KOMPAS.com – Salah satu masalah pada rahim yang mungkin dialami oleh seorang wanita adalah terkait fibroid rahim.
Seorang wanita mungkin tak merasakan gejala apa pun saat dirinya memiliki fibroid rahim.
Adapun kondisi ini seringkali ditemukan oleh dokter secara tak sengaja saat seorang wanita melakukan pemeriksaan panggul maupun USG prenatal.
Lantas, apa itu fibroid rahim? Apa gejala dan penyebabnya?
Baca juga: Mungkinkah Usia Kehamilan Lebih Tua dari Usia Pernikahan? Ini Kata Dokter
Apa itu fibroid rahim?
Dikutip dari ClevelandClinic, fibroid rahim adalah pertumbuhan otot dan jaringan ikat dari dinding rahim
Adapun pertumbuhan fibroid rahim umumnya terjadi selama seorang perempuan memasuki usia subur.
Fibroid rahim disebut juga dengan leiomyoma, dan kondisi ini hampir tidak pernah berkembang menjadi kanker.
Dikutip dari MayoClinic, ukuran fibroid rahim bisa bermacam-macam, ada yang seukuran bibit, tak terdeteksi mata manusia, hingga ada yang massa membesar yng mengakibatkan rahim ikut membesar.
Meskipun fibroid rahim hampir tak pernah berkembang menjadi kanker, tetapi dalam kasus yang ekstrem munculnya fibroid multiple bisa memperbesar rahim hingga mencapai tulang rusuk dan menambah berat.
Baca juga: 4 Manfaat Daun Mengkudu, Cegah Kanker dan Tingkatkan Kesehatan Kulit
Gejala fibroid rahim
Seseorang yang memiliki fibroid rahim mungkin tak akan merasakan apa-apa.
Namun mereka yang memiliki fibroid berukuran besar mungkin akan merasakan ketidaknyamanan bahkan rasa sakit akibat kondisi ini.
Pada beberapa wanita sejumlah gejala yang bisa muncul jika memiliki fibroid, yakni:
- Menstruasi berat
- Menstruasi lebih dari seminggu
- Tekanan atau nyeri panggul
- Sering buang air kecil
- Kesulitan mengosongkan kandung kemih
- Sembelit
- Sakit punggung atau sakit kaki.
Baca juga: Pada Usia Kehamilan Berapa Minggu Bumil Boleh Menerima Vaksin Booster?
Penyebab fibroid rahim
Berikut ini sejumlah penyebab dari fibroid rahim:
1. Perubahan genetik
Fibroid bisa diturunkan dalam keluarga. Seperti jika ibu, saudara perempuan atau nenek memiliki kondisi demikian, maka Anda juga berisiko untuk mengalaminya.
2. Hormon
Hormon estrogen dan progesterone merupakan hormon yang merangsang perkembangan lapisan rahim.
Fibroid diyakini juga bisa dipengaruhi oleh kinerja dari kedua hormon ini.
3. Kehamilan
Dikutip dari Healthline, saat hamil maka produksi estrogen dan progestron di tubuh akan meningkat.
Oleh karena itulah fibroid mungkin terbentuk saat seseorang tengah hamil.
Sementara itu, berikut ini beberapa orang yang memiliki risiko mengalami fibroid, yakni:
- Obesitas
- Riwayat keluarga fibroid
- Tak memiliki anak
- Mestruasi dini
- Usia lanjut atau menopause.
Baca juga: Tak Sadar Hamil Seorang Wanita Tiba-tiba Melahirkan, Bagaimana Penjelasan Medisnya?
Komplikasi fibroid rahim
Walaupun fibroid rahim umumnya tak berbahaya, akan tetapi kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi seperti penurunan sel darah merah akibat penderita yang kehilangan banyak darah.
Fibroid pada umumnya juga tak mengganggu kehamilan.
Namun, fibroid terutama fibroid submucosa bisa menyebabkan kemandulan atau keguguran, munculnya risiko solusio plasenta dan hambatan pertumbuhan janin.
Guna mencegah terjadinya fibroid rahim yang dapat berdampak buruk, sebaiknya segera temui dokter jika memiliki:
- Nyeri panggul yang tidak kunjung sembuh
- Periode yang terlalu berat, berkepanjangan atau menyakitkan
- Bercak atau pendarahan di antara periode
- Kesulitan mengosongkan kandung kemih
- Jumlah sel darah merah rendah yang tidak dapat dijelaskan (anemia)