Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Rasa

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/h9images
Penetapan bahasa Indonesia juga merupakan momen penting bagi bangsa Indonesia.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Tentunya, 17 Agustus bukanlah hari biasa. Banyak makna pada hari itu. Ada yang mengaitkannya dengan revolusi, perjuangan, kemerdekaan, dan hari yang perlu diperingati.

Para pemuda berapi-api mendorong Bung Karno dan Bung Hatta agar cepat-cepat memerdekakan Indonesia. Mereka ingin Bung Karno dan Bung Hatta menolak patuh kepada penguasa Jepang. Bahkan, mereka berdua sempat diculik ke Rengasdengklok sebelum memproklamasikan Indonesia.

Akan tetapi, di balik sebuah makna tanggal 17 Agustus 1945 yang melembaga, ada keadaan dan perjuangan yang tak terhitung ragamnya. Hal inilah yang menjadi topik utama dalam rangkuman obrolan Wisnu Nugroho dalam siniar BEGINU bertajuk “Beginu Wrapped Up: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Rasa“ yang dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/BeginuWU1.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Akhirnya, di rumah Laksamana Maeda, terjadi penyesuaian antara golongan muda, Bung Karno dan Bung Hatta. Meskipun, penyesuaian itu harus dilalui dengan perasaan cemas, coretan pada naskah di sana-sini, dan semua selesai ketika Bung Karno dan Bung Hatta menandatangani teks proklamasi atas nama bangsa Indonesia.

Terlepas dari kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945, ada bahasa yang merupakan elemen penting sebagai instrumen persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Terkadang, bahasa yang kita pakai sehari-hari sulit dimengerti.

Apalagi bila terkait dengan retorika dan bahasa kiasan yang banyak pelambang sekaligus interpretasinya.

Baca juga: Mengenal KH Mustafa Kamil dan Julukan Kiai Jerajak dari Bung Karno

Nyatanya, bahasa kiasan itu yang menggerakkan dan menggelorakan semangat kemerdekaan. Sebut saja, “merdeka atau mati” bila diberikan pengertian kasar akan sulit mengerti. Kata “merdeka” tidaklah satu medan makna dengan kata “mati”, melainkan “dijajah” atau “dikuasai”. Begitu juga dengan kata “mati” yang seharusnya dapat disandingkan dengan “hidup”.

Maka dari itu, secara tidak sadar, yang membaca kalimat “merdeka atau mati” akan mempersepsikan lebih baik mati daripada hidup, tetapi dijajah. Bahasa-bahasa yang sifatnya sastrawi ini seakan-akan hidup, berada di lingkungan kita, dan memantik segala pengalaman yang telah kita lalui.

Itulah mengapa, bukan hanya bahasa, melainkan juga pelambang, simbol-simbol, atau segala sesuatu yang kita lihat dapat menimbulkan beragam perasaan. Akan tetapi, bila suatu bahasa tidak sistematis juga akan bahaya. Karena akan sulit dimengerti, maknanya ke sana-kemari, dan interpretasi akan kabur sesuai dengan penelaahannya.

Bahasa dan Sumpah Pemuda

Tidak sedikit orang di negeri ini yang ingin tampil di atas podium, apalagi bila melihat setiap oligarki dan elit politik. Akan banyak, penuh sesak, berjubel juga jumlahnya.

Semua bahasa dan kalimat yang mereka gunakan sangat memikat dan terperinci menunjukkan setiap kelemahan musuh politik. Apakah salah? Tentu dalam bahasa sendiri pada dasarnya berfungsi sebagai instrumen penyampaian pesan dari informasi. Dalam hal ini, digunakan sebagai alat praktik politik.

Misalnya, pada peristiwa Sumpah Pemuda yang mengikrarkan janji-janji para pemuda dan pengakuan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Bahasa Indonesia ini menyatukan segala elemen masyarakat yang mungkin dianggap remeh, seperti mulai dari tempat ronda yang isinya orang-orang tua hingga perkumpulan anak muda yang semangat perjuangannya menggebu-gebu.

Dari bahasa Indonesia inilah yang mengonstruksi dan membuka kesadaran masyarakat secara luas.

Persatuan Indonesia ini terbentuk tanpa adanya dinding pemisah kelas, suku, agama, dan etnis. Itu sebabnya, Sumpah Pemuda sangatlah penting. Makna dan ingatan di balik hari perayaannya tidak boleh hilang.

Akan tetapi, kita juga tidak boleh lupa bahwa bahasa Melayu merupakan cikal bakal bahasa Indonesia. Bahasa Melayu pula yang merupakan lingua franca di zamannya. Bahkan, bahasa Melayu dipakai Komedie Stamboei untuk mementaskan cerita 1.001 Malam.

Baca juga: Menyelami Filsafat Stoa

Pemakaian bahasa Melayu, bukan bahasa Belanda, sebagai media pementasan menunjukkan setidak-tidaknya masyarakat yang sedang mencari identitas. Meskipun, pada saat itu Pemerintah Hindia Belanda sedang berkuasa.

Oleh karena itu, suatu bahasa tidak bisa dilepaskan dari budaya dan masyarakatnya. Kegiatan berbahasa juga sangatlah penting dalam kegiatan berspiritual manusia. Pasalnya, manusia adalah homo symbolicum, yakni makhluk yang menggunakan simbol.

Masih banyak informasi menarik lainnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Beginu Wrapped Up: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Rasa” yang dapat diakses melalui dik.si/BeginuWU1 atau di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi