KOMPAS.com - Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Bali menghasilkan Leaders' Declaration atau Deklarasi Pimpinan yang berisi sejumlah poin penting.
Salah satunya adalah kritikan atas perang Rusia-Ukraina dan tuntutan agar Rusia menarik pasukannya dari wilayah Ukraina.
"Kami menyesalkan dengan sedalam-dalamnya agresi oleh Federasi Rusia terhadap Ukraina dan menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina," begitu bunyi salah satu poin dalam Leaders' Declaration.
Disebutkan juga bahwa mayoritas anggota G20 mengutuk keras perang di Ukraina karena berdampak pada penderitaan warga dan memperburuk ekonomi global.
Lantas, apakah deklarasi tersebut akan berdampak signifikan pada konflik Rusia-Ukraina?
Baca juga: Leaders Declaration KTT G20 Disahkan, Jokowi: Ini Deklarasi Pertama sejak Februari 2022
Dosen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (UGM) Muhadi Sugiono meragukan adanya dampak atau konsekuensi politik yang lebih serius dari deklarasi tersebut.
Pasalnya, negara-negara anggota G20 yang menentang keras invasi juga sebelumnya telah melakukan berbagai upaya agar Rusia menarik pasukannya dari Rusia.
"Kalau sekarang ini kita melihat deklarasi itu secara optimis, tinggal kita tunggu apakah deklarasi itu akan berdampak bagaimana China bersikap pada Rusia, India bersikap pada Rusia," kata Muhadi kepada Kompas.com, Rabu (16/11/2022).
"Negara-negara Barat kan udah jelas, dengan atau tanpa deklarasi pun menentang invasi," sambungnya.
Ia menjelaskan, persoalan hukum internasional yang melibatkan negara besar, biasanya bisa diselesaikan dengan power politics atau politik kekuasaan.
Karenanya, Muhadi menyebut deklarasi itu tidak akan mengubah apa yang terjadi sekarang.
Namun, deklarasi bisa mengubah mengubah sikap negara anggota G20 yang selama ini cenderung bersahabat dengan Rusia.
Baca juga: Jokowi Ungkap Alotnya Sepakati Kecam Perang di Ukraina dalam Deklarasi KTT G20
"Jadi saya kira dampaknya tidak akan terasa signifikan, khususnya jangka pendek," jelas dia.
Muhadi memaparkan, G20 bukanlah forum yang tepat untuk mengatasi persoalan Rusia-Ukraina.
Persoalan itu sebenarnya lebih mungkin didiskusikan di Persatuan Bangsa Bangsa (PBB).
Apalagi, PBB juga sudah mengeluarkan resolusi terkait hal itu, meski tidak membawa perubahan signifikan.
"Yang membedakan dalam kaitan ini adalah deklarasi itu mencerminkan suara yang hampir bulat, mayoritas suara cenderung menyalahkan Rusia dan menuntut untuk menarik pasukannya," ujarnya.
"Jadi ini lebih memberikan makna simbolis daripada makna praktis, karena berbeda dari resolusi PBB," lanjutnya.
Dari aspek praktis, ia menyebut Rusia akan tetap berpegang teguh pada posisinya saat ini.
Menurutnya, posisi Rusia sudah jelas bahwa perang di Ukraina dibawa oleh Barat. Karenanya, mereka menganggap tindakannya di Ukraina termasuk operasi militer.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.