KOMPAS.com - Anak sulung Raja Thailand, Putri Bajrakitiyabha Narendira Debyavati, mendapat perawatan di RS setelah ia pingsan secara tiba-tiba.
Reuters melaporkan, peristiwa tersebut terjadi ketika Putri Bajrakitiyabha berada di Provinsi Nakhon Ratchasima, Rabu (14/12/2022).
Ia langsung dibawa ke RS terdekat dan diterbangkan ke Bangkok menggunakan helikopter ketika kondisinya dinyatakan stabil.
Walau belum ada keterangan lebih lanjut, pihak kerajaan sempat membeberkan bahwa sang putri dirawat di RS karena masalah jantung.
Lalu, mengapa orang yang mengalami masalah jantung dapat kehilangan kesadaran secara tiba-tiba?
Baca juga: Putri Bajrakitiyabha, Anak Sulung Raja Thailand Dilarikan ke RS karena Masalah Jantung
Diduga alami aritmia
Pingsannya Putri Bajrakitiyabha diduga disebabkan oleh aritmia atau gangguan irama pada jantung.
Hal tersebut diungkapkan dr. Irnizarifka, SpJP, FIHA, FAPSC, FAsCC, FHFA dari Divisi Aritmia, Pacu Jantung, dan Gagal Jantung Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskular RS Universitas Sebelas Maret (UNS).
Ia mengatakan, kecil kemungkinan masalah jantung seperti itu disebabkan oleh penyakit jantung koroner mengingat Putri Bajrakitiyabha adalah perempuan, berusia 44 tahun, dan belum menopause.
"Perempuan usia produktif yang masih menstruasi itu lebih terlindung untuk penyakit jantung koroner. Bukan tidak mungkin tapi sangat jarang," kata dr. Irnizarifka, saat dihubungi Kompas.com, Senin (19/12/2022).
Ia menjelaskan, pada kasus aritmia, penyakit yang seringnya tidak terdiagnosis atau underdiagnose adalah cardiac channelopathies.
Channelopathies adalah penyakit bawaan yang berujung pada kejadian aritmia yang dapat menjadi serius dan mengakibatkan kematian jantung mendadak.
"Prinsipnya adalah jantung kalau berdenyut butuh listrik. Listrik ini tercipta salah satunya atas perbedaan ion natrium, kalium, dan kalsium dalam sel jantung," jelas dr. Irnizarifka.
"Kerusakan pada channel ion-ion tadilah yang menyebabkan sel otot jantung menjadi rentan terhadap irama jantung yang buruk atau aritmia," tambahnya.
Baca juga: 7 Gejala Aritmia yang Pantang Disepelekan
Diagnosis
Ia mengatakan, kebanyakan kasus channelopathies tidak terdiagnosis karena sifatnya yang silent.
Namun, ada beberapa tanda yang dapat dirasakan seperti rasa berdebar atau hampir pingsan.
"Antara dua (tanda) ini mungkin ada aritmia. Kalau tanda objektif dinilainya dari rekam jantung, tes provokasi aritmia, dan tes genetik," terang dr. Irnizarifka.
Karena alasan itulah, ia menyarankan orang untuk melakukan medical check up setahun sekali apabila sudah berusia 40 tahun.
"Karena ada risiko yang mungkin tidak diketahui," jelasnya.
Baca juga: Jantung Berdebar dan Anak Gampang Pingsan, Waspadai Aritmia
Pencegahan dan pengobatan
dr. Irnizarifka mengatakan, terjadinya aritmia dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni dampak dari penyakit tertentu dan bawaan.
Penyakit tertentu yang ia maksud adalah diabetes, hipertensi atau tekanan darah tinggi, koroner, dan gagal jantung.
Oleh sebab itu, cara untuk mencegah terjadinya aritmia adalah mengobati penyakit-penyakit tersebut secara optimal.
"Kalau sudah terjadi channelopathies gimana? Tidak bisa dicegah. Yang bisa adalah didiagnosis kemudian ditentukan berbahaya atau tidak," tutur dr. Irnizarifka.
"Kalau sudah ditentukan berbahaya oleh dokter, akan diberikan rencana khusus supaya meminimalkan henti jantung mendadak," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.