Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Benda Paling Mahal di Dunia, Kemungkinan Tak Akan Bisa Terbeli

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/FlashMovie
Ilustrasi kelahiran bintang pertama. Astronom temukan bintang pertama di alam semesta. Bintang AS0039 diketahui lebih miskin logam, ditemukan di galaksi kerdil yang mengorbit galaksi Bima Sakti.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.coom - Benda termahal di dunia saat ini bukanlah berlian, rumah, maupun kendaraan mewah.

Rekor benda termahal di dunia bahkan mungkin di alam semesta saat ini adalah antimateri atau antimatter.

Badan Penerbangan dan Antariksa (NASA) dalam laman resmi pada 1999 silam menuliskan, harga antimateri sekitar 62,5 triliun dolar AS per gram.

Angka tersebut sekitar Rp 973.906 triliun per gram apabila diubah dalam rupiah dengan kurs Rp 15.582 per dolar AS.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Penelitian dan Teknologi Propulsi NASA, Dr. George Schmidt menjelaskan, harga sangat fantastis mengingat antimateri sangat sulit diciptakan dan dipertahankan dengan teknologi saat ini.

Bukan hanya itu, antimateri sebagai benda paling mahal juga memiliki kepadatan energi yang luar biasa.

Lantas, apa itu antimateri?

Baca juga: 5 Rempah Termahal di Dunia, Ada yang Tumbuh di Indonesia


Mengenal antimateri

Sesuai namanya, antimateri adalah antipartikel atau kebalikan dari partikel yang menyusun suatu materi "biasa".

Misalnya, seperti dikutip Livescience, sebuah elektron yang bermuatan negatif memiliki pasangan antimateri yang dikenal sebagai positron.

Positron sendiri merupakan partikel dengan massa yang sama dengan elektron, tetapi bermuatan positif atau kebalikannya.

Untuk partikel tanpa muatan listrik seperti neutron, antimaterinya sering kali berupa neutron itu sendiri.

Namun, para peneliti belum menentukan apakah partikel kecil netral yang dikenal sebagai neutrino juga memiliki antimateri dirinya sendiri.

Adapun saat materi dan antimateri bertemu, mereka akan memusnahkan satu sama lain dan melepaskan energi yang amat besar.

Antimateri pertama kali diungkapkan oleh fisikawan asal Inggris, Paul Dirac pada 1928, seperti dikutip laman New Scientist.

Melalui turunan persamaannya, Dirac menjelaskan adanya elektron bermuatan negatif berinteraksi dengan elektron positif atau positron.

Sama halnya proton, neutron, dan elektron yang bergabung membentuk atom dan materi, dia mengatakan bahwa antiproton, antineutron, dan antielektron (positron) juga bergabung membentuk antiatom dan antimateri.

Baca juga: 10 Buah Termahal di Dunia, Ada yang Mencapai Rp 700 Juta Per Biji

Keberadaan antimateri

Keberadaan antimateri di alam semesta hingga kini masih menjadi tanda tanya. Antimateri disebut sebagai inti dari misteri mengapa alam semesta ada.

Pada saat-saat pertama setelah Big Bang atau ledakan dahsyat yang melahirkan alam semesta, hanya ada energi.

Saat alam semesta mulai mendingin dan mengembang, partikel materi dan antimateri diproduksi.

Para ilmuwan telah mengukur sifat partikel dan antipartikel dengan ketelitian yang sangat tinggi dan menemukan bahwa keduanya memiliki perilaku identik.

Dengan demikian, jika antimateri dan materi diciptakan dalam jumlah yang sama dan berperilaku identik, seharusnya semua materi dan antimateri musnah saat bersentuhan dan tidak menyisakan apa pun.

Namun, saat ini yang terjadi justru materi lebih mendominasi daripada antimateri.

Teori lain mengatakan, jumlah materi sebenarnya lebih besar daripada antimateri, sehingga saat bersentuhan dan musnah, masih ada materi tersisa untuk membentuk alam semesta.

Baca juga: Daftar Kota Termahal di Dunia 2022 Versi EIU, Adakah Indonesia?

Antimateri buatan manusia

Manusia tercatat pernah mencoba menciptakan antimateri. European Organization for Nuclear Research (CERN) dengan alat bernama Atom Smasheryang berhasil menciptakan antimateri.

Beberapa percobaan di CERN berhasil menciptakan antihidrogen, antimateri dari unsur hidrogen.

Mereka juga berhasil menciptakan elemen antimateri paling kompleks hingga saat ini, yakni antihelium atau antimateri dari helium.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi