Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Serial Killer" Bekasi Bunuh Keluarga demi Tutupi Kejahatan, Kriminolog: Dehumanisasi!

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/JOY ANDRE T
Lokasi penemuan 5 orang yang ditemukan tergeletak lemas dengan kondisi mulut berbusa di wilayah Ciketing Udik, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Kamis (12/1/2023). 5 orang tersebut diduga keracunan makanan.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Satu keluarga di Ciketing Udik, Bantar Gebang, Kota Bekasi, Jawa Barat, dipastikan meninggal dunia akibat dibunuh dengan cara diracun.

Tersangka pembunuhan merupakan kepala keluarga, Wowon Erawan, beserta dua pelaku lain yakni Solihin dan Muhammad Dede Solehudin.

Diberitakan Kompas.com, Kamis (19/1/2023), para pelaku tega membunuh keluarga sendiri karena korban mengetahui pembunuhan dan penipuan sebelumnya yang dilakukan pelaku.

Pelaku ini membunuh para korban sebelumnya karena korban menagih janji akan diberi kekayaan dengan bantuan kemampuan supranatural.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Sebelum membunuh satu keluarga di Bekasi, para pelaku melakukan serangkaian pembunuhan atau biasa disebut serial killer," ujar Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (19/1/2023).

Adapun berdasarkan penyelidikan sementara, korban pembunuhan berantai dari ketiga tersangka hingga saat ini berjumlah 9 orang.

Korban terdiri dari 3 orang di Bekasi, 4 orang di Cianjur, 1 orang di Garut, dan 1 korban lain masih dicari.

Lantas, bagaimana kriminolog memandang kasus pembunuhan berantai di Bekasi ini?

Baca juga: Daftar Korban Pembunuhan Berantai Wowon dkk di Cianjur, Garut, dan Bekasi


Tak lepas dari konteks sosial

Melihat fenomena serial killer di Bekasi, kriminolog dari Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung, Yesmil Anwar mengatakan, kejahatan di Indonesia saat ini sudah masuk tahap bubrah atau amburadul.

"Artinya kualitas dan kuantitas kejahatan meningkat terus," kata dia, saat dihubungi Kompas.com pada Jumat (20/1/2023).

Sebagai seorang kriminolog, Yesmil tak bisa melepaskan kasus ini dari konteks sosial, yaitu terjadinya perubahan sosial di Indonesia yang dipicu oleh beberapa faktor, termasuk dunia maya.

Menurut dia, pembunuhan berantai bisa terjadi karena adanya pergeseran antara perilaku yang dulu ditabukan tetapi saat ini tak lagi ditabukan.

Belum lagi, pengaruh masalah ekonomi, politik, sosial, serta peran dari luar Indonesia.

"Ketika gagal dalam berusaha menerjemahkan norma-norma yang tidak bisa diterima masyarakat, ya ampasnya itu menjadi kejahatan," kata Yesmil.

Baca juga: Wowon, Pembunuh Berantai Bekasi, Kubur Mantan Istri dan Mertua di Halaman Rumah

Yesmil menilai, Bekasi semula merupakan suburban, sebuah kota kecil yang mengelilingi Jakarta.

Puluhan tahun lalu, kota ini masih merupakan daerah yang belum semaju dan seramai saat ini.

Kendati demikian, perubahan sosial membuat Bekasi menjadi ramai dan tingkat kriminalitasnya pun turut meningkat.

"Sehingga kontrol sosial di sana agak sulit, apalagi sekarang jumlah penegak hukum atau polisi jauh lebih sedikit dengan kebutuhan masyarakat," papar Yesmil.

Kasus pembunuhan berantai dan sederet kejahatan lain di Bekasi maupun wilayah lain di Indonesia turut dipicu oleh proses penegakan hukum.

Yesmil mengatakan, saat ini Indonesia sudah memiliki peraturan perundang-undangan. Namun, para penegak hukum dinilai masih kurang profesional dan jumlahnya belum memadai.

Terlebih, masih ada kekurangan fasilitas untuk mendukung keberlangsungan penegakan hukum.

"Kenapa pembunuhan berantai sekarang banyak sekali? Karena sekarang orang-orang merasa akan aman. Kita mengandalkan CCTV, karena kurang polisi (yang mengawasi), dan lain-lain, padahal CCTV kadang juga bisa gagal," jelasnya.

Baca juga: Wowon, Salah Satu Tersangka Pembunuhan Berantai Bekasi-Cianjur, Disebut sebagai Sosok yang Biasa Saja, Istri: Tidak Ada yang Aneh

Dehumanisasi, tega membunuh untuk tutupi kejahatan

Tindakan keji Wowon dan dua tersangka lain menghabisi nyawa keluarganya merupakan tanda dari dehumanisasi.

Menurut Yesmil, dehumanisasi menjadi bagian dari proses masyarakat yang sudah sangat terbuka.

"Masyarakat kita sudah sangat terbuka, dalam artian positif bagus, tapi kalau dalam artian negatif, seperti menjadi tega, ya ini yang terjadi," ujar dia.

Terkait motif pembunuhan berantai yang dilakukan tersangka, dia mengatakan bahwa sesungguhnya tak perlu untuk dibuka.

Kendati demikian, bagi seorang kriminolog, motif menjadi bagian penting dari kejahatan yang harus ditelusuri agar dapat digunakan sebagai pencegahan tindakan serupa.

Adapun umumnya, terdapat tiga motif yang memacu seseorang melakukan tindak pidana, yakni:

  • Motif kekuasaan
  • Motif ekonomi
  • Hubungan sosial, termasuk masalah percintaan, kecemburuan, dan kebencian.

Baca juga: Kekejian Pembunuh Berantai Wowon dkk: Habisi Mertua, 2 Istri, dan 4 Anak di Cianjur-Bekasi

"Mulailah dari sana untuk bisa mendalami itu, untuk bisa mendapatkan kejelasan dari kasus itu sendiri," kata Yesmil.

Dia melanjutkan, umumnya tak ada motif tunggal dalam melakukan kejahatan terutama pembunuhan. Biasanya, satu motif masih tetap akan berkaitan dengan motif lainnya.

Guna menghindari semakin maraknya kasus menghilangkan nyawa orang dan kejahatan kekerasan lain, Yesmil beranggapan bahwa harus ada penambahan pengawasan dari pihak kepolisian.

"Bekasi sekarang jadi lumbung kejahatan kekerasan, mungkin harus ditambah kantor polisi. Tetapi polisi itu bukan satu-satunya untuk mencegah kejahatan," ujar dia.

Selain polisi, tokoh-tokoh di lingkungan masyarakat juga bisa menjadi bagian dari pencegahan kejahatan karena sosoknya dinilai membawa banyak pengaruh.

"Masyarakat terutama tokoh masyarakat bisa menjadi bagian dari pencegahan kejahatan, bukan hanya di tangan polisi," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi