Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhatan Puan dan Hal yang Harus Dilakukannya agar Disukai Publik...

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/Fristin Intan Sulistyowati
Ketua DPR Puan Maharani dan Wali Kota Gibran Rakabuming Raka, Senin (12/11/2022).
|
Editor: Sari Hardiyanto

KOMPAS.com - Ketua DPP PDIP Puan Maharani menyampaikan curhatan isi hatinya selama ini.

Curhatan tersebut beragam, mulai dari tidak mendapatkan hak istimewa di internal partai, hingga banyak tidak disukai orang.

Hal itu diungkapkannya dalam tayangan Rosi KompasTV, Jumat (13/1/2023).

"Merasalah (banyak orang tak suka). Bingung juga, nggak tahu kenapa. Kayaknya sudah berusaha kerja benar, turun ke bawah, kemudian kerja ke lapangan," kata Puan.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya merasa tidak ada privilese untuk saya karena memang selalu ditugaskan turun ke bawah, kerja yang benar, yang kuat, yang sabar, yang tabah dalam menghadapi semua tantangan ke depan, itu saya jalani," lanjut dia.

Baca juga: Mengenal Dewan Kolonel, Tim Loyalis Puan untuk Capres PDI-P 2024


Baca juga: Sejarah PDI-P yang Hari Ini Berusia 50 Tahun

Lantas, apa yang harus dilakukan Puan agar disukai orang?

Analisis pengamat politik

Pengamat politik Ray Rangkuti mengatakan, Puan membutuhkan satu peristiwa yang memperlihatkan dirinya adalah dirinya.

"Capaian-capaiannya adalah berkat kerja kerasnya sebagai politisi," ujarnya kepada Kompas.com, Minggu (15/1/2023).

Kemudian, Puan membutuhkan satu gelombang ujian di mana yang bersangkutan terlihat bekerja keras, jatuh bangun, bahkan mungkin tersisihkan. Persis seperti Megawati pernah mengalaminya.

"Pemilih PDIP itu diklaim banyak dari kalangan wong cilik. Tentu saja, wong cilik itu adalah pekerja keras, tersisihkan dan seringkali kalah dalam kehidupan," kata dia.

"Identifikasi wong cilik seperti ini sulit dijelmakan ke dalam diri Ibu Puan. Yang terlihat mendapatkan apa yang ingin inginkan tercapai dengan mudahnya," lanjut dia.

Baca juga: Puan Curhat Banyak Tak Disukai Orang, Apa Penyebabnya?


Baca juga: Jalan Panjang Puan Maharani Menuju Kursi Ketua DPR RI

Yang terjadi saat ini menurutnya terkesan ada jarak, yakni jarak antara wong cilik dengan yang terlihat dari perjalanan politik Puan yang terlihat elitis.

"Maka, seperti saya sebutkan di atas, Puan perlu terlihat bekerja keras, jatuh bangun bahkan tersisihkan untuk sampai ke satu jabatan tertentu," imbuhnya.

Sementara itu, pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Zaki Mubarak mengatakan, kasus "mic mati" yang berulang saat memimpin rapat di DPR, adalah salah satu contoh posisi strategis yang diraih tidak linear dengan kompetensi politik Puan.

Bahkan, di internal PDI-P, beberapa melihat Puan sebagai sosok yang tidak tertarik dengan politik.

"Mungkin dia paham, punya banyak keterbatasan dalam segi-segi pemikiran strategis kebangsaan. Memang tidak ada gagasan dan pemikiran besar yang muncul dari Puan," kata Zaki.

Baca juga: Berapa Gaji Ketua DPR Puan Maharani?

Agar yang bersangkutan setidaknya mau disukai orang, seharusnya Puan lebih banyak menampilkan spirit populisme atau kerakyatan.

Karena basis massa PDI-P identik dengan 'wong cilik' yang berarti kelas sosial-ekonominya menengah kebawah.

Namun, hal ini belum ditonjolkan Puan.

"Sebagai politisi yang super sibuk, Puan makin terbatas waktunya berinteraksi dan menyapa masyarakat biasa. Padahal disitulah sumber kekuatannya sebagai politisi yang memperjuangkan aspirasi wong cilik," katanya lagi.

Baca juga: Nomor Urut Partai Politik dan Jadwal Pemilu 2024

KOMPAS.com/Akbar Bhayu Tamtomo Infografik: Daftar Partai Pemenang Pemilu dari Masa ke Masa

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi