Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Fenomena Solstis 22 Desember, Ini Dampak pada Waktu Siang di Indonesia

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/SN VFX
Ilustrasi fenomena Solstis. Penampakan Belahan Bumi saat terjadinya fenomena solstis atau Titik Balik Matahari. Dampak Solstis, perubahan musim, mempengaruhi iklim dan perubahan panjang siang dan malam.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Fenomena langit Solstis akan terjadi pada 22 Desember 2022 mendatang.

Solstis adalah peristiwa saat Matahari berada paling utara atau paling selatan ketika mengalami gerak semu tahunannya.

Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menyebut, solstis berdampak langsung pada lamanya siang dan malam.

Bagaimana dampak solstis terhadap waktu siang di Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Bukan 21 Desember, melainkan 22 Desember, Ini Dampak Fenomena Solstis bagi Manusia

Dampak pada waktu siang

Menurut Andi, pada belahan Bumi utara, panjang siang akan lebih pendek dibandingkan dengan panjang malamnya.

Sebaliknya, belahan Bumi selatan akan mengalami siang lebih panjang dari malam saat solstis terjadi.

"Jadi panjang siang ini diukur dari waktu Matahari terbit hingga Matahari terbenam. Itu dihitung durasinya berapa, itulah yang menjadi panjang siang," tutur dia, dikutip dari Kompas.com, Jumat (16/12/2022).

Adapun panjang malam malam diukur mulai Matahari terbenam hingga Matahari terbit.

"Untuk di Indonesia sendiri saat solstis Desember di belahan Bumi bagian utara seperti di Sabang, Miangas, dan Tarakan, itu panjang siangnya hanya 11,5 jam," papar Andi.

Di Indonesia belahan selatan, seperti Pulau Rote dan Pulau Timor, durasi siang menjadi lebih panjang dari biasanya, yakni sekitar 12,7 jam.

Baca juga: Heboh Solstis 21 Desember, Ini Daftar Fenomena Langit Akhir 2022

Apa itu Solstis?

Andi menjelaskan, Solstis terjadi karena sumbu rotasi bumi miring 23,5 derajat terhadap bidang tegak lurus ekliptika atau poros kutub utara dan selatan langit.

Ia menjelaskan fenomena Solstis terjadi dua kali dalam setahun, yakni saat Juni dan juga Desember.

Ketika Juni, Solstis terjadi lantaran kutub utara dan belaahan Bumi utara condong ke arah Matahari.

Saat Desember, belahan Bumi selatan dan kutub selatan condong ke Matahari.

Beberapa waktu lalu, warganet di media sosial sempat heboh usai sebuah unggahan menyebut saat solstis tak boleh keluar rumah.

Meski demikian, Andi menjelaskan bahwa solstis adalah fenomena astronomi biasa.

Selain itu, tak ada larangan bagi masyarakat untuk keluar rumah lantaran solstis tak berkaitan dengan bahaya apa pun.

"Sebenarnya solstis sama sekali tidak berkaitan dengan aktivitas seismik atau kegempaan, solstik juga tidak berkaitan dengan aktivitas vulkanologi," ujarnya

Baca juga: Apa Itu Fenomena Solstis 21 Desember, Penyebabnya, dan Dampaknya?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi