Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Viral, Foto Patung Kuno Disebut Memegang Lato-lato, Sejarawan Undip Beri Klarifikasi

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan layar via akun Twitter @tanyakanrl
Beredar sebuah foto di Twitter yang memperlihatkan bagian tangan dari sebuah patung kuno terlihat seperti memegang lato-lato.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah foto yang memperlihatkan patung kuno terbuat dari batu nampak seperti memegang lato-lato beredar di Twitter.

Foto tersebut diunggah oleh akun base ini dan sudah ditayangkan hingga 58,2 ribu kali hingga Senin (9/1/2023).

"Ternyata nenek moyang kita juga main lato2," tulis pengunggah dalam keterangan foto.

Foto patung kuno terlihat seperti memegang lato-lato ini lantas ditanggapi oleh banyak warganet.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada yang mengira patung tersebut benar-benar bermain lato-lato, namun tidak sedikit yang menginterpretasikannya dengan hal lain.

"Apakah itu bertanda kita akan kembali k masa2 yg dlu ?," tulis akun ini.

"Kok mirip testis," timpal akun ini.

"Biji buah zakar itu nder," balas akun ini.

Lantas, benarkah orang pada zaman dahulu sudah mengenal lato-lato hingga permainan ini diaplikasikan pada pembuatan patung?

Baca juga: Kronologi Anak 8 Tahun di Kalbar Terluka Saat Bermain Lato-lato, Pulang ke Rumah Matanya Merah, Harus Jalani Operasi

Penjelasan sejarawan Undip

Dosen Departemen Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Dr. Siti Maziyah, memberikan tanggapan perihal beredarnya foto patung kuno yang terlihat seperti bermain lato-lato.

Saat dihubungi Kompas.com pada Senin (9/1/2023), ia mengatakan dua bola yang berada di patung kuno seperti diunggah di Twitter itu bukanlah lato-lato.

"Bukan (lato-lato). Itu buah zakar. Bukan lato-lato," tandas Maziyah.

Adapun, buah zakar yang disebut juga testis adalah bagian yang penting bagi sistem reproduksi pria.

Organ tersebut mempunyai fungsi untuk menghasilkan sperma dan testosteron (hormon yang mendominasi pria).

Lebih lanjut, Maziyah menjelaskan bahwa pada zaman dahulu patung yang dibuat berkaitan dengan agama yang dianut.

Baca juga: Bunyi Lato-lato Bikin Susah Tidur? Ini Cara Mudah Menghadapinya

"Percampuran Siwa-Buddha. Ada beberapa arca yang seperti itu," jelas Maziyah.

Ia menerangkan, pada zaman dahulu nenek moyang tidak mengenakan pakaian atas dan hanya menutup tubuh bagian bawah.

Hal tersebut dapat disaksikan ketika masyarakat berkunjung ke Candi Sukuh atau Candi Cetho yang berada di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Arca-arca di kedua candi tersebut memperlihatkan alat kemaluan laki-laki yang dipersonifikasikan dari kepercayaan yang dianut pada waktu itu.

"Lingga, alat kelamin laki-laki merupakan representasi dari Dewa Siwa," jelas Maziyah.

Tentang lato-lato

Lato-lato yang belakangan ini tengah populer di kalangan anak sebenarnya adalah permainan lawas. Namun kini, permainan ini kembali populer.

Dikutip dari Kompas.com, cara bermain lato-lato adalah dengan cara membenturkan dua bola dari plastik polimer yang diikat menggunakan tali tersebut.

Tali pada lato-lato dapat dijepit pada jari yang dirapatkan dengan posisi telapak tangan vertikal.

Baca juga: Viral, Video Pernikahan Disambut Lato-Lato, Bagaimana Ceritanya?

Setelah itu, dua bola dapat digerakkan secara perlahan hingga saling berbenturan dan berbunyi tak-tak-tak.

Seorang pemain dapat dikatakan jago bermain lato-lato apabila benturan kedua bola cepat dan posisinya stabil.

Perlu diketahui bahwa lato-lato sebenarnya bukanlah permainan asli Indonesia dan baru naik daun sekitar tahun 1990-an.

Ada beberapa nama untuk permainan ini, seperti clackers ball dan nok-nok.

Meski di Tanah Air populer sebagai permainan, lato-lato di Argentina malah digunakan sebagai senjata untuk berburu.

Nama lato-lato di Negeri Tango adalah bolas, biasa digunakan penggembala untuk berburu hewan sejenis Ilama.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi