KOMPAS.com - Hasil tes poligraf atau tes kebohongan terhadap lima terdakwa kasus dugaan pembunuhan berencana Brigadir J, akhirnya terungkap di persidangan pada Rabu (14/12/2022).
Ahli poligraf dari Polri, Aji Febrianto Ar-Rosyid mengungkapkan, terdakwa Ferdy Sambo dan istrinya, Putri Candrawathi, mendapatkan skor minus yang berarti berbohong.
"Untuk hasil plus, tidak terindikasi berbohong," terang Aji dalam persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, seperti dikutip Kompas.com, Rabu (14/12/2022).
Baca juga: Saat Majelis Hakim Tolak Eksepsi Ferdy Sambo...
Saksi ahli yang dihadirkan jaksa penuntut umum ini menerangkan, Putri mendapatkan skor minus 25, sementara Sambo mendapatkan minus 8.
Sementara itu, terdakwa Kuat Ma'ruf dalam pemeriksaan pertama menghasilkan plus 9. Namun, saat pemeriksaan kedua, asisten rumah tangga keluarga Sambo ini menunjukkan hasil minus 13.
Dua terdakwa lain terindikasi tidak berbohong, dengan skor masing-masing plus 11 dan plus 19 untuk Ricky Rizal, serta plus 13 untuk Richard Eliezer.
Baca juga: Ancaman Hukuman Irjen Ferdy Sambo Usai Ditetapkan Tersangka Pembunuhan Brigadir J
Lantas, bagaimana cara kerja tes kebohongan atau tes poligraf ini?
Cara kerja tes poligraf
Tes kebohongan atau tes poligraf adalah tes yang merekam sejumlah respons tubuh untuk menentukan apakah seseorang berkata jujur atau berbohong.
Dilansir dari BBC, alat ini tidak mengukur kebohongan secara langsung. Namun, tes ini akan mengukur efek tak langsung dari kebohongan berupa perubahan perilaku dan fisiologis.
Perubahan tersebut, misalnya tekanan darah, perubahan pernapasan, dan keringat di telapak tangan.
Informasi perubahan ini kemudian dikumpulkan untuk memberikan gambaran kejujuran seseorang.
Baca juga: Apa Itu Tes Poligraf yang Ramai Saat Sidang Ferdy Sambo dkk?
Untuk menjalani tes poligraf, alat ini akan dipasang di jari atau telapak tangan dengan dua tabung dililitkan di bagian dada dan perut. Tujuannya, untuk merekam aliran darah dari subyek yang ditanya.
Menurut laman American Psychological Assosiciation, penanya akan mengajukan beberapa pertanyaan sebelum tes poligraf.
Pertanyaan ini bertujuan untuk memastikan subyek atau pelaku yang ditanya memahami pertanyaan.
Adapun format tes yang paling banyak digunakan, adalah Control Question Test (CQT).
Baca juga: Ramai soal Pungutan Saat Lapor Polisi, Polri: Tidak Ada Biaya
Selain itu, penanya juga akan menanyakan pertanyaan kontrol yang dirancang untuk mengontrol efek dari sifat pertanyaan relevan.
Pertanyaan kontrol menyangkut kesalahan yang mirip dengan kasus, tetapi mengacu pada masa lalu subyek serta memiliki cakupan luas.
Misalnya, "Apakah kamu pernah mengkhianati seseorang yang mempercayaimu?"
Penanya kemudian akan mengajukan sejumlah pertanyaan selama tes dan membandingkan jawaban dengan pertanyaan kunci.
Baca juga: Apa Itu Mutasi Polri? Berikut Pengertian, Jenis, dan Sifatnya
Keakuratan tes poligraf
Masih dari sumber yang sama, seseorang dapat menipu tes poligraf atau tes kebohongan. Namun, membutuhkan pelatihan untuk melakukannya.
Sementara itu, Aji menuturkan, tes poligraf yang dilakukan Polri mengandung keakuratan di atas 93 persen.
"Sesuai jurnal yang dikeluarkan Asosiasi Poligraf Amerika, untuk tekni yang kita gunakan itu memiliki keakuratan di atas 93 persen," katanya lagi.
Baca juga: Viral, Video Konvoi Pengendara Motor di Sragen Sambil Ayunkan Sajam, Ini Penjelasan Polisi