Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejarah Pohon Natal Tiap 25 Desember, dari Mana Awal Mulanya?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Alena Gan
Ilustrasi pohon Natal.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Ada berbagai cara untuk merayakan hari Natal. Salah satunya adalah memajang dan menghias pohon Natal.

Dekorasi ini biasanya diambil dari pinus, cemara, atau menggunakan pohon imitasi yang sering kali dijual di toko-toko aksesoris.

Pohon Natal dapat dipajang di rumah, ruang pertemuan, gereja, atau pusat perbelanjaan dengan cara dihias menggunakan berbagai macam dekorasi.

Di antaranya adalah bintang, lampu kelap-kelip, pita, mistletoe, boneka kue jahe, termasuk tumpukan kado berisi hadiah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 7 Promo Makanan Saat Natal 2022, Ada Dominos Pizza hingga Richeese Factory

Baca juga: Misa Natal di Gereja Katedral Jakarta: Jadwal, Cara Daftar, dan Kapasitas Umat

Meski pohon Natal menjadi bagian yang tak terpisahkan saat 25 Desember, bagaimana asal muasalnya hingga populer di seluruh dunia?

Berasal dari Eropa Utara

Ada banyak sumber yang menyebutkan pohon Natal berasal dari Jerman dan Inggris, termasuk diadaptasi dari kehidupan Mesir kuno.

Namun, ada pula yang menyebutkan bahwa dekorasi ini berasal dari Latvia dan Estonia, dua negara yang berbatasan langsung dengan Laut Baltik.

Dilansir dari National Geographic, dua negara ini sama-sama mengeklaim bahwa wilayahnya pada zaman dahulu menjadi tempat lahirnya tradisi memajang pohon Natal.

Menurut Latvia, pohon Natal berawal dari 1510 ketika House of the Black Heads, sebuah perserikatan pedagang membawa sebatang pohon lalu menghiasi dan membakarnya.

Sementara itu, Estonia justru mengeklaim bahwa perayaan yang disebutkan oleh Latvia dihelat do Tallin pada 1441 oleh perserikatan yang sama.

Baca juga: Mulai Hari Ini, Berikut Jadwal Pembatasan Angkutan Barang Saat Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Kemungkinan berasal dari Jerman

Ada kemungkinan pohon Natal yang Anda kenal saat ini juga berasal dari wilayah Perancis yang dulunya diklaim sebagai milik Jerman, yaitu, Alsace pada abad ke-16.

Hal itu merujuk pada catatan sejarah bahwa pohon Natal ditanam pada 1593 di Katedral Strasbourg.

Penanaman pohon Natal kemudian berkembang ke wilayah lain dan sampai-sampai pada 1554 kota Freiburg mengeluarkan larangan menebang pohon untuk Natal.

Profesor studi agama asal University of Sydney, Carole Cusack, juga menjelaskan Martin Luther juga punya andil dalam mempopulerkan pohon Natal.

Baca juga: Home Alone hingga The Polar Express, Ini 5 Rekomendasi Film Tema Natal

Adapun, Martin Luther adalah tokoh reformasi Protestan yang lahir di kota Eisleben, Jerman pada 1483.

Disebutkan bahwa Martin Luther dianggap sebagai orang yang mempopulerkan tradisi menyalakan pohon Natal.

Pada saat itu, ia menggunakan lilin dan tradisi ini ditularkan oleh imigran asal Jerman ke negara lain.

Cusack menuturkan, dari situlah pohon Natal menyebar ke seluruh dataran Eropa ketika abad ke-18.

Baca juga: Jadwal Tanggal Merah Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Populer di Inggris

Tidak berhenti sampai di tangan para imigran Jerman, kepopuleran pohon Natal lantas dilanjutkan oleh Ratu Charlotte.

Adapun, Ratu Charlotte memutuskan untuk menikah pada pertengahan abad ke-18 dengan Raja George III.

Dari situ, sang Ratu membawa tradisi memajang pohon Natal ke dalam keluarga kerajaan.

Namun, dekorasi ini semakin populer ketika Illustrated London News mempublikasikan sebuah ilustrasi pada 1848.

Illustrated London News menerbitkan ilustrasi Ratu Victoria dan Pangeran Albert bersama keluarga kerajaan yang berkumpul di dekat pohon Natal yang sudah dihias.

Dari situlah tradisi memajang pohon Natal semakin populer dan menyebar ke negara-negara lain.

Baca juga: Daftar Wilayah yang Berpotensi Cuaca Ekstrem Saat Natal dan Tahun Baru 2023

Dikaitkan dengan tradisi lain

Sebelum dikaitkan dengan Natal, tradisi pemasangan pohon cemara ternyata sudah dilakukan oleh orang pada zaman kuno.

Dikutip dari Parade, orang pada masa tersebut mempercayai bahwa Matahari adalah dewa.

Ketika musim dingin tiba, dewa menjadi sakit namun ada harapan Matahari akan bersinar kembali berkat simbolisasi pepohonan yang tumbuh subur.

Orang pada zaman Mesir kuno, China, dan Yahudi juga memandang pohon sebagai simbol kehidupan.

Bahkan, pohon dipandang oleh orang Eropa sebagai lambang kehidupan baru dan kesuburan sebelum hari Natal dirayakan.

Baca juga: Jadwal Tanggal Merah Libur Natal 2022 dan Tahun Baru 2023

Pohon Natal tiba di Amerika

Pohon Natal kemudian tiba di Amerika sekitar abad ke-18, tapi tahun-tahun sebelumnya sempat dibawa oleh imigran asal Jerman.

Namun, kelompok puritan (orang yang mengedepankan kemurnian dalam agama) sempat melarang tradisi tersebut.

Mereka percaya bahwa pemasangan dan menghias pohon Natal berkaitan dengan pagan dan hal-hal yang berbau berhala.

Sampai-sampai, pada 1659 dikeluarkan suatu UU oleh Pengadilan Massachusetts bahwa perayaan Natal selain kebaktian di gereja adalah pelanggaran.

Orang yang memajang dekorasi Natal, termasuk pohon Natal, akan dikenai denda apabila melanggar.

Baca juga: Mengenang 22 Tahun Kepergian Riyanto, Anggota Banser yang Membuang Tas Berisi Bom di Depan Gereja Eben Haezar Mojokerto

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Sejarah Pohon Natal

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi