Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Itu Nitrogen Cair pada "Chiki Ngebul" dan Kenapa Ditambahkan ke Makanan?

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/Manustart
Ilustrasi chiki ngebul.
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - "Chiki ngebul" yang biasanya dijajakan di pasar malam atau pusat perbelanjaan menjadi sorotan Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Terlebih, ditemukan setidaknya 10 kasus dengan gejala keracunan makanan akibat mengonsumsi "chiki ngebul" hingga Kamis (12/1/2023).

"Memang sampai saat ini dari data yang kita kumpulkan adalah pada anak-anak," ujar Direktur Penyehatan Linkungan Kemenkes, Anas Ma'ruf dalam konferensi pers, Kamis (12/1/2023).

"Baru masuk (data korban) juga satu kasus (chiki ngebul) di Jatim juga terjadi pada anak-anak," lanjutnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anas menyampaikan, kebanyakan korban "chiki ngebul" adalah anak-anak karena jajanan ini memberikan sensasi yang menarik bagi mereka.

Hal tersebut tidak bisa dilepaskan dari nitrogen cair yang membuat "chiki ngebul" mengeluarkan asap ketika disajikan atau dimasukkan ke mulut.

Baca juga: Bahaya Nitrogen Cair pada Jajanan Chiki Ngebul, Apa Saja Dampaknya?

Baca juga: Setelah Pemkot Bekasi, Pemkot Bogor Kini Larang Penjualan Chiki Ngebul

Apa itu nitrogen cair?

Anas menjelaskan bahwa nitrogen sebenarnya bukan zat yang berbahaya karena sebagian besar komposisi udara terisi oleh kandungan ini.

Perlu diketahui bahwa udara tersusun atas 78 persen nitrogen, 21 persen oksigen, dan 1 persen karbondikosida atau CO2 dan zat lainnya.

Meski begitu, nitrogen bisa diubah dari gas menjadi wujud lain untuk kepentingan-kepentingan tertentu.

"Contoh di laboratorium itu bisa digunakan untuk pengawetan sampel-sampel dengan didinginkan," kata Anas.

Baca juga: Buntut Kasus Keracunan Chiki Ngebul, Ini Gejala dan Imbauan dari Kemenkes

Tak hanya itu, zat tersebut juga dimanfaatkan pada pangan untuk pengawetan dan penggunaannya sudah diatur Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Hal tersebut tertuang dalam Peraturan BPOM Nomor 20 Tahun 2020 bahwa nitrogen dapat digunakan sebagai bahan penolong.

"Artinya bahan penolong itu digunakan di pangan dan dalam waktu singkat akan menguat," jelas Anas.

Ia menambahkan, ciri dari nitrogen cair adalah wujudnya yang tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa.

Baca juga: Tentang Obat Sirup yang Mengandung Etilen Glikol dan Alternatifnya

Bahaya nitrogen cair

Meski nitrogen cair bisa digunakan sebagai bahan penolong pada pangan, zat ini tergolong berbahaya bagi kesehatan.

Anas menyampaikan, suhu nitrogen yang sudah cair mencapai -196 derajat Celsius dan temperatur sedingin ini cukup berisiko.

Zat tersebut bisa menyebabkan luka bakar atau radang dingin, terutama pada beberapa jaringan lunak, seperti kulit.

Baca juga: Bahaya Nitrogen Cair pada Jajanan Chiki Ngebul, Apa Saja Dampaknya?

Mengonsumsi nitrogen cair juga dapat meninbulkan perasaan seperti terbakar pada tenggorokan.

Hal tersebut disebabkan oleh dinginnya suhu pada nitrogen cair dan zat ini bersentuhan langsung dengan organ tubuh.

"Kalau terhirup bisa menjadi persoalan," ungkap Anas.

Ia menjelaskan, menghirup terlalu banyak uap yang dihasilkan oleh minuman atau makanan menggunakan nitrogen cair dapat memicu kesulitan bernapas.

Baca juga: Bocah Terbakar Usai Jajan Ice Smoke, Apakah Nitrogen Dapat Terbakar?

Pembiayaan korban chiki ngebul

Anas menyampaikan bahwa saat ini pemerintah belum menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) pada peristiwa "chiki ngebul".

Karena alasan itulah pembiayaan untuk perawatan korban "chiki ngebul" dilakukan dengan beberapa cara.

Maksudnya, pembiayaan untuk perawatan korban "chiki ngebul" bisa menggunakan asuransi, BPJS Kesehatan, atau metode lainnya.

"Terkait dengan pembiayaan tentu karena ini belum penetapan status KLB, misalnya oleh pemerintah daerah apalagi oleh tingkat pusat tentu pembiayaan mengikuti pola seperti yang biasa," pungkas Anas.

Baca juga: Mengenal Nitrogen Oksida, Gas yang Muncul pada Ledakan di Lebanon

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi