Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jokowi dan Riuh Tiga Periode yang Masih Menggema...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Presiden RI Joko Widodo menghadiri acara Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (26/11/2022)
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Seluruh elemen relawan se-Indonesia mengadakan Gerakan Nusantara Bersatu di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Sabtu (26/11/2022).

Gerakan Nusantara Bersatu merupakan cara temu kangen relawan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Acara tersebut dihadiri langsung oleh Jokowi dan diikuti sekitar 150.000 orang.

Baca juga: Wacana Presiden 3 Periode, Ini 7 Presiden dengan Masa Jabatan Terlama

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam acara itu, Jokowi menyampaikan sejumlah arahan dan keberhasilan program pemerintah di bawah kepemimpinanya.

Namun, Gerakan Nusantara Bersatu juga diwarnai oleh keriuhan relawan Jokowi yang meneriakkan "satu periode lagi" dan "tiga periode".

Kendati demikian, Jokowi tak merespons teriakan tersebut dalam sambutannya.

Baca juga: 7 Tokoh yang Sebut Tunda Pemilu dan Presiden 3 Periode, Siapa Saja?


Teriakan "tiga periode" ini mengembuskan kembali isu perpanjangan masa jabatan presiden yang sebelumnya sempat ramai diperbincangkan.

Saat itu, wacana perpanjangan masa jabatan dilontarkan oleh sejumlah tokoh politik dan menteri Jokowi dengan berbagai alasan.

Gagasan itu juga muncul dalam Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Maret 2022.

Baca juga: Wacana Presiden Tiga Periode, Paradoks Komunikasi Politik Indonesia

Jokowi pun telah berkali-kali menegaskan penolakannya dan tak berniat menjadi presiden tiga periode.

Namun, Jokowi tak bisa melarang wacana itu karena merupakan bagian dari demokrasi.

"Siapa pun boleh-boleh saja mengusulkan wacana penundaan pemilu dan perpanjangan masa jabatan presiden, menteri atau partai politik, karena ini kan demokrasi. Bebas aja berpendapat," kata Jokowi pada Maret 2022.

"Tetapi, kalau sudah pada pelaksanaan semuanya harus tunduk dan taat pada konstitusi," sambungnya.

Baca juga: Cuma Sehari di GBK, Relawan Jokowi Produksi Sampah hingga 31 Ton

Arahan 2024

Dalam acara Gerakan Nusantara Bersatu itu, Jokowi menyampaikan sejumlah arahannya terkait kriteria pemimpin yang pantas untuk dipilih pada Pemilu 2024.

Ia meminta agar relawannya berhati-hati dalam memilih pemimpin. Menurutnya, pemimpin ideal harus memahami perasaan rakyat.

"Hati-hati, hati-hati, saya titip hati-hati. Memilih pemimpin hati-hati. Pilih pemimpin yang ngerti, yang ngerti apa yang dirasakan oleh rakyat," tutur Jokowi.

"Pilih nanti di 2024 pilih pemimpin yang ngerti tentang apa yang dirasakan oleh rakyat, setuju?" sambungnya.

Baca juga: Nama Bandar Narkoba Freddy Budiman Kembali Mencuat, Ini Pengakuannya Sebelum Eksekusi Mati

Jokowi juga melarang relawannya untuk memilih pemimpin yang suka duduk di Istana Negara.

Ia pun kemudian menyebutkan ciri pemimpin yang memikirkan kondisi rakyat secara serius, yakni memiliki kerutan wajah dan berambut putih.

"Saya ulang, jadi pemimpin yang mikirin rakyat itu kelihatan dari penampilannya. Dari kerutan di wajahnya. Kalau wajahnya cling bersih, tidak ada kerutan di wajahnya, hati-hati. Lihat juga lihat rambut rambutnya, wah kalau rambutnya putih semua ini mikirin rakyat ini," tegasnya.

Baca juga: Hukuman Mati Koruptor yang Selalu Jadi Wacana

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Jokowi-Ma'ruf, Presiden dan Wakil Presiden Terpilih 2019-2024

(Sumber: Kompas.com/Dian Erika Nugraheny, Fitria Chusna Farisa | Editor: Ihsanuddin, Icha Rastika)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi