Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wacana Kartu Khusus untuk Bayar KRL, Akankah Efektif?

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Annisa Ramadani Siregar
Rencana penggunaan kartu bayar KRL sesuai kemampuan mendapat penolakan dari salah satu penumpang inisial A. Hal itu diungkapkan A saat ditemui di Stasiun Rawa Buntu, Tangsel, pada Kamis (29/12/2022).
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) tengah mengkaji penggunaan kartu khusus untuk bayar KRL.

Nantinya, kartu khusus untuk bayar KRL ini akan disesuaikan dengan kemampuan masyarakat.

"Saat ini kami tengah mengkaji pilihan-pilihan kartu perjalanan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sesuai dengan kemampuan membayar," ujarnya, saat dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (28/12/2022).

Wacana kartu khusus untuk bayar KRL ini muncul untuk menyesuaikan besaran subsidi Public Service Obligation (PSO) supaya tarif KRL tetap terjangkau oleh masyarakat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasalnya, selama ini tarif KRL masih mendapat subsidi negara lewat PSO.

Sementara itu, di tengah kenaikan biaya operasional KRL, pemerintah belum ada rencana untuk menaikkan tarif KRL.

Lantas, apakah wacana penggunaan kartu khusus untuk bayar KRL efektif?

Baca juga: Tarif KRL Tak Naik, Kemenhub Kaji Bayar Pakai Kartu Sesuai Kemampuan


Penjelasan pengamat

Pengamat Transportasi Djoko Setijowarno mengatakan bahwa wacana kenaikan tarif KRL sudah muncul sejak 2018.

Djoko mengatakan, wacana kenaikan tarif KRL itu muncul lantaran tingginya jumlah penumpang KRL pada akhir pekan dan masa liburan yang mayoritas tujuannya untuk berwisata.

"Orang yang bekerja itu kalau Sabtu hanya 5 persen. Kalau hari Minggu hanya 3 persen," ujarnya, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Jumat (20/12/2022).

"Padahal yang namanya subsidi itu diberikan bagi orang yang rutin bekerja," imbuh Djoko.

Dari situlah mulanya muncul wacana untuk menaikkan tarif KRL mengingat besaran subsidi untuk KRL sangat besar.

"(Subsidi KRL itu) sampai Rp 40,5 triliun per tahun. Sementara subsidi yang lainnya kecil-kecil, daerah 3T saja cuma Rp 125 miliar," tutur dia.

Baca juga: Ramai soal Kenaikan Tarif KRL di 2023, Ini Kata Kemenhub dan KCI

Untuk mengalokasikan subsidi KRL agar sesuai sasaran, pemerintah mulai mempertimbangkan pemberian subsidi tarif KRL yang lebih besar bagi mereka yang tidak mampu. Begitupun sebaliknya.

Alokasi subsidi tarif KRL itu diberikan dengan memanfaatkan data base yang sudah ada.

"Jadi, bagi yang tidak mampu artinya dalam golongan tertentu, itu dapat subsidi yang lebih besar ketimbang yang mampu. Tapi tidak menghilangkan (subsidi)," terang Djoko.

"Karena apapun, masyarakat entah itu mampu maupun tidak mampu berhak naik KRL," tandas dia.

Setahun kemudian, yakni pada 2019, wacana tersebut kembali ditunda untuk diimplementasikan. Begitu pun pada 2020, karena terjadinya gelombang pandemi.

Kemudian di awal 2022, wacana kenaikan tarif itu kembali muncul. Saat itu, kenaikan tarif diusulkan naik Rp 2.000.

Baca juga: Jadwal KRL Jabodetabek Tambahan di Malam Tahun Baru 2023, Total 28 Perjalanan hingga Pukul 02.50 WIB

Efektivitas penggunaan kartu khusus KRL

Hingga saat ini, wacana kenaikan tarif KRL belum juga terealisasi.

Di sisi lain, pemerintah sedang mempertimbangkan penggunaan kartu khusus untuk bayar KRL.

"Kalau saya pribadi, mikirnya bisa (menggunakan kartu khusus sesuai kemampuan)," kata Djoko.

"Cuma rumit dan ruwet," imbuh dia.

Djoko menuturkan bahwa penggunaan kartu khusus itu bisa saja dilakukan dengan mengacu pada data base kemiskinan yang sudah dimiliki.

Cara lainnya, bisa dengan kesadaran penumpang KRL yang mengusulkan (proaktif). Misalnya, dengan menyertakan slip gaji atau keterangan tidak mampu dari RT/RW setempat.

"Tapi memang perlu proseslah itu," jelas Djoko.

Baca juga: Viral, Unggahan AC KRL Rusak tapi Tetap Beroperasi dengan Jendela Terbuka, Ini Kata KCI

Di satu sisi, kenaikan tarif justru dinilai lebih sederhana untuk menekan subsidi KRL.

"Lebih baik kembali pada awal aja. Kenaikan Rp 2.000 itu lebih mudahlah," tandas dia.

Dengan begitu, besaran subsidi KRL bisa ditekan dan dialokasikan ke subsidi ke daerah lainnya mengingat KRL tidak hanya berada di Jabodetabek saja.

Bagaimanapun, keberadaan KRL di Jabodetabek memiliki kontribusi yang sangat besar untuk mengurai kemacetan arus lalu lintas yang sudah padat.

Tak hanya itu, produksi polusi udara juga bisa ditekan ketika masyarakat memutuskan untuk menggunakan KRL atau transportasi umum lainnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi