Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Petinggi NASA Khawatir Bulan Akan Dikuasai China

Baca di App
Lihat Foto
freepik/wirestock
Ilustrasi Bulan menjauh dari Bumi.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) khawatir terhadap kemungkinan Bulan akan dikuasai oleh China.

Kekhawatiran tersebut disampaikan oleh administrator NASA, Bill Nelson, sembari mengatakan China bisa mengklaim Bulan sebagai teritorialnya.

"Itu adalah fakta. Kita sedang dalam perlombaan luar angkasa," kata Nelson dikutip dari New York Post, Selasa (3/1/2023).

Ia mengatakan, China bisa menguasai Bulan apabila AS kalah dalam space race atau persaingan luar angkasa.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika hal tersebut sampai terjadi, daerah yang mengandung banyak sumber daya di Bulan kemungkinan dapat ditutup oleh China.

"Dan memang benar bahwa kita sebaiknya berhati-hati agar mereka tidak sampai ke suatu tempat di Bulan dengan kedok penelitian ilmiah," ujarnya.

"Dan bukannya di luar kemungkinan mereka berkata, 'Jangan keluar, kami di sini, ini wilayah kami'," tambah Nelson.

Baca juga: Gunakan Teknologi NASA, Columbia Rilis Jaket yang Menghangatkan Tubuh

Persaingan dapat memanas

Nelson yang berstatus sebagai senator Florida dan mantan astronot juga menyampaikan potensi persaingan luar angkasa AS-China memanas.

Ia menyampaikan, persaingan kedua negara di luar angkasa dapat meningkat dalam dua tahun ke depan.

Dilansir dari The Guardian, Nelson juga menyoroti usaha China dalam menguasai pulau-pulau di Laut China Selatan.

Kawasan tersebut dijadikan sebagai pangkalan militer mereka dan ia menyebut tindakan ini adalah bukti ambisi Negeri Tirai Bambu memperluas teritorial.

"Jika Anda meragukannya, lihat apa yang mereka lakukan dengan Kepulauan Spratly," ujar Nelson.

Baca juga: NASA Kehilangan Kontak dengan Satelit ICON

Perlu diketahui bahwa selama beberapa tahun ke belakang China terlihat getol untuk menorehkan sejarah di luar angkasa.

Negara tersebut sempat menggelar program untuk menempatkan stasiun luar angkasa yang mengorbit Bumi.

China juga melakukan beberapa misi pengorbitan di Bulan dan negara ini turut melakukan pengambilan sampel.

Hal lain yang dilakukan adalah rencana pendirian stasiun penelitian Bulan otonom yang letaknya di dekat Kutub Selatan.

Stasiun penelitian tersebut dijadwalkan akan didirikan pada tahun 2025.

Baca juga: NASA Akan Bawa Nama Anda Kelilingi Bulan dalam Program Artemis I, Tertarik Mendaftar?

Tak berhenti sampai di situ, China juga memiliki visi "gila" lain, seperti melakukan tata kelola luar angkasa dan transportasi luar angkasa.

Keinginan lainnya adalah melakukan pendaratan berawak di Bulan.

Sementara itu, NASA yang khawatir dengan ambisi Beijing mencapai luar angkasa tengah melakukan beberapa misi di luar Bumi.

Misi Artemis I yang dilakukan NASA selama 26 hari baru saja selesai. Misi ini bertujuan untuk mengambil citra permukaan Bulan.

AS juga berkeinginan melakukan banyak aktivitas di Bulan walau tetap berfokus pada planet Mars.

Baca juga: Mengenal Alerce Milenario, Makhluk Hidup Tertua di Bumi yang Masih Eksis

Dibantah China

Sementara AS melayangkan kekhawatirannya terhadap nasib Bulan, hal ini justru dibantah oleh China.

Melalui juru bicara Kedutaan Besar China di Washington, Liu Pengyu, negara ini menolak interpretasi AS tentang ambisi menguasai bulan,

Ia bahkan menyebut beberapa pejabat di Negeri Paman Sam mengeluarkan pernyataan yang tidak bertanggung jawab.

Baca juga: Kapsul Orion dari Misi Artemis 1 NASA Berhasil Pecahkan Rekor Apollo 13

Di sisi lain, Liu juga menyampaikan bahwa upaya luar angkasa yang dilakukan negaranya masih normal dan sah.

"China selalu menganjurkan penggunaan ruang angkasa secara damai, menentang persenjataan dan perlombaan senjata di luar angkasa," kata Liu dilansir dari The Guardian.

"Dan bekerja secara aktif untuk membangun komunitas dengan masa depan bersama bagi umat manusia di domain luar angkasa," tambahnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi