Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Arab Saudi Buka Kasino untuk Turis Israel, Wanita Boleh Pakai Bikini

Baca di App
Lihat Foto
timep.org
Aran Saudi akan membangun hotel dan kasino untuk turis Israel di Pulau Tiran dan Sanafir
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - Pemerintah Arab Saudi akan membuka kasino dan hotel di Pulau Tiran dan Sanafir yang dapat diakses oleh wisatawan Israel.

Arab Saudi juga disebutkan akan segera mengizinkan warga Israel mendapatkan visa turis untuk mengunjungi Tiran dan Sanafir yang akan memiliki sejumlah hotel dan kasino.

Dilansir dari Almayadeen, Tiran dan Sanafir adalah dua pulau yang telah dibeli Arab Saudi dari Mesir pada 2016 dan berlokasi di Laut Merah.

Baca juga: Arab Saudi Turunkan Biaya Haji 30 Persen, Lebih Murah dari Tahun Lalu

Tak hanya akan membangun kasino dan hotel, Arab Saudi juga berencana membangun jembatan yang menghubungkan pulau-pulau itu ke Mesir.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ide pembangunan kawasan wisata lengkap dengan hotel dan kasino ini merupakan visi jangka panjang Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman.

Ia ingin mengembangkan negaranya dan membukanya bagi dunia termasuk usaha pariwisata besar di sepanjang pantai Laut Merah hingga Teluk Eilat.

Perempuan boleh tak berhijab dan pakai bikini

Terkait proyek pariwisata di Laut Merah, disebutkan akan ada aturan berbeda di kawasan tersebut dengan wilayah kerajaan. 

Dikutip dari Hotelier, pejabat proyek wisata Laut Merah Arab Saudi mengatakan Kerajaan Arab Saudi tidak akan memberlakukan batasan pada turis perempuan di dalam proyek tersebut.

Selain tidak mewajibkan memakai hijab, dia mengatakan wanita di kawasan wisata tersebut dapat dengan bebas mengenakan bikini.

“Kami tidak akan menanyakan pria dan wanita yang memesan hotel apakah mereka sudah menikah atau belum. Anda akan bisa memakai bikini di Red Sea Destination,” kata Senior Travel Trade Director, Loredana Pettinati. 

Ditargetkan selesai pada tahun 2030, kawasan wisata di Laut Merah itu akan terdiri dari 50 resor, menawarkan hingga 8.000 kamar hotel dan lebih dari 1.000 properti hunian di 22 pulau dan enam lokasi daratan.

Tujuan juga akan mencakup bandara internasional, marina mewah, lapangan golf, hiburan, dan fasilitas rekreasi.

Baca juga: Netanyahu-Jake Sullivan Bahas Normalisasi Hubungan Israel-Arab Saudi

 

Sejarah Pulau Tiran dan Sanafir

Mesir menyerahkan dua pulau Tiran dan Sanafir yang tidak berpenghuni tetapi memiliki nilai strategis ke Arab Saudi pada tahun 2016.

Sebelumnya, Israel sempat menginvasi kedua pulau itu selama Krisis Suez 1956 yang terjadi di Mesir dikutip dari Al Jazeera.

Setelah perang selama hampir satu dekade antara Israel dan Mesir yang berakhir pada tahun 1967, Israel mengembalikan pulau Sinai, Tiran, dan Sanafir ke Mesir.

Kemudian, pada tahun 2016, Mesir menyerahkan pulau Tiran dan Sanafir ke Arab Saudi, dengan syarat pengalihan kepemilikan kedua pulau itu tidak bertentangan dengan perjanjian damai antara Israel dan Mesir.

Dikutip dari Tribunnews, pembukaan Pulau Tiran dan Sanafir untuk turis Israel menunjukkan keinginan Arab Saudi untuk meningkatkan langkah-langkah untuk lebih dekat dengan Israel.

Namun, visi ini akan diwujudkan secara bertahap dan dengan cara yang tidak memiliki signifikansi politik jangka panjang.

Kesepakatan antara Arab Saudi dan Mesir

Dikutip dari Globes, Minggu (22/1/2023), kesepakatan yang mengatur perbatasan laut antara Mesir dan Arab Saudi ditandatangani pada tahun 2016, meskipun ada tentangan dari beberapa pihak di Mesir.

Tiran dan Sanafir dikembalikan ke Mesir oleh Israel sebagai bagian dari perjanjian damai dan beberapa orang menganggap pulau itu sebagai tanah suci Mesir.

Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi bahkan menunda penyelesaian kesepakatan tersebut meskipun Mahkamah Konstitusi Agung Mesir telah menolak petisi yang menentangnya.

Sementara itu, Israel menuntut agar pengalihan kepemilikan pulau-pulau itu tidak melanggar perjanjian damai dengan Mesir.

Perjanjian damai ini terkait penetapan pasukan multinasional yang dipimpin oleh AS akan beroperasi di sana.

Israel juga khawatir bahwa kesepakatan itu akan mengarah pada kendali Saudi atas pintu keluar dari Teluk Eilat dan ingin memastikan bahwa lalu lintas laut Israel di jalur perdagangan tidak akan dirugikan.

Isu ini muncul dalam diskusi antara negara-negara yang terlibat dalam kesepakatan tersebut, termasuk saat kunjungan Presiden AS Joe Biden ke kawasan tersebut.

Kemudian, menyusul terpilihnya kembali Benjamin Netanyahu sebagai perdana menteri pada akhir tahun 2022.

Dalam agenda tersebut ada pembicaraan terkait kedua belah pihak tentang manfaat bagi wisatawan Israel.

Pada tahap ini, muncul solusi yang akan meninggalkan Mesir dengan sisa kedaulatan, sehingga mencapai dua tujuan. Pertama, Mesir akan memiliki hak veto atas apa yang terjadi di pulau-pulau itu.

Kedua, mempertahankan perjanjian damai dan memberikan kesempatan kepada orang Israel untuk berlibur di pulau-pulau tersebut.

Jika begitu, maka pemegang paspor Israel yang memasuki Mesir dari bandara Taba atau Sharm el-Sheikh, akan dapat menghabiskan waktu di hotel dan kasino yang dioperasikan oleh perusahaan Saudi di pulau tersebut.

Namun, visi ini akan diwujudkan secara bertahap dan melalui cara-cara yang tidak memiliki signifikansi politik yang jauh jangkauannya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua

Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi