Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hobi Bermalas-malasan Ternyata Diturunkan secara Genetik, Ini Penjelasannya

Baca di App
Lihat Foto
Digital Vision.
Ilustrasi malas gerak
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kebiasaan suka bermalas-malasan dimiliki oleh banyak orang, baik muda maupun dewasa.

Malas di sini termasuk enggan bergerak dan lebih memilih menjadi "kaum rebahan", atau memiliki kebiasaan procrastination atau prokrastinasi.

Dilansir dari Verywellmind (14/11/2022), prokrastinasi adalah menunda-nunda pekerjaan atau tugas hingga mendekati menit terakhir batas penyelesaian.

Menurut Joseph Ferrari, profesor psikologi dari DePaul University di Chicago, Amerika Serikat, dan penulis buku Still Procrastinating: The No Regret Guide to Getting It Done, menyebutkan bahwa sekitar 20% dewasa Amerika menderita prokrastinasi kronik.

Dan bentuk kemalasan ini tak hanya menjangkiti Amerika saja. Hampir di seluruh penjuru dunia, dihuni oleh manusia-manusia yang malas bergerak aktif. Mungkin juga, Anda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa penyebab kemalasan? Apakah sifat malas diturunkan secara genetik?

Baca juga: 8 Gangguan Penyakit yang Bisa Muncul jika Anda Malas Bergerak


Prokrastinasi dan gen

Dilansir dari Medical News Today (21/7/2019), prokrastinasi dipengaruhi oleh faktor biologi dan psikologis.

Dalam penelitian tahun 2018, orang yang cenderung memiliki kebiasaan prokrastinasi memiliki amigdala lebih besar daripada mereka yang bukan. Amigdala adalah bagian dari otak yang memproses emosi.

Dan dalam penelitian terbaru ditemukan, hampir 46 persen mereka yang bertendensi prokrastinasi dipengaruhi oleh genetik.

Bersama rekan-rekan peneliti dari Universitas Teknik Dresden, Dr. Genç melakukan analisis genetik terhadap 278 pria dan wanita sehat.

Baca juga: Apakah Lesung Pipi Bisa Diwariskan Secara Genetik?

Para peneliti memberi perhatian khusus pada satu gen yang membuat enzim yang disebut tirosin hidroksilase (TH). Gen ini bekerja mengatur produksi dopamin, pembawa pesan kimiawi yang berperan dalam proses otak seperti perhatian, memori, dan motivasi.

Ekspresi gen TH berbeda-beda di antara individu, yang memengaruhi tingkat dopamin dan neurotransmiter lainnya di otak individu. 

"Dopamin neurotransmitter telah berulang kali dikaitkan dengan peningkatan fleksibilitas kognitif. Ini pada dasarnya tidak buruk tetapi sering kali disertai dengan meningkatnya gangguan,” ujar Dr Genc.

Bahan kimia memengaruhi kontrol kognitif, dan kontrol kognitif dapat memengaruhi apakah seseorang senang menunda suatu tugas atau justru melakukannya secara efisien.

Baca juga: Menakar Tinggi Badan Anak Sesuai Potensi Genetik Kedua Orang Tuanya

Penelitian pada tikus

Dilansir dari Livescience, peneliti juga telah meneliti soal karakter malas seseorang dengan pengaruh genetika, menggunakan peraga tikus.

Sekelompok ilmuwan memasukkan tikus ke dalam kandang dengan running wheel dan mencatat berapa banyak waktu yang dihabiskan masing-masing untuk berlari selama periode enam hari.

Mereka kemudian membiakkan 26 pelari teratas satu sama lain, dan memasangkan 26 tikus paling malas.

Proses pembiakkan selektif ini diulangi selama 10 generasi, dan para peneliti menemukan bahwa tikus di jalur yang aktif 10 kali lebih mungkin untuk berlari daripada tikus yang dibiakkan di jalur pemalas.

"Sementara kami menemukan perbedaan kecil dalam komposisi tubuh dan tingkat mitokondria dalam sel otot tikus, hal terpenting yang kami identifikasi adalah perbedaan genetik antara dua garis tikus," ujar peneliti studi Michael Roberts dari University of Missouri's College of Veterinary Medicine.

"Dari lebih dari 17.000 gen berbeda di satu bagian otak, kami mengidentifikasi 36 gen yang mungkin berperan dalam predisposisi motivasi aktivitas fisik," lanjutnya.

Baca juga: Siapakah yang Mewariskan Kecerdasan dan Kebodohan, Ayah atau Ibu?

 

Bisakah diobati?

Jika kemalasan adalah produk genetik, lantas adakah obat untuk meminimalkan gangguan psikologis ini?

Dilansir dari Independent, berdasarkan temuan yang diterbitkan dalam jurnal PLOS Genetics, pil kemunginan dapat dikembangkan di masa depan yang akan memotivasi mereka yang kurang gerak.

Hal ini berdasar percobaan pada tikus juga pengamatan pada 400 pasien China yang kelebihan berat badan. Dari pengamatan, didapatkan hasil bahwa dua dari pasien memiliki mutasi gen.

Dalam penelitiannya, para ilmuwan membandingkan tikus normal dengan yang memiliki mutasi pada gen yang disebut SLC35D3, dan menemukan bahwa mutasi itu menghasilkan protein yang memainkan peran kunci dalam sistem dopamin otak, di mana hal ini memengaruhi pengaturan aktivitas fisik.

Tikus dengan gen ini memiliki jauh lebih sedikit reseptor dopamin di permukaan sel otak mereka sehingga membuat proses sinyal tidak dapat berfungsi.

Tetapi ketika tikus yang terkena mutasi diobati dengan obat yang mengaktifkan reseptor dopamin, tikus menjadi lebih aktif dan mampu kehilangan berat badan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi