Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pernah Masuk Forbes, Ini Sosok Petinggi Frank yang Diduga Tipu JP Morgan

Baca di App
Lihat Foto
Dok. dRetail
Ilustrasi start up teamwork
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - JP Morgan Chase & Co menuntut petinggi perusahaan Frank, platform perencanaan keuangan mahasiswa di perguruan tinggi.

Diduga, petinggi Frank, Charlie Javice dan Olivier Amar membuat 4,25 juta pengguna palsu untuk meningkatkan kredibilitas perusahaan fintechnya.

Gugatan itu diajukan akhir tahun di Pengadilan Distrik AS di Delaware.

Javice dan Amar diduga telah membayar 18.000 dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 274,5 juta kepada profesor ilmu data untuk membuat jutaan akun palsu. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebelumnya, pada 2021, JP Morgan Chase & Co mengakuisisi perusahaan tersebut seharga 175 juta dolar Amerika Serikat.

Dilansir dari Reuters, tuduhan pemalsuan data itu muncul ketika JP Morgan bermaksud mengirimkan e-mail uji pemasaran ke daftar pelanggan Frank.

Baca juga: Waspada, Penipuan Akun Telegram Mengaku BPJS Kesehatan, Ini Modusnya

Di antara data pelanggan yang tersedia, e-mail tersebut hanya terkirim ke 28 persen dari keseluruhan pengguna, atau sekitar 300.000 pengguna.

Kendati demikian, pengacara Javice membantah tuduhan tersebut.

"Setelah JP Morgan bergegas mengakuisisi bisnis Frank, JPM menyadari bahwa mereka tidak dapat bekerja di sekitar undang-undang privasi siswa, melakukan pelanggaran, dan mencoba mengubah kesepakatan." jelas pengacara Javice.

Sementara itu, juru bicara JP Morgan mengatakan bahwa pihaknya tetap akan membawa perkara ini ke proses hukum.

Lantas siapakah petinggi Frank, Charlie Javice dan Olivier Amar, yang dituduh dalam perkara dugaan penipuan ini?

Baca juga: Kartu Kredit Ultra-Ekslusif JP Morgan, Hanya Dimiliki Orang Super Kaya

Mendirikan Frank saat masih belia

Dilansir dari Daily Mail, Javice merupakan putri seorang manajer investasi sukses yang berbasis di New York.

Dia merupakan lulusan dari sekolah bisnis Wharton di University of Pennsylvania.

Ketika bisnisnya diakuisisi oleh JP Morgan, Javice dan Amar sempat menjadi karyawan di perusahaan tersebut.

Namun, pada Oktober 2022 lalu, Amar dipecat. Sebulan berikutnya, Javice mengalami hal yang sama.

Javice mendirikan start-up waralaba pada 2019. Saat itu dia berusia 24 tahun.

Perusahaan start-up tersebut dibentuknya setelah lulus. Mulanya, Frank hanya beranggotakan 15 orang.

Baca juga: Setelah JP Morgan, Kini Giliran Bank of America Sediakan Produk Bitcoin

Masuk Forbes 30 under 30

Di tahun yang sama, Javice juga terdaftar dalam Forbes 30 under 30 di bidang keuangan.

Saat itu, Javice memberi tahu bahwa perusahaan start up-nya, Frank, telah membantu 300.000 siswa dalam mengajukan permohonan bantuan keuangan.

Bahkan, ketika JP Morgan mengakuisisi perusahaannya pada September 2021, Javice mengatakan bahwa bisnis tersebut telah melayani lebih dari 5 juta siswa di lebih dari 6.000 perguruan tinggi.

Dilansir dari Forbes, saat itu majalah Forbes 30 Under 30 disebutkan bahwa perangkat lunak Frank bertujuan untuk membuat proses aplikasi pinjaman mahasiswa lebih cepat dan mudah.

Saat ini, pihak bank telah menutup situs Frank yang kini mengarahkan pengguna ke situs resmi FAFSA.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: Reuters
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi