Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PNS
Bergabung sejak: 31 Okt 2022

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Akar Rumput

Baca di App
Lihat Foto
UNSPLASH/OCHIR-ERDENE OYUNMEDEG
Ilustrasi rumput. Air rendaman rumput dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
Editor: Sandro Gatra

BANYAK orang mengasosiasikan rumput dengan manusia. Tanamlah padi, niscaya rumput pun ikut tumbuh.

Adagium ini berisi nasihat bahwa saat melakukan kebaikan, keburukan biasanya tetap menyertai. Niatnya sudah baik, prosesnya baik, namun belum tentu ditanggap baik oleh orang lain. Dalam, ya?

Berbeda halnya jika ia masuk ke konteks hubungan dua insan, rumput tetangga memang lebih hijau. Rumput dikenai makna ‘milik orang lain memang terlihat lebih indah, berharga, dibandingkan milik sendiri’.

Dua konteks yang dimasuki lema rumput tersebut sama-sama menempatkan rumput pada posisi yang tidak mengenakan. Bahkan, definisi ilmiah pun turut memengaruhi banyak orang, yakni sebagian rumput dianggap gulma, tanaman pengganggu.

Di sawah, kebun, dan ladang, ia mengganggu tanaman lain yang ingin tumbuh subur. Di dalam pekarangan rumah tetangga, ia mengganggu suami orang. Besok-besok rumput akan mendapat julukan pelakor juga.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Padahal, rumput tidak melakukan apa-apa dalam hiruk-pikuk kehidupan manusia. Lantas, mengapa ia dibawa-bawa? Dilibatkan.

Tahun politik, rumput pun ikut politik. Maksudnya, si rumput dijadikan simbol. Ya, bagian akarnya, akar rumput.

Awal Desember, Kompas.com merilis berita terkait seseorang dengan inisial BB yang marah-marah di media sosial meminta pada penerima untuk mengembalikan uang suapnya lantaran kalah dalam pemilihan (Kompas.com, 1/12/22).

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia menyatakan bahwa politik uang sudah jadi budaya dan pelakunya rakyat di akar rumput.

Ke sampingkan dulu, yuk, unsur politisnya. Kita kembali ke laptop, eh akar rumput.

Sebelumnya, Ketua Umum DPP Partai Golkar menginstruksikan pengurus partainya untuk menjalin kerja sama politik dengan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Amanat Nasional (PAN) hingga ke akar rumput (Kompas Tv, 5/07/22).

Kerja sama politik ini perlu dilakukan hingga ke akar rumput sebagai upaya memenangi pemilihan presiden atau Pilpres 2024.

Akar rumput yang disasar oleh Ketum ini ialah rakyat bawah. Ada apa dengan akar rumput?

Frasa akar rumput ini, menurut Gove (1961), dalam Webster's Third New International Dictionary of the English Language, Unabridged, merupakan gerakan yang melibatkan masyarakat di sebuah wilayah, kawasan, atau komunitas sebagai upaya gerakan politik atau ekonomi.

Yenerall (2017) dalam Encyclopedia of American Government and Civics menyatakan bahwa gerakan tersebut diasosiasikan dengan pengambilan keputusan dari bawah ke atas, kadang dianggap alamiah.

Gerakan masyarakat bawah. Begitu intinya.

Sejatinya, gerakan ini memang cara baru bagi “little people”, istilah yang diberikan Kropotkin, untuk bekerja sama memenuhi kebutuhan (Paul Ekins, 1992).

Lantas, mengapa akar rumput yang diambil sebagai asosiasinya?

Pertama, rumput dianggap sebagai pondasi lingkungan selain tanah, air, dan hutan. Jika pondasi lingkungan negara habis, ekonominya akan menurun (Myers, 1986).

Kedua, akar rumput berjenis serabut dan dan berupa anyaman atau jaring-jaring alami. Ia juga dapat digunakan untuk memperkuat permukaan tanah (Hartanto, 2007).

Akarlah yang mengikat dan menahan partikel tanah sehingga tidak terangkat bersama aliran air permukaan.

Dua pernyataan tersebut memberikan informasi penting bahwa rumput merupakan pondasi lingkungan karena akarnya dapat memperkuat permukaan tanah.

Begitu juga masyarakat yang diasosiasikan dengan akar rumput.

Mereka, di satu sisi memang berupa individu-individu yang menempati suatu wilayah, namun di sisi lain merupakan jaringan kokoh yang terbentuk atas beberapa kesamaan.

Mereka memiliki paguyuban, komunitas intraetnis, bahkan lebih luas memiliki komunitas berdasarkan kesamaan, katakanlah kesamaan selera politik (dalam konteks akar rumput dan politik).

Bagi sebagian oknum, menggerakkan jaringan ini bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.

Mereka yang dapat “membaca” inti komunitas masyarakat tertentu, misalnya menjunjung dan menyanjung sosok A (bukan Inisial, hanya abjad biasa), akan sangat mudah melakukan propaganda.

Tidak salah rupanya jika ada yang dengan percaya diri membuat pernyataan bahwa tokoh G (sekali lagi, hanya abjad biasa) akan menjadi pemimpin berikutnya karena sudah memiliki akar rumput yang kuat.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi