Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Siniar KG Media
Bergabung sejak: 15 Okt 2021

Saat ini, aktivitas mendengarkan siniar (podcast) menjadi aktivitas ke-4 terfavorit dengan dominasi pendengar usia 18-35 tahun. Topik spesifik serta kontrol waktu dan tempat di tangan pendengar, memungkinkan pendengar untuk melakukan beberapa aktivitas sekaligus, menjadi nilai tambah dibanding medium lain.

Medio yang merupakan jaringan KG Media, hadir memberikan nilai tambah bagi ranah edukasi melalui konten audio yang berkualitas, yang dapat didengarkan kapan pun dan di mana pun. Kami akan membahas lebih mendalam setiap episode dari channel siniar yang belum terbahas pada episode tersebut.

Info dan kolaborasi: podcast@kgmedia.id

Karya sebagai Instrumen Perubahan

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/rawpixel
Karya seni bisa menjadi instrumen perubahan.
Editor: Yohanes Enggar Harususilo

Oleh: Zen Wisa Sartre dan Ristiana D. Putri

KOMPAS.com - Sungguh sulit bila harus mendefinisikan dan menjawab pertanyaan, “apa itu karya?”. Dalam sastra, Horatius pernah mengungkapkan bahwa karya sastra mempunyai dua fungsi utama, yaitu dulce et utile yang berartikan sastra dapat memberi hiburan sekaligus manfaat.

Akan tetapi, apakah sebuah karya harus selalu bermanfaat? Apakah karya sastra atau karya apa pun yang dianggap tidak bermanfaat dan hanya memberi hiburan semata bukanlah sebuah karya?

Terlepas dari itu semua, Dimas Oky Nugroho, akademisi sekaligus aktivis masyarakat sipil Indonesia, mengungkapkan gagasan perihal pentingnya bagi negara memfasilitasi generasi muda berkarya dalam siniar BEGINU bertajuk “Yang Muda Yang Berkarya” yang dapat diakses melalui tautan berikut dik.si/BeginuDimasOkyP2.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dalam sebuah kritik kesusastraan sendiri selalu ada perbedaan mengenai pendekatan. Sebagai contoh, pendekatan realisme sosialis yang mengutamakan bahwa sebuah karya apa adanya layaknya sebuah cerminan keadaan masyarakat.

Pendek kata, pendekatan realisme sosialis ini melihat karya sastra realisme sosialis yang mampu memantik semangat masyarakat karena merepresentasikan penderitaan dan kenyataan yang dialami oleh masyarakatnya.

Baca juga: Rumah Sakit Simpang, Dulu Dielukan Kini Tinggal Kenangan

Adapun pencetus realisme sosialis ini adalah Maxim Gorky. Pada tanggal 26 Oktober 1931, Josef Stalin dan para pejabat lainnya melakukan perundingan untuk menyusun perkembangan seni dan sastra.

Penyusunan ini diharapkan mampu menyatukan realisme dan romantisisme dalam sebuah karya seni yang dapat menggambarkan keadaan masa kini dengan lebih cerah.

Maksudnya, karya seni dengan mengangkat tema keadaan tersebut diyakini mampu mengubah pola pikir dan mental masyarakat. Dalam konteks ini, realisme sosial adalah bagian dari strategi atau instrumen agen perubahan masyarakat.

Itulah mengapa, realisme selalu memiliki magnet atau daya tarik bagi mereka yang bergerak dalam bidang politik.

Di Indonesia, S. Sudjojono menegaskan pentingnya realisme untuk menentang doktrin kesenian zaman kolonial yang mengutamakan alam “Mooi Indie”, yaitu masyarakat yang hidup bagaia, romantis, damai, dan hidup layaknya di surga.

Sementara itu, Sudjono ingin mengungkapkan manusia Indonesia yang sebagaimana adanya; kehidupan yang kumur, berkerumun mendengarkan radio umum, dan menjadi pejuang dengan tubuh pendek.

Tentunya, gagasan realisme yang diungkapkan Soedjana sangatlah mengukau, lalu dimanifestasikan sebagai instrumen untuk melawan doktrin kesenian kolonial.

Karya yang mengandung realisme sosial ini mengonstruksi keyakinan dan optimisme masyarakat bahwa ada cahaya atau kehidupan yang lebih baik di masa depan yang direpresentasikan melalui sebuah karya.

Akan tetapi, kita juga jangan melupakan sebuah bahasa yang merupakan elemen penting bagi masyarakat agar memahami sebuah karya. Bahasa di sini bukan sebatas kata, melainkan tanda yang dapat dimengerti masyarakat.

Itulah mengapa, bahasa atau sebuah tanda dapat memotivasi perubahan di masyarakat dan bila dibatasi dapat mengukung pemikiran masyarakat. Penguasaan terhadap bahasa ini dapat kita lihat dalam novel 1984 karya George Orwell yang merepresentasikan perbudakan atas masyarakat.

Baca juga: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Rasa

Akan tetapi, Winston Smith menolak terseret dalam perbudakan tersebut. Dia ingin pikirannya terbebas dan merdeka. Bahasa-bahasa yang makna dan katanya dilarang dipergunakan akan mempersempit pemikiran, itulah yang Winston Smith dalam 1984 coba representasikan.

Lebih dari itu, melalui karya kita seakan mencoba masuk ke dalam dunia–imajinasi–yang kadang asing kadang juga sangat relevan dengan kehidupan dan perasaan. Namun, kita harus tetap ingat bahwa dunia imajinasi yang dibangun oleh sebuah karya tetaplah berbeda dengan kehidupan nyata.

Oleh karena itu, bila ada sebuah karya yang dibenci dan penciptanya mendapat permusuhan, apalagi sampai dihilangkan dan ditetapkan sebagai kriminal, maka keadaan ini adalah pertanda adanya pelaku politik yang ingin menjadi sebuah hegemoni.

Bila pun demikian terjadi, bukan berarti karya tidak boleh lagi diciptakan. Bahkan, Seno Gumira Adjidarma mengungkapkan, “ketika jurnalisme dibungkam, sastra berbicara”.

Masih banyak informasi filsafat dari Henry Manampiring, simak obrolan lengkapnya dalam siniar BEGINU bertajuk “Yang Muda Yang Berkarya” di Spotify.

Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap episode terbaru yang tayang pada Senin, Rabu, dan Jumat!

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi