Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah dan Asal Usul Situs Gunung Padang

Baca di App
Lihat Foto
Dok DISPARBUD JABAR
Gunung Padang, Cianjur, merupakan salah satu tempat wisata prasejarah rekomendasi di Jabar.
|
Editor: Rendika Ferri Kurniawan

KOMPAS.com - Gunung Padang adalah situs kuno yang berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.

Keberadaan situs seluas 291.800 meter persegi ini sempat mengundang perhatian publik beberapa waktu lalu karena diklaim sebagai struktur piramida tertua.

Lantas, bagaimana sejarah penemuannya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Gunung Padang Bangunan Tertua di Dunia?

Sejarah penemuan Gunung Padang

Dilansir dari situs Universitas Indonesia, Gunung Padang sebenarnya sudah diketahui keberadaannya ketika ditemukan oleh N. J. Krom.

Ia menemukan situs ini pada 1914 silam dan dilaporkan olehnya dalam Rapporten Oudheidkundige Dienst.

Pada saat itu, N. J. Krom tidak menyebutkan nama situs yang ditemukan sebagai Gunung Padang.

N. J. Krom hanya menyebutkan bahwa dirinya menemukan situs baru yang lokasinya berdekatan dengan Gunung Melati.

Dari situlah, Gunung Padang menjadi tempat penelitian, diperbincangkan publik, hingga ditemukan peninggalan purbakala tahun 1979.

Penemuan peninggalan purbakala dilaporkan oleh seorang warga dan sejak tahun 1979 penelitian digelar oleh Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.

Badan tersebut sempat melakukan eksavasi (penggalian) pada teras 4 dan 5 Gunung Padang.

Baca juga: Gunung Padang di Cianjur, Punya Situs Megalitikum Terbesar di Asia Tenggara

Peninggalan zaman mengalitikum

Berdasarkan pengamatan peneliti diketahui bahwa Gunung Padang adalah situs dengan bentuk pundek berundak.

Dilansir dari Peta Budaya Belajar Kemdikbud, situs ini adalah peninggalan masa prasejarah, tepatnya zaman megalitikum atau batu besar.

Bukti bahwa Gunung Padang adalah sisa-sisa dari zaman megalitikum dapat dilihat dari tinggalan bebatuan tempat pemujaan.

Tempat pemujaan tetap berdiri tegak sampai sekarang, namun terjadi kerusakan secara internal maupun eksternal pada situs ini.

Kerusakan internal Gunung Padang disebabkan oleh tumbuh-tumbuhan liar dan erosi.

Sementara kerusakan eksternal disebabkan oleh aktivitas wisata yang tidak terkendali, aksi vandalisme, dan batu yang diduduki atau dipukul.

Faktor-faktor tersebut menyebabkan banyak dari batu punden menjadi aus, lepas, miring, retak, patah, bahkan jatuh ke lereng dan kaki bukit.

Baca juga: Misteri Situs Gunung Padang di Jawa Barat Diungkap dalam Pertemuan AGU

Kompleks pundek berundak terbesar di Asia Tenggara

Dikutip dari Kompas.com, Gunung Padang ternyata tercatat sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Terdapat lima teras pada situs ini yang memiliki ukuran berbeda-beda dan batuannya berasal dari andesit dengan panjang sekitar satu meter dan berbentuk tiang-tiang.

Masing-masing teras pada Gunung Padang memiliki fungsi. Salah satunya adalah teras pertama yang tercatat sebagai bagian terluas.

Teras pertama tersusun atas batu dengan jumlah batuan paling banyak, tetapi jumlahnya semakin sedikit menuju ke arah atas.

Baca juga: Situs Gunung Padang, Situs Megalitik Terbesar di Asia Tenggara

Klaim piramida tertua

Sementara itu, National Geographic melaporkan bahwa klaim Gunung Padang adalah struktur piramida tertua di dunia bermula dari pemaparan peneliti asal Indonesia pada American Geophysical Union tahun 2018.

Klaim tersebut didasarkan pada Gunung Padang berbeda dari bukit biasa setelah peneliti melakukan penelitian selama bertahun-tahun.

Pasalnya, situs ini memiliki serangkaian struktur kuno yang usia fondasinya sekitar 10 ribu tahun lalu bahkan bisa berusia lebih tua.

Peneliti juga menerangkan, lapisan pertama dari Gunung padang usianya sekitar 3.500 tahun berdasarkan penanggalan radikokarbon.

Sedangkan, lapisan kedua dari situs ini usianya sekitar 8.000 tahun dan lapisan ketika berusia sekitar 9.500-28.000 tahun.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi