Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Hujan Ada yang Turun Sangat Deras dan Ada yang Tidak?

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Brian A Jackson
Ilustrasi hujan deras.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Memasuki puncak musim hujan, beberapa daerah di Indonesia mengalami hujan ekstrem hingga menyebabkan banjir.

Hujan terkadang turun membasahi Bumi dengan damai, lembut, dan santai tanpa membuat orang takut.

Namun, fenomena alam ini juga bisa turun dengan intensitas tinggi atau biasa disebut sebagai hujan deras atau hujan lebat.

Hujan lebat hingga badai ini kerap menghujam Bumi dalam jangka waktu tertentu dan menyebabkan beberapa kerusakan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, mengapa bisa terjadi dua hujan, ringan dan deras?

Baca juga: Beda Penjelasan BRIN dan BMKG soal Prediksi Badai 28 Desember di Jabodetabek


Terjadinya hujan

Semua hujan berasal dari kombinasi dua hal, yakni kelembapan di udara dan arus udara yang bergerak ke atas atau angin.

Dikutip dari Kompas.com, hujan merupakan bentuk presipitasi atau proses pengembunan di atmosfer berbentuk cairan yang turun ke Bumi.

Hujan terbentuk apabila titik air yang terpisah dari awan jatuh ke Bumi. Sebelum terjadi hujan, pasti ada awan sebagai tempat penampungan uap air dari permukaan Bumi.

Air di Bumi, baik laut, sungai, maupun danau akan menguap karena panas sinar matahari. Uap selanjutnya akan naik dan mengalami proses kondensasi.

Melalui proses ini, uap air berubah menjadi embun. Karena suhu sekitar awan lebih rendah dari panas matahari, maka akan terbentuk titik embun air.

Suhu udara yang semakin tinggi membuat titik-titik embun semakin banyak dan memadat, kemudian membentuk awan.

Di langit, ada perbedaan tekanan udara dan pergerakan udara yang dikenal dengan angin.

Angin kemudian membawa awan yang berisi butir-butir air menuju lokasi yang suhunya lebih rendah.

Awan-awan yang mengandung titik embun air ini selanjutnya berkumpul dan membentuk awan besar, sehingga warnanya menjadi kelabu.

Awan kelabu yang sudah terlalu berat dan tidak lagi bisa menahan air, akhirnya turun menjadi hujan.

Baca juga: Banjir Semarang, Apakah Potensi Hujan Lebat Masih Akan Terjadi?

Hujan ringan dan hujan deras

Dilansir dari laman University of Maryland, Baltimore County (UMBC), udara dingin dapat menahan kelembapan jauh lebih sedikit daripada udara hangat.

Oleh karena itu, awan saat udara dingin cenderung lebih tipis dan berlapis, serta tidak memiliki banyak air di dalamnya.

Di sisi lain, angin dengan kecepatan lambat mulai menyapu awan tipis yang tidak memiliki banyak kelembaban, sehingga terbentuklah tetesan hujan kecil.

Berat awan yang jauh lebih ringan juga membuat gravitasi dengan mudah menariknya ke bawah untuk melawan arus angin, sebelum hujan berubah semakin besar.

Saat itulah, Bumi akan diguyur hujan lebih tenang dan tidak menakutkan.

Baca juga: Hujan Lebat dan Gelombang Tinggi Bakal Landa Indonesia sampai Awal 2023, Ini Wilayah yang Wajib Waspada

Sebaliknya, hujan badai atau hujan deras terjadi saat banyak uap air di udara dan angin yang bergerak dengan sangat cepat.

Udara hangat akan menciptakan awan tinggi dan tebal, serta mengandung banyak uap air.

Akibatnya, tetesan air terbentuk dengan cepat saat udara bergerak naik melalui awan. Namun, lantaran angin bertiup ke atas dengan sangat cepat, tetesannya bisa menjadi sangat besar sebelum gravitasi sempat menyeretnya ke Bumi.

Ketika uap air menjadi terlalu berat untuk dibawa angin, semua tetesan air dalam awan pun runtuh dan menghujani Bumi.

Meski deras, hujan jenis ini biasanya tidak berlangsung lama. Begitu hujan turun dari awan dan menekan aliran udara ke atas, awan akan menghilang dan hujan pun mereda.

Baca juga: Saat Air Terjun Raksasa Niagara Membeku Diterpa Badai Salju Ekstrem...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi