Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Negara Ini Catatkan Kematian akibat Amoeba Pemakan Otak, Bagaimana Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Kateryna Kon
Gambar amoeba pemakan otak (Naegleria fowleri). Amoeba ini dilaporkan menginfeksi seorang pria Korea Selatan dan menyebabkannya meninggal dunia.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Infeksi Naegleria fowleri atau dikenal sebagai amoeba pemakan otak, menarik perhatian usai Korea Selatan melaporkan kematian pertama pada Senin (26/12/2022).

Diberitakan The Korea Herald, Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA) mengonfirmasi, korban adalah pria berusia sekitar 50 tahun yang baru kembali dari Thailand.

Pria itu kembali ke Korea pada 10 Desember 2022 setelah empat bulan bertugas di sana.

Baca juga: Kenali Penyebab dan Gejala Pendarahan Otak seperti yang Dialami Indra Bekti

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat dibawa ke rumah sakit, akan tetapi nyawanya tak tertolong dan meninggal pada Rabu (21/12/2022).

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Naegleria fowleri adalah amoeba atau organisme hidup bersel tunggal yang hidup di air tawar hangat.

Mereka hidup di sumber mata air tawar panas, seperti danau dan sungai di seluruh dunia.

Meski jarang muncul, infeksi amoeba pemakan otak dapat menyerang sistem saraf manusia dan hampir selalu menyebabkan kematian pada korban.

Baca juga: Mengenal Amoeba Pemakan Otak yang Menewaskan Satu Orang di Korsel

Berikut tiga negara yang pernah melaporkan kematian akibat infeksi amoeba pemakan otak:


1. Korea Selatan

Setelah kematian korban, KDCA melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematian.

Pengujian mengonfirmasi, gen dalam tubuh korban 99,6 persen mirip dengan penemuan pada pasien meningoensefalitis amoeba primer di luar negeri yang disebabkan Naegleria fowleri.

KDCA menjelaskan, amoeba menginfeksi seseorang melalui hidung dan masuk ke otak. Saat amoeba berhasil terhirup dan mendiami otak, korban mungkin akan mengalami gejala awal seperti sakit kepala, demam, mual, atau muntah.

Baca juga: Apakah Rutin Minum Susu Bisa Membuat Otak Lebih Tajam?

Selanjutnya, beberapa gejala lain termasuk sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku.

Meski penularan amoeba pemakan otak dari manusia ke manusia tidak mungkin terjadi, KDCA meminta warga untuk tidak berenang di daerah dan lingkungan penyebarannya.

Pasalnya, sebagian besar kasus dimulai saat korban berenang di tempat amoeba pemakan otak bersemayam.

Baca juga: Apa Itu Penyakit Lesi Otak seperti yang Diidap Ruben Onsu?

2. Amerika Serikat

Amerika Serikat (AS) telah melaporkan 154 infeksi amoeba pemakan otak selama kurun waktu 1962 hingga 2021.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), hanya empat orang yang selamat, dengan tingkat kematian lebih dari 97 persen.

Pada tahun ini, seperti dilaporkan Insider (23/11/2022), setidaknya tiga orang meninggal akibat infeksi amoeba pemakan otak di negara ini.

Tercatat, Naegleria fowleri ditemukan di danau dan sungai di Lowa, Nebraska, dan Arizona.

Peningkatan kasus infeksi ini disebabkan suhu lingkungan yang cenderung lebih hangat daripada sebelumnya.

Baca juga: Manfaat Sirsak: Mencegah Bisul dan Membunuh Sel Kanker

3. Pakistan

Pakistan juga mengonfirmasi kematian akibat meningoensefalitis amoeba primer yang disebabkan oleh Naegleria fowleri, pada Mei 2022.

Diberitakan Out Breaks Today (2/5/2022), kematian pertama di Provinsi Sindh pada tahun ini terjadi pada seorang pria berusia 59 tahun asal Kiamari.

Adapun menurut otoritas kesehatan setempat, sekitar 90 orang telah meninggal akibat meningoensefalitis amoeba primer di Karachi, ibu kota Sindh.

Baca juga: Bagaimana Cara Amoeba Pemakan Otak Bisa Masuk ke Otak?

Bagaimana dengan Indonesia?

Saat dikonfirmasi, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menyampaikan bahwa belum ada temuan infeksi amoeba pemakan otak di Indonesia

"Sampai saat ini belum ada laporan dari fasilitas kesehatan maupun organisasi profesi yang melaporkan adanya kasus ini," ujar Nadia kepada Kompas.com, Kamis (29/12/2022).

Sementara itu, meningoensefalitis amoeba primer (PAM) atau infeksi Naegleria fowleri setidaknya memiliki gejala yang dirasakan mulai 1-14 hari setelah terinfeksi.

Baca juga: Hewan yang Bisa Mengendus Sel Kanker pada Manusia, Apa Saja?

Gejala termasuk kebingungan, kurang perhatian terhadap orang-orang dan sekitarnya, kehilangan keseimbangan, kejang, dan halusinasi.

Setelah awal gejala, penyakit berkembang dengan cepat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu 3 sampai 7 hari.

Lantaran infeksi cenderung berkembang cepat, sebagian besar penderita sudah terlebih dahulu meninggal sebelum sempat diagnosis.

Baca juga: Waspada Virus Nipah, Ini Gejala, Diagnosis, dan Cara Penularannya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi