Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Simalakama Jerman atau Jepang

Baca di App
Lihat Foto
PHILIP FONG
Ekspresi pemain Jerman seusai melihat gawangnya dijebol oleh Jepang dalam matchaday perdana babak penyisihan grup Piala Dunia 2022. (Photo by Philip FONG / AFP)
Editor: Sandro Gatra

PERTANDINGAN Jerman versus Jepang pada Piala Dunia 23 November 2022, merupakan dilema simalakama bagi diri saya pribadi.

Di satu sisi secara subyektif saya sangat mengagumi para suporter sepakbola Jepang sejak Piala Dunia 2018 di Moskow setiap kali usai menonton pertandingan sepakbola di stadion mana pun di Rusia tidak langsung meninggalkan stadion, namun terlebih dahulu bersama membersihkan sampah yang dibuang penonton.

Bagi saya, para suporter sepakbola Jepang adalah juara dunia suporter paling beradab!

Berdasar pengalaman berkunjung ke sekitar tujuh puluh lima negara di planet bumi ini saya menyimpulkan bahwa WC umum terkotor berada di WC La Fayette, Paris serta bandara international Tibet, China.

Sementara WC yang terbersih lengkap dengan latar musik dan semprotan air hangat berada di Disneyland Urayashu Jepang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebetulan, sepupu saya sesama pemilik saham Jamu Jago, Monika Suprana menikah dengan warga Jepang dan kini bermukim di Jepang.

Dari beliau, saya memperoleh informasi bahwa dalam hal kebersihan dan kedisiplinan memang masyarakat Jepang sudah digembleng sejak masa balita.

Bangsa Jepang termasuk yang pertama kali di dunia memisah tong sampah menjadi dua jenis, yaitu yang bisa dan yang tak bisa didaur ulang demi menjaga kelestarian lingkungan hidup di planet bumi cuma satu dan satu-satunya ini.

Di sisi lain, saya pribadi sempat tinggal untuk belajar dan mengajar selama sepuluh tahun di Jerman Barat ketika Jerman masih terbelah sebagai Jerman Barat dan Timur.

Pada tahun 1974, saya berada di Jerman untuk menjadi saksi hidup bagaimana kesebelasan Jerman Barat di bawah kekaptenan Beckenbauer didukung para dewa sepakbola Muller, Netzer, Meier, Vogt menjadi juara dunia setelah di final mengalahkan Belanda yang dikapteni Cruyff pada pertempuran dramatis memperebutkan Puala Dunia 1974.

Meski bukan warga Jerman namun pada waktu itu saya merasakan kebanggaan tersendiri bahwa Jerman menjadi juara dunia sepakbola.

Apalagi ketika kebetulan kita berjumpa di sebuah rumah makan China di kota Moenchengladbach, Berti Vogt bermurah hati memberi kenang-kenangan bagi ayah saya berupa sebuah tatakan gelas bir dengan tanda tangan “Der Terrier” yang ditugaskan Helmut Schoen menjaga Cruyff sehingga Belanda berhasil dikalahkan oleh Jerman pada babak final legendaris Piala Dunia 1974.

Memang Jerman menjadi tanah air udara ke dua bagi saya, setelah Indonesia.

Maka wajar bahwa tatkala Jerman berhadapan dengan Jepang pada babak awal Piala Dunia di Qatar, saya merasa serba salah untuk memilih berpihak kepada siapa.

Lebih bijak saya ikhlas menyerahkan kepada kenyataan untuk membuktikan siapa lebih unggul.

Di atas kertas Jerman lebih unggul ketimbang Jepang akibat Jerman 4 kali menjadi juara Piala Dunia.

Sementara Jepang meski pernah mengalahkan Rusia dan Denmark, namun belum pernah berhasil lolos ke babak perempat final.

Namun sama halnya dengan Saudi Arabia terhadap Argentina ternyata Jepang berhasil menepis segenap anggapan di atas kertas dengan kenyataan di lapangan hijau 23 November 2022 di gelanggang olahraga Khalifah, Qatar.

Kesebelasan Samurai Hijau membuktikan diri berhasil menaklukkan tim nasional Der Panzer dengan skor 2-1.

Meski untuk sementara ini terkesan para Goliath harus menyerah kalah kepada para David, namun bukan berarti para Goliath sudah harus pulang ke kandang masing-masing sebab babak awal belum berakhir.

Baik Jepang maupun Saudi Arabia masih harus menghadapi para Goliath yang dengan kekalahan Jerman dan Argentina pasti akan gigih berjuang mati-matian untuk bisa lanjut ke babak selanjutnya demi memperebutkan Piala Dunia 2022.

Justru dengan hal-hal tak terduga, maka Piala Dunia menjadi lebih seru ketimbang apabila semua sudah bisa diduga sebelumnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi