Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Rumah Sakit Simpang, Dulu Dielukan Kini Tinggal Kenangan

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/aspsvz
Rumah Sakit Simpang adalah salah satu tempat bersejarah bagi masyarakat Surabaya yang kini rata dengan tanah.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata

KOMPAS.com - Indonesia memiliki banyak bangunan bersejarah yang tersebar di seluruh provinsi. Salah satunya adalah rumah sakit yang banyak dikaitkan dengan hal-hal mistis. Bahkan, cerita-cerita horor sekolah angker berawal dari tanah bekas rumah sakit.

Rumah Sakit Simpang pun demikian. Kini, rumah sakit yang sangat berjasa pada masa Pertempuran Surabaya itu sudah berubah menjadi Kawasan Delta Plaza Surabaya. Kisahnya pun diceritakan kembali dalam audio drama siniar Tinggal Nama bertajuk “Kesaksian Rumah Sakit Simpang” dengan tautan dik.si/TNRSSimpang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Rumah Sakit Simpang

Mengutip Historical Hospitals, Rumah Sakit Simpang adalah rumah sakit tertua di Surabaya yang dibangun sekitar tahun 1808 dan ditutup pada 1923. Semula, rumah sakit ini diberi nama Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting yang terkenal dengan sebutan Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ). Ada pula yang menyebutnya sebagai Simpang Hospital atau Rumah Sakit Simpang.

Rumah sakit ini dibangun atas perintah Gubernur Jenderal Daendels untuk melengkapi keberadaan rumah sakit sebelumnya karena bangunannya terlalu rendah dan pengap. Namun, pembangunan rumah sakit ini juga pernah mengalami pembongkaran dan penambahan ruang.

Baca juga: 5 Kasus Pembunuhan Dunia yang Belum Terpecahkan

Saat awal dibangun, rumah sakit ini hanya sebatas melayani sebagai pasien militer karena merupakan bagian dari Layanan Medis Militer (MGD). Seiring berjalannya waktu, rumah sakit ini juga melayani warga sipil dari berbagai wilayah di Jawa Timur. Hal inilah yang menyebabkan kapasitas rumah sakit ini membludak.

Ditambah, pada 1868, wabah kolera sempat melanda yang membuat jumlah pasien bertambah hingga tiga kali lipat jumlah normal. Tak hanya itu, jumlah pasien pun semakin bertambah karena kedatangan militer yang terluka setelah kembali dari ekspedisi Bali.

Rumah Sakit Simpang juga memiliki rumah dinas yang dibangun di sekitar komplek rumah sakit. Selain itu, pada 1913 dibangun pula NIAS (Nederlandsch Indische Artsen School), sekolah untuk mendidik calon dokter yang selanjutnya melakukan praktik di Rumah Sakit Simpang.

Hingga saat ini, Gedung NIAS masih berdiri dan beralih fungsi menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.

Rumah Sakit Utama Pertempuran Surabaya

Mengutip Liputan6, Rumah Sakit Simpang menjadi salah satu rumah sakit utama untuk menampung korban Pertempuran Surabaya. Hal ini sampai membuat kepala rumah sakit, dr. Soetopo, harus memindahkan pasien ke luar kota karena faktor keamanan dan minimnya tenaga medis.

Proses pemindahan yang dikepalai dr. Soewandhi ini pun berlangsung selama satu minggu. Sebelum memindahkan pasien, mereka mengungsikan peralatan dan obat-obatan menuju Kota Malang dan Jombang.

Setelah itu, pasien yang berjumlah kurang lebih 1000 pun dipencar ke beberapa wilayah, seperti Sidoarjo, Malang, Mojowarno, dan Jombang.

Dalam menangani pasien dan para korban pertempuran Surabaya, tenaga medis Rumah Sakit Simpang bekerja tanpa mengenal lelah. Meskipun sudah mengerahkan seluruh tenaganya, hal itu masih belum mampu menangani semua korban perang.

Pasalnya, dalam satu hari saja tenaga medis dapat menguburkan setidaknya 100 orang di halaman rumah sakit ini. Namun, terdapat arsip yang mengatakan kalau Prof. Sjaaf menyuruh pengubur untuk mengubur para korban di Taman Makam Pahlawan. Akhirnya, terjadi pembongkaran massal.

Baca juga: Mengenal KH Mustafa Kamil dan Julukan Kiai Jerajak dari Bung Karno

Jika ditilik pada masa kini, lokasi kuburan massal ini berada tepat di belakang Patung Suro dan Boyo yang berdiri di tepian Sungai Kalimas dan lahan parkir Plaza Surabaya. Namun, sebagai penanda tempat bersejarah, terdapat sebuah monumen kecil yang bertuliskan,

“Dulunya kawasan Delta Plaza adalah Rumah Sakit Umum (CBZ) korban pertempuran 10 November 1945 memenuhi seluruh pojok gedung dan meluber sampai halaman rumah sakit. Para dokter dan perawat bekerja terus menerus namun banyak korban tak tertolong jiwanya. Mereka yang bisa diselamatkan diangkut keluar kota. Karena meluasnya pertempuran maka tanggal 14 November 1945 dilakukan pengungsian terakhir dengan kereta api dari stasiun gubeng menuju Malang.”

Dalam unggahan Surabaya Tempo Dulu +, dikisahkan Rumah Sakit Simpang juga digunakan sebagai ajang rapat, mengatur strategi oleh para pejuang Arek Suroboyo, sekaligus bertemunya para relawan dari luar daerah yang mendarat lewat stasiun Gubeng.

Awalnya, para pejuang mampu mempertahankan diri. Sayangnya, karena kurangnya persenjataan, pengalaman perang, pendidikan kemiliteran dan keterampilan menggunakan alat-alat militer, lambat laun mereka terdesak hingga harus mundur sampai ke luar kota. Akhirnya, Rumah Sakit Simpang berhasil diambil alih oleh tentara Belanda.

Ingin mengetahui bagaimana reka ulang adegan dalam Rumah Sakit Simpang?

Dengarkan selengkapnya hanya melalui siniar Tinggal Nama episode “Kesaksian Rumah Sakit Simpang” di Spotify.

Ikuti siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Akses sekarang juga episode ini melalui tautan berikut dik.si/TNRSSimpang.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi