Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan
Bergabung sejak: 24 Mar 2020

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Empat Harapan Tahun Baru 2023

Baca di App
Lihat Foto
GETTY IMAGES via BBC INDONESIA
Prosesi pertukaran atau perdagangan budak di Amsterdam, Belanda, karya seniman Jan Luyken (1684).
Editor: Sandro Gatra

SEBAGAI hadiah akhir tahun 2022, sang kelirumolog sejarah merangkap maha guru sejarah kemerdekaan saya, Batara Hutagalung mengoreksi kekeliruan saya dalam menulis naskah tentang Perdana Menteri Belanda Mark Rutte memohon maaf atas angkara murka Belanda menjajah Indonesia selama ratusan tahun (Kompas.com 26 Desember 2022 “Kekesatriaan serta Kemanusiaan Adil dan Beradab”)

Agar tidak lanjut keliru, saya copas koreksi pak Batara terhadap saya sebagai berikut:

"Selamat siang Pak Jaya, Saya sudah membaca naskah Pak Jaya di Kompas.com. Mohon maaf, sebagai “Kelirumolog,” saya melihat Pak Jaya termasuk 95% rakyat Indonesia yang mendapat informasi yang keliru mengenai pernyataan PM Belanda Mark Rutte. Saya juga sudah membaca berita mengenai hal ini di berbagai media di Indonesia. Semua yang saya baca, keliru memberitakan inti pidato Mark Rutte. Semua media memberitakan, bahwa pemerintah Belanda juga meminta maaf kepada Indonesia atas penjajahan dan pebudakan. Saya sertakan rekaman pidato lengkap Mark Rutte hari Senin tanggal 19.12.2022, bertempat di Gedung Arsip Nasional di Den Haag, Belanda. Dia menyampaikan pidato selama 20 menit. Dalam pidatonya, dia menyampaikan permintaan maaf kepada sejumlah negara bekas jajahan Belanda, atas *peran Belanda dalam perdagangan budak* yang berlangsung selama 250 tahun. Atas nama pemerintah Belanda, dia menyampaikan permintaan maaf atas kesengsaraan yang ditimbulkan akibat perbudakan yang berlangsung di 7 negara di Amerika Tengah dan Selatan, yaitu Suriname, Curacao, St. Maarten, Aruba, Bonaire, Sabah dan St. Eustatius. Negara-negara tersebut di masa kolonialisme Belanda dinamakan Netherlands West Indie_ (India Barat). Mark Rutte samasekali tidak menyinggung masa kolonialismenya. Dia tidak menyebut negara-negara/daerah-daerah asal para budak di Afrika dan tidak meminta maaf kepada negara-negara asal para budak. Dia juga tidak menyebut nama negara-negara di Asia Selatan dan Asia Tenggara di mana Belanda juga melakukan perdagangan budak sejak tahun 1600 sampai 1862, antara lain Indonesia, yang di masa kolonialisme Belanda dinamakan _Nederlands Indië_ (India Belanda). Wakil Presiden Ma’ruf Amin termasuk yang terkecoh dengan pemberitaan media2 di Indonesia, yang menulis, bahwa pemerintah Belanda meminta maaf atas kolonialisme dan perbudakan di Indonesia. Salam hormat. Batara Hutagalung."

Saya berterima kasih atas hadiah koreksi pak Batara Hutagalung. Namun terlepas dari kekeliruan wishfull thinking terhadap permintaan maaf PM Belanda, sebagai warga Indonesia, saya tetap berharap sang kepala kerajaan Belanda minta maaf atas penjajahan terhadap Indonesia maupun kepala negara Indonesia berkenan minta maaf atas pembinasaan jutaan warga Indonesia oleh sesama warga Indonesia pascamalapetaka G30S 1965 dan tragedi Mei 1998.

Atas nama para sanak keluarga jutaan warga Indonesia yang terbunuh pada masa penjajahan Belanda maupun pada masa pascaprahara G30S 1965 serta tragedi Mei 1998, saya mengharapkan Insya Allah, PM Belanda berkenan memohon maaf atas penjajahan Nusantara serta Presiden Indonesia berkenan meminta maaf atas pembunuhan jutaan warga Indonesia oleh sesama warga Indonesia di masa lalu agar jangan sampai terulang terjadi kembali di masa depan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masih ada dua harapan Tahun Baru 2023 lainnya, yaitu semoga kasus tragedi Kanjuruhan dan prahara pembunuhan Brigadir Joshua tidak akan terulang terjadi kembali di negeri gemah ripah loh jinawi, tata tenteram kerta raharja tercinta kini ini.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi