KOMPAS.com - Ketua Umum (Ketum) PDI Perjuangan (PDIP), Diah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau lebih dikenal dengan nama Megawati Soekarnoputri, hari ini berulang tahun ke-76.
Megawati adalah anak kedua sekaligus putri pertama Soekarno yang menjalin kasih dengan Fatmawati.
Ia lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947 dan sudah mengecap asam-manis selama mengarungi dunia politik sejak era reformasi.
Baca juga: Sejarah PDI-P yang Hari Ini Berusia 50 Tahun
Baca juga: Mengapa KPK Kesulitan Melawan PDI-P?
Berikut rekam jejak Megawati, mulai dari latar belakang pendidikan, keterlibatannya dalam politik, hingga pencapaian pribadi:
Pernah kuliah di Unpad
Ketika ayahnya, Soekarno lengser dari jabatannya sebagai presiden, Megawati menamatkan pendidikan dari SD sampai SMA di Perguruan Cikini, Jakarta.
Diketahui, Megawati sempat kuliah di Universitas Padjadjaran (Unpad) namun keluar pada 1967.
Setelah itu, ia bergabung dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) dan memulai perjalanan politiknya pada usia muda.
Megawati kemudian melanjutkan studinya di Universitas Indonesia (UI).
Ia kuliah di Fakultas Psikologi, namun lagi-lagi tidak ia rampungkan.
Baca juga: Profil Presiden Kelima RI: Megawati Soekarnoputri
Tiga kali menikah
Presiden ke-5 RI tersebut mempunyai perjalanan hidup yang penuh lika-liku, termasuk kehidupan rumah tangganya.
Megawati pernah menikah sebanyak tiga kali. Ia menikah ketika usianya masih cukup muda.
Tetapi, tidak semua bahtera rumah tangga yang dijalin Megawati dengan suaminya berakhir manis.
Ketika menikah pada usia 21 tahun, ia harus merelakan suaminya, Surindro Supjarso, yang dinyatakan gugur saat menahkodai pesawat Skyvan T-701 di Biak Papua pada 1970.
Baca juga: Menakar Peluang PDI-P Calonkan Puan pada Pilpres 2024...
Dari pernikahannya dengan Surindro, ia dikaruniai dua anak laki-laki, yakni Mohammad Rizki Pratama (1968) dan Mohammad Prananda (1970).
Perjalanan cintanya berlanjut dengan Hassan Gamal Ahmad Hassan, seorang diplomat dari Mesir. Keduanya menikah pada 1972.
Baca juga: Berapa Gaji Ketua DPR Puan Maharani?
Tetapi, Megawati dan Hassan memutuskan untuk berpisah dan rumah tangga keduanya tidak dikaruniai anak.
Taufik Kiemas lalu menjadi pelabuhan cinta terakhir bagi Ketum PDIP tersebut.
Keduanya menikah pada 1973 ketika Megawati berusia 26 tahun. Dari pernikahan ini, lahirlah Puan Maharani.
Baca juga: Bagaimana Peluang Ganjar dan Puan pada Pilpres 2024?
Perjalanan politik Megawati
Megawati yang berstatus sebagai king maker pada Pilpres 2014 dan 2019 lalu mencatatkan perjalanan politik yang begitu panjang.
Pada 1987, ia bergabung dengan Partai Demokrasi Indonesia yang merupakan fusi dari Partai IPKI, PNI, Parkindo, Partai Murba, dan Partai Katolik.
Posisi sebagai anggota DPR/MPR sempat ia rasakan pada 1987-1992.
Satu tahun setelahnya, ia dipercaya menjadi Ketum PDI setelah kongres digelar di Surabaya.
Tetapi, perjalanan politiknya di PDI sempat dijegal dengan konflik internal yang menyebabkan dualisme di partainya terjadi.
Terpecahlah PDI menjadi dua, yakni pimpinan Soerjadi yang dipilih sebagai Ketum PDI pada 22 Juni 1996 dan Megawati.
Baca juga: Megawati Mengaku Satu-satunya di Indonesia yang Punya 2 Gelar Profesor dan 9 Gelar H.C, Apa Saja?
Pascareformasi
Setelah Presiden Soeharto meletakkan jabatannya pada 1998, kiprah Megawati di dunia politik mulai terbuka.
Ia menjadi salah satu tokoh reformasi bersama Gus Dur, Sri Sultan Hamengku Buwono X, dan Amien Rais.
Pascareformasi pula, PDI pimpinan Megawati berubah nama menjadi PDI Perjuangan setelah kongres V di Denpasar, Bali pada 1 Februari 1999.
PDIP sempat memenangi Pemilu 1999, namun ia tidak mendapatkan jatah kursi RI-1 pada waktu itu.
Megawati kalah dalam pemilihan suara di MPR atas Gus Dur yang terpilih sebagai Presiden ke-3 RI menggantikan BJ Habibie.
Posisi sebagai RI-1 baru diemban Megawati pada 23 Juli 2001 ketika ia terpilih secara aklasmi dalam sidang MPR.
Baca juga: Megawati Kembali Jadi Dewan Pengarah, Ini Susunan Pengurus BPIP 2022-2027
Kalah dalam pilpres
Megawati sempat mencalonkan diri sebagai presiden pada 2004 dan 2009.
Namun, pada 2004, Megawati yang berpasangan dengan Hasyim Muzadi kalah dalam pemungutan suara menghadapi Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Megawati kemudian menggandeng Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilu 2009.
Lagi-lagi, Megawati kalah dari SBY yang berpasangan dengan Boediono.
Semenjak itu, ibu Puan Maharani ini tidak lagi mencalonkan diri sebagai presiden namun terlibat dalam pengusungan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden ke-7 RI pada 2014 dan 2019.
Baca juga: Kenapa Megawati Kini Lebih Aktif Komentari Emak-emak?
Penghargaan untuk Megawati
Berbagai penghargaan pernah dikantongi Megawati selama ia menjabat sebagai presiden maupun ketika memimpin PDIP.
Di antaranya Top 8 Most Powerful Woman in The World versi Majalah Forbes pada 2004.
Penghargaan lain yang ia terima adalah State Order of Friendship atau Bintang Jawa Negara untuk Persahabatan dari Presiden Rusia, Vladimir Putin, pada 2 Juni 2021.
Soka University juga pernah memberikan gelar doktor kehormatan kepada Megawati pada 2021 di Tokyo, Jepang.
Dilansir dari Kompas.com, Seoul Institute of the Arts (SIA) turut menganugerahkan gelar profesor kehormatan kepada Megawati pada 11 Mei 2022.
Gelar tersebut diberikan lantaran Mega dinilai memiliki komitmen seumur hidup dalam mempromosikan diplomasi budaya, seni, dan ekonomi kreatif.
Baca juga: Sederet Jabatan Megawati dari Jokowi: Ketua BRIN hingga Duta Pancasila