Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Video Viral Serangan Belalang Kembara di Sumba Timur, Apa Penyebabnya?

Baca di App
Lihat Foto
tangkapan layar akun instagram @jktnewss
Video viral hama kembara di Sumba Timur
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Sebuah video yang menampilakan kemunculan gerombolan belalang kembara, viral di media sosial Instagram setelah diunggah oleh akun @jktnewss pada Sabtu (7/1/2023).

Berdasarkan keterangan perekam, diketahui bahwa lokasi serangan gerombolan belalang kembara itu terjadi di Waingapu, Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Hari ini tanggal 6 Januari 2023, itu lihat di lapangan, hama belalang, di Waingapu di depan rumah saya," tutur pengunggah.

Dalam video tersebut, gerombolan belalang kembara terlihat berterbangan di tanah yang lapang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa penyebab munculnya gerombolan belalang tersebut? 

Baca juga: Warga Gunungkidul Tewas Usai Makan Belalang Setan, Ini Ciri-cirinya

Penjelasan dosen UGM

Dosen Fakultas Pertanian UGM Yogyakarta Nugroho Susetya Putra mengatakan bahwa fenomena kemunculan gerombolan belalang itu menurutnya wajar terjadi.

Dia menjelaskan bahwa hal itu merupakan bagian dari fenomena biologis.

"Kemunculan belalang yang demikian banyak tadi sebenarnya peristiwa biologis biasa," uajrnya, saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Minggu (8/1/2023).

Menurutnya, kemunculan gerombolan belalang kembara di Sumba Timur itu menunjukkan perubahan status fisiologis dari belalang soliter (penyendiri) menjadi gregaria (berkelompok).

Fenomena tersebut disebabkan oleh kemunculan pakan belalang kembara dalam jumlah signifikan.

"Biasanya awal musim hujan. Setelah muncul hujan satu dua hari, maka rumput-rumputan dan tumbuhan gramineae (poaceae) semacam jagung, sorgum, dan lain-lain mulai tumbuh," jelas Nugroho.

Belalang yang biasanya soliter (penyendiri) itu akan mulai berdatangan ke sumber-sumber pakan yang mulai bermunculan tadi.

Saat itulah terjadi singgungan antara satu individu dengan individu lain yang mengakibatkan terjadinya picuan-picuan fisiologis.

Akibatnya, belalang soliter tadi menjadi lebih agresif yang akhirnya memicu perkawinan individu jantan dengan betina.

Baca juga: Video Viral Serbuan Belalang Kembara di Sumba, Begini Penjelasan Ahli

 

Bukan pertama kali terjadi

Sebelumnya, fenomena yang sama juga pernah terjadi di Sumba Timur, NTT. Saat itu Pemerintah Kabupaten Sumba Timur mengerahkan segala macam cara untuk mengendalikan gerombolan belalang kembara.

Dilansir dari Antara, belalang kembara di Sumba Timur memang mengalami peningkatan populasi pada musim penghujan.

Nugroho mengatakan, saat masih banyak musuh alami yang secara rutin memangsa belalang di fase soliter hal itu membuat populasi belalang tidak terlalu banyak. 

Sehingga begitu musim penghujan tiba dan tumbuhan inang mulai muncul, populasi belalang fase soliter tadi tidak terlalu tinggi. Berbeda halnya dengan fenomena yang terjadi saat ini.

Oleh sebab itu, faktor ketiadaan musuh alami sangat berpengaruh terhadap peningkatan populasi belalang kembara.

Baca juga: Video Viral Serbuan Belalang Kembara di Sumba, Begini Penjelasan Ahli

Pengendalian serangan belalang kembara

Nugroho mengatakan bahwa pada fase gregarious, kemunculan belalang kembara sangat sulit untuk dikendalikan. Bahkan, dengan penyemprotan darat seperti yang sekarang dilakukan di Sumba sekalipun.

"Kekhawatiran saya, wilayah-wilayah tadi bisa menjadi sarang belalang baru yang di masa akan datang bisa meledak," papar Nugroho.

Ketakutan itu muncul berdasarkan pengalaman di negara-negara lain, seperti Timur Tengah, Mediterania, Asia Selatan, Rusia, dan Australia.

Di negara-negara tersebut pengendalian belalang kembara ini sangat sulit jika sudah masuk ke fase gregarious. Apalagi dengan perubahan-perubahan cuaca yang terjadi sekarang.

"Padahal mereka (dengan bantuan FAO dan organisasi lain) menggunakan penyemprotan menggunakan pesawat dan peramalan dengan satelit dan database," ungkap dia.

Namun upaya itu tetap tidak bisa mengendalikan populasi belalang kembara.

Untuk mencegah kemungkinan terburuk itu, Nugroho mengusulakn dua solusi yang menurutnya lebih masuk akal guna menghadapi serangan gerombolan belalang kembara.

"Pertama, konservasi musuh alami belalang dengan membuat lokasi-lokasi konservasi di sarang-sarang belalang kembara (seperti halnya konservasi monyet ekor Panjang di Jepang dan negara lain)," ucap dia.

Di lokasi-lokasi tersebut, belalang dibiarkan hidup dengan populasi yang relatif stabil rendah karena dikontrol oleh musuh alaminya.

Harapannya, populasi ini tidak mudah meledak.

"Kedua, jika terpaksa populasi masih naik secara signifikan, maka kita bisa memanfaatkan biomassa mereka yang luar biasa," tandas dia.

Misalnya dengan memanfaatkan belalang kembara sebagai sumber protein untuk ternak atau ikan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi