Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gejala Omicron XBB 1.5 atau Virus Kraken yang Bikin Lonjakan Kasus Covid-19 di Berbagai Negara

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/Naeblys
Ilustrasi Deltacron. Varian baru Covid Deltacron telah terdeteksi di Eropa dan Amerika Serikat. Deltacron adalah varian virus corona kombinasi Delta dan Omicron yang pertama kali dideteksi di Perancis.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Munculnya subvarian Omicron XBB 1.5 menyebabkan berbagai negara kalang kabut menghadapi lonjakan kasus harian Covid-19.

Reuters melaporkan, mutasi baru Corona ini diperkirakan berkontribusi pada peningkatan kasus Covid-19 di Amerika Serikat.

Diperkirakan sebanyak 27,6 persen kasus Covid-19 di Negeri Paman Sam dipicu oleh penularan Omicron XBB 1.5 per 7 Januari 2023.

Dilansir dari Kompas.com, beberapa negara seperti Singapura, Perancis, Inggris, Jerman, dan India juga mendeteksi kemunculan XBB 1.5.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negara-negara tersebut lebih waspada mengingat Omicron XBB 1.5 disebut ilmuwan lebih menular ketimbang mutasi virus Corona lainnya.

Lantas, apa saja gejala yang ditimbulkan oleh XBB 1.5 dan mengapa subvarian Omicron ini begitu menular?

Baca juga: Update 8 Januari 2023: Kasus Positif Covid-19 Bertambah 345, Meninggal 4

Dijuluki virus Kraken

Dikutip dari BBC, mutasi baru virus Corona yaitu varian Omicron telah memunculkan varian-varian lain, salah satunya adalah XBB 1.5.

Saking menularnya, subvarian ini mengungguli virus Corona Alpha, Beta, Gamma, termasuk Delta selama dua tahun ke belakang.

Subvarian tersebut juga dikatakan hampir sama dengan strain dari Omicron sebelumnya.

XBB 1.5 begitu menular karena mutasi menyebabkan subvarian ini mampu menembus sistem pertahanan tubuh.

XBB 1.5 juga memiliki mutasi yang dikenal sebagai F486P yang membuatnya lebih mudah menyebar.

Mutasi itu membuat XBB 1.5 menemukan cara baru untuk menembus sistem pertahanan tubuh, menurut Prof. Wendy Barclay dari Imperial College London.

Baca juga: Tak Hanya dari China, Thailand Wajibkan Semua Pelancong Asing Sudah Vaksin Covid-19 Penuh

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyebutkan bahwa subvarian Omicron ini mempunyai keunggulan daripada subvarian lain.

Untungnya, XBB 1.5 belum terindikasi lebih berbahaya atau serius daripada varian Omicron sebelumnya.

Perlu diketahui juga bahwa subvarian terbaru dari Omicron tersebut juga dijuluki ilmuwan sebagai virus Kraken.

Julukan tersebut diberikan oleh profesor biologi Kanada Dr. Ryan Gregory, sebagaimana diberitakan Fortune.

Gejala XBB 1.5

Ilmuwan sependapat bahwa XBB 1.5 begitu menular dan berisiko menyebabkan kasus harian Covid-19 melonjak di berbagai negara.

Tetapi, mutasi baru menyebabkan gejalanya tidak banyak berubah walaupun XBB 1.5 mudah menular.

Baca juga: China Longgarkan Aturan Terkait Covid-19, tetapi Masih Tutup Kunjungan Wisata Turis Asing

Berikut gejala-gejala yang ditimbulkan oleh XBB 1.5 sebagaimana dilansir dari Prevention:

  • Diare
  • Batuk
  • Muntah atau mual
  • Sakit tenggorokan
  • Kesulitan bernapas
  • Kehilangan rasa atau bau
  • Pilek atau hidung tersumbat
  • Menggigil atau demam
  • Nyeri otot
  • Kelelahan.

Cara mencegah XBB 1.5

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan XBB 1.5 menurut spesialis penyakit menular dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt, William Schaffner, M.D.

Salah satunya adalah memakai masker ketika berada di tengah keramaian dan mendapatkan vaksinasi Covid-19.

Baca juga: Jerman Mulai Larang Perjalanan Non-esensial ke China karena Covid-19

Adapun, XBB 1.5 untuk sementara ini tidak menimbulkan long Covid seperti dialami orang yang pernah terinfeksi virus sebelumnya.

Tetapi, Schaffner menyebutkan bahwa ada risiko long Covid terjadi setelah orang terinfeksi oleh virus ini.

Penanganan untuk orang yang terinfeksi XBB 1.5 juga sedikit berbeda dari varian virus Corona lain.

Perawatan antibodi monoklonal dan Evusheld untuk menurunkan tingkat keparahan Covid-19 dikatakan tidak efektif menangkal XBB 1.5.

Namun, kepala penyakit menular di University at Buffalo di New York, Thomas Russo, M.D, mengatakan obat antivirus seperti Paxlovid masih bisa bekerja. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi