KOMPAS.com - Pascagempa berkekuatan M 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, Senin (21/11/2022), bermunculan narasi hoaks yang meresahkan masyarakat.
Salah satunya, narasi yang mengatasnamakan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) bahwa akan terjadi gempa besar di wilayah Cianjur.
Masyarakat tak perlu panik, pasalnya pihak BMKG telah menegaskan bahwa kabar itu tidak benar alias hoaks.
Baca juga: 4 Hal yang Harus Dilakukan Saat Terjadi Gempa di Gedung Tinggi, Apa Saja?
Gempa tidak dapat diprediksi
Saat dikonfirmasi, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono mengatakan, belum ada teknologi yang bisa memprediksi gempa.
"Hingga saat ini belum ada teknologi dan sains yang mampu memprediksi dengan akurat kapan, di mana, berapa besar gempa akan terjadi," ujarnya, dikutip Kompas.com, Rabu (23/11/2022).
Dihubungi terpisah pada 5 Juli 2020, Daryono mengungkapkan, terjadinya gempa merupakan proses fisis berupa patahan batuan kulit bumi.
Baca juga: Mengapa Gempa Cianjur Bisa Sebabkan Banyak Korban? Ini Kata BNPB dan BMKG
Proses terjadinya gempa
Pada suatu kondisi, lanjut dia, batuan atau kulit bumi itu tidak mampu menahan lagi dorongan sehingga terbangun dan bebatuan tidak bisa lentur lagi.
"Kemudian mengalami dislokasi dengan tiba-tiba sehingga terjadilah patahan yang kemudian memancarkan gelombang seismik atau gelombang gempa," jelas Daryono.
Batuan yang tertekan mengalami akumulasi medan stres dan tidak bisa lentur lagi hingga akhirnya patah. Hal itu tidak terpengaruh oleh waktu baik pagi, siang, sore, atau malam.
Oleh karenanya, gempa bumi tidak ada hubungannya dengan waktu-waktu tertentu.
Baca juga: UPDATE Gempa Cianjur: Jumlah Korban, Dampak Kerusakan, hingga Langkah Pemerintah
Tidak tahu cara memprediksi gempa
Dilansir dari laman Survei Geologi Amerika Serikat, usgs.gov, juga ditegaskan bahwa gempa bumi tidak dapat diprediksi.
Dituliskan bahwa, baik USGS maupun ilmuwan lain, tidak pernah bisa meramalkan gempa besar.
"Kami tidak tahu caranya (memprediksi gempa), dan kami tidak berharap untuk mengetahui caranya kapan pun di masa mendatang," tulis USGS.
Ilmuwan USGS hanya dapat menghitung probabilitas bahwa gempa bumi yang signifikan akan terjadi di area tertentu dalam beberapa kisaran tahun tertentu.
Baca juga: Apakah Gempa Cianjur Berdampak pada Aktivitas Gunung di Jawa?
Fokus upaya mitigasi
Menurut USGS, ada tiga faktor yang perlu diperhatikan sebelum merilis prediksi gempa, yakni tanggal dan waktu, lokasi, dan magnitudo atau besarannya.
Namun, ketiga hal tersebut sulit dibaca menjelang gempa terjadi.
Beberapa dekade lalu, metode prediksi seperti itu pernah diterapkan di China.
Akan tetapi, gempa bumi besar justru datang tanpa didahului rentetan gempa kecil.
USGS akhirnya memfokuskan upayanya pada mitigasi bahaya gempa bumi jangka panjang dan dengan membantu meningkatkan keamanan struktur, daripada mencoba mencapai prediksi jangka pendek.
Baca juga: Ini 2 Skema Bantuan Rumah Pemerintah untuk Korban Gempa Cianjur
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.