Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Sementara Ini Eropa dan Asia di Atas Angin

Baca di App
Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Para pemain timnas Jepang meluapkan kegembiraan setelah berhasil menang 2-1 atas timnas Jerman pada pertandingan Grup E Piala Dunia 2022, Rabu (23/11/2022).
Editor: Sandro Gatra

(Para fans tim Afrika dan Amerika tidak perlu keberatan terhadap judul naskah ini sebab diawali dengan “sementara ini")

MESKI tidak sekejam Spanyol, pada awal babak awal para tim nasional sesama benua Eropa, yaitu Swiss, Belgia, Portugal membuktikan diri mereka tidak seburuk Jerman.

Swiss mengalahkan Kamerun cukup dengan 1-0, Belgia menyundangi Kanada juga dengan 1-0, sementara Portugal harus lebih keras berjuang mengungguli Ghana dengan 3-2.

Di sisi lain Jepang menaklukkan Jerman dan Korea Selatan seimbang dengan Uruguay. Maka berarti untuk sementara ini layak dikatakan bahwa para kesebelasan benua Eropa dan Asia memang sedang lebih berada di atas angin dibandingkan dengan benua lain-lainnya.

Uruguay yang tercatat dalam lembaran sejarah sepakbola sebagai negara pertama tampil sebagai juara Piala Dunia pertama ketika masih disebut sebagai Piala Jules Rimet harus puas dengan skor tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah ketika pada babak awal Piala Dunia 2022 berhadapan dengan Korea Selatan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sementara Brasil yang berambisi menjuarai Piala Dunia untuk ke 5 kali sudah langsung ngegas pada babak awal untuk mengalahkan lawan bukan sembarangan dari Eropa, yaitu Serbia dengan skor 2 - 0.

Kemenangan Brasil dapat dianggap secara tidak langsung membenarkan anggapan bahwa Argentina sengaja mengalah terhadap Saudi Arabia agar tidak langsung berhadapan dengan Brasil sebelum babak final.

Meski ada pula yang menafsirkan para sepakbolawan Argentina sengaja mengalah akibat ngambek tidak mendapat janji hadiah mobil super mewah seperti yang terbukti dihadiahkan kepada para sepakbolawan Saudi Arabia dari Raja Salman.

Bahkan ada politisi Argentina malah mengharapkan Argentina tidak kembali menjadi juara dunia sepakbola karena dikhawatirkan pemerintah Argentina akan memanfaatkan kondisi rakyat Argentina sedang terbius euforia juara dunia sebagai kesempatan emas untuk memaklumatkan kebijakan yang merugikan rakyat Argentina.

Sementara sebagai warga Indonesia yang tumbuh-kembang di lingkungan kebudayaan Jawa, adalah wajar apabila secara subyektif saya menganggap kekalahan Argentina sekadar akibat belum menghayati makna luhur kearifan leluhur Jawa, yakni ojo dumeh alias jangan terkebur.

Memang sepakbola telah berkembang menjadi sebuah cabang ilmu pengetahuan yang demokratis terbuka bagi siapa saja boleh bebas merdeka menafsirkan kemudian menyatakan tafsir secara subyektif berdasar selera dan kehendak masing-masing. Tanpa risiko dilaporkan ke polisi.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi