Berbahayakah?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock
Ilustrasi virus corona dan gejala terinfeksi virus corona
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Selepas pertama kali muncul di Wuhan, China pada Desember 2019, virus corona terus bermutasi melahirkan varian-varian baru hingga kini.

Para ahli saat ini sedang menyelidiki apakah varian baru yang besar dapat muncul dan membawa gelombang infeksi baru yang mengkhawatirkan.

Jika betul varian itu akan muncul, para peneliti sepakat untuk menamainya sebagai varian Pi.

Penamaan ini diambil dari huruf berikutnya setelah Omicron, dalam alfabet Yunani.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lalu, seperti apa gambaran varian Pi ini?

Penjelasan ilmuwan

Dilansir dari Independent, Jumat (11/11/2022), seorang ahli virus di Imperial College dan anggota komite penasehat pemerintah "Sage", Profesor Wendy Barclay mengatakan bahwa varian Pi kemungkinan muncul di masa depan dan berpotensi lebih parah ketimbang Omicron.

Sebab, varian itu nantinya bisa lolos dari beberapa tingkat kontrol atau efikasi vaksin, atau mereka berubah secara inheren.

"Saya masih tidak berpikir itu diselesaikan. Saya masih berpikir kita berada dalam fase di mana ada banyak sekali hal yang tidak kita ketahui," ujar Barclay.

Baca juga: Lebih Menular, Ini 6 Gejala Umum Omicron XBB

Seberapa serius varian Pi?

Profesor Greg Towers dari University College London, sangat berharap bahwa meskipun mungkin ada lebih banyak perubahan dalam susunan genetik virus, varian ini tidak akan mengakibatkan kembalinya penyakit serius.

Sementara itu, Profesor Alexi Sigal dari AHRI mengatakan ada perdebatan antara mereka yang percaya bahwa situasi saat ini lebih jinak adalah karena vaksin dan infeksi telah membangun dinding kekebalan yang efektif.

Namun, ia juga berpikir bahwa evolusi virus dapat membawa kita kembali ke titik awal dalam perang melawan Covid.

Selain itu, kurangnya pengujian Covid-19 di suatu negara juga berdampak ketidaksiapan mereka untuk menghadapi masalah yang akan datang dari varian baru seperti Pi.

Dikutip dari Telegraph, Kamis (10/11/2022), Prof Alexi Sigal mengatakan, varian baru akan menginfeksi orang, termasuk mereka yang telah divaksinasi.

Selain itu para peniliti juga mengatakan, pasien yang memiliki komorbid mungkin menjadi wadah untuk virus corona berevolusi.

Proses ini mungkin menjadi asal muasal atas lompatan evolusi yang menghasilkan varian baru yang tak terduga selama pandemi.

Baca juga: Gejala Umum Covid-19 Berubah, Apa Saja Gejala Barunya?

Apa yang perlu kita persiapkan?

Profesor Helen Rees dari Universitas Witwatersrand dan Ketua Dewan Kontrol Obat Afrika Selatan mengatakan, pejabat kesehatan mungkin masih menganggap pandemi sebagai darurat kesehatan masyarakat, meskipun masyarakat sudah tidak menganggapnya seperti itu lagi.

“Publik di sebagian besar negara tidak lagi setuju dengan itu,” ujar Prof Rees.

“Ada keterputusan antara apa yang kita inginkan dan kita lihat dan apa yang dikatakan publik,” kata dia.

Menurut dia, membuat dunia waspada terus-menerus membuat orang lebih enggan untuk bertindak jika sesuatu muncul di kemudian hari.

Prof Rees mengatakan, memutuskan apa yang harus dilakukan selanjutnya dalam keadaan seperti itu merupakan masalah mendesak, tidak hanya bagi ilmuwan tetapi juga politisi.

Pengawasan luas, yang bisa menelan biaya lebih banyak, diperlukan untuk memastikan varian baru dapat terlihat dan dilacak.

Baca juga: Apakah Subvarian XBB Fatalitasnya Lebih Parah dari Omicron?

Pemerintah dan pejabat kesehatan masyarakat perlu memutuskan untuk tak membiarkan virus merebak.

"Jadi apa yang harus kita lakukan? Menurut saya, masalah yang kita miliki masih terlalu banyak. Vaksin tidak benar-benar mengendalikan sirkulasi," ujar Prof Barclay.

Ia menambahkan, para ilmuwan melihat banyak orang terinfeksi dan kebanyakan cenderung rentan.

"Saya sepenuhnya memahami bahwa orang sudah muak, tetapi saya pikir kita belum menangani pandemi ini dengan baik," ujar dia.

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Apakah Kucing Bisa Menularkan Covid-19 ke Manusia?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi