Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Barack Obama Alami Sindrom Tidur Pendek, Apa Itu?

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK/TIRACHARDZ
Ilustrasi tidur.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sejumlah orang kondang mengaku mengalami sindrom tidur pendek. Salah satunya mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.

Obama mengaku mengalami sindrom tidur pendek di mana dirinya hanya tidur selama 5 jam per malam semasa masih menjabat sebagai presiden Amerika Serikat.

Hal serupa juga dialami oleh mantan Perdana Menteri Inggris, Margaret Tatcher, yang  mengklaim bahwa dia hanya membutuhkan tidur selama empat jam per malam.

Kendati demikian, apakah sindrom tidur pendek ini benar-benar ada? Ataukah itu hanya fenomena kekurangan tidur saja?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Mengapa Semua Orang Suka Menguap dan Menggeliat ketika Bangun Tidur?

Mengenal sindrom tidur pendek

Ahli saraf perilaku di Universitas Maynooth Irlandia, Andrew Coogan mengatakan, fenomena tidur pendek merupakan hal yang nyata.

"Sindrom tidur pendek dialami oleh orang-orang yang biasanya memiliki durasi tidur pendek di malam hari dan tidak mengalami efek buruk dari rasa kantuk yang berlebihan, gangguan kognitif, atau suasana hati yang lebih rendah di siang hari," jelasnya, dilansir dari Science Alert.

Menurutnya, fenomena tidur pendek ini terjadi pada mereka yang hanya membutuhkan waktu 6 jam atau kurang untuk tidur per malam.

Padahal, dilansir dari Sleep Foudation, para ahli tidur menyarankan agar orang dewasa tidur lebih dari 7 jam per malam hari.

Baca juga: Manfaat Selada bagi Kesehatan, Sumber Vitamin hingga Tingkatkan Kualitas Tidur


Penyebab sindrom tidur pendek

Para peneliti percaya bahwa faktor genetik bisa menentukan seseorang mengalami sindrom tidur pendek atau tidak.

"Sindrom tidur pendek yang sebenarnya mungkin merupakan sifat yang ditentukan secara genetik," ujar Coogan.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Sleep menemukan bahwa varian gen BHLHE41 dikaitkan dengan fenomena tidur pendek dan resistensi terhadap kurang tidur.

Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa mutasi BHLHE41 tertentu dapat mengurangi tidur total dan memberikan ketahanan terhadap efek kurang tidur.

Studi lainnya yang diterbitkan dalam jurnal Neuron pada 2019 menyebutkan bahwa fenomena tidur pendek disebabkan oleh mutasi pada ADRB1.

Meskipun demikian, fenomena tidur pendek sangat jarang terjadi.

Psikolog kesehatan sekaligus CEO Sleep Health Foundation, Moira Junge menuturkan bahwa hanya ada segelintir orang yang mengalami sindrom tidur pendek.

"Jauh kurang dari 1 persen dari populasi," terang dia.

Baca juga: Makanan yang Sebaiknya Dihindari Menjelang Tidur, Picu Mimpi Buruk dan Asam Lambung

Bisa karena adaptasi baru

Tidak semua orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam disebut mengalami sindrom tidur pendek.

Hal ini karena sindrom tidur pendek sangat jarang terjadi.

Coogan mengatakan, sebagian besar orang yang mengaku bisa tidur kurang dari 6 jam per malam bisa jadi lantaran dirinya sedang beradaptasi dengan rutinitas baru.

"Saya berhipotesis bahwa mereka baru saja terbiasa dengan kehidupan yang tidak banyak tidur," kata Coogan.

Di sisi lain, meskipun pedoman tidur untuk orang dewasa adalah lebih dari 7 jam, namun masing-masing individu memiliki durasi tidur yang berubah-ubah.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi