KOMPAS.com - Unggahan foto menggambarkan seorang wanita atau ibu yang diduga mengerok punggung seorang bayi viral di media sosial, Twitter.
Unggahan foto tersebut diposting oleh akun ini pada Kamis (26/1/2023).
"Anak bayik dikerokin anteng bgt klo yg Laen mah udah ngereog #Goodboy," tulisnya.
Hingga Jumat (27/1/2023) siang, unggahan foto itu telah di re-tweets sebanyak 838 dan disukai 15.500 warganet.
Baca juga: Ramai soal Kena Angin Duduk, Bolehkah Dikerok?
Lantas, bolehkah punggung anak bayi "dikerokin"?
Kulit bayi tipis
Di Indonesia, kerokan umumnya dilakukan untuk mengatasi gejala masuk angin pada seseorang.
Kerokan dilakukan dengan menggosokkan benda tumpul, seperti pinggiran uang logam ke kulit bagian punggung.
Sekilas, tindakan ini dilakukan untuk tujuan baik agar tidak masuk angin. Tapi, bagaimana jika orang yang kerokan adalah seorang bayi?
Baca juga: Muncul Tanda Lahir di Wajah Bayi, Apakah Bisa Dihilangkan?
Menurut dokter spesialis anak Prof Soedjatmiko, bayi yang punggungnya dikerokin bisa menimbulkan bahaya.
"Kulit bayi masih tipis," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Jumat (27/1/2023).
Ia menyatakan, punggung bayi yang masih lemah akan rentan terluka saat dikerokin.
Soedjatmiko menjelaskan, kulit bayi yang tipis membuatnya mudah lecet jika terkena benda keras. Kulit yang lecet akan mudah terkena kuman.
Selain itu, ia menambahkan, bayi akan merasa perih saat kulit yang lecet terkena air atau keringat.
Baca juga: Ramai soal Bayi Diberi Minuman Kopi Saset, Dokter Anak Ungkap Bahayanya
Hanya menyakiti anak
Sementara itu, dokter anak Tisnasari Hafsah juga tidak menganjurkan anak bayi kerokan.
"Wah, kulitnya masih terlalu halus ya. Juga otot dan organ-organ lain masih berkembang," ujarnya, terpisah.
Tidak hanya kerokan, ia bahkan tidak menganjurkan anak untuk dipijat dengan ditekan berlebihan.
"Apalagi dikerok, sepertinya hanya akan menyakiti anaknya, ya," tambahnya.
Di sisi lain, Tisnasari tidak menampik kemungkinan anak tidak merasa terganggu saat dikerokin.
Baca juga: 10 Cara Mengatasi Kulit Belang karena Terbakar Matahari
Ia menyebut bisa saja orang tua melakukan kerokan kepada anaknya dengan pelan atau tidak ditekan melainkan sekadar usapan.
Namun, ia menegaskan, ini kembali lagi ke keadaan anak bayi tersebut.
"Yang penting anak enggak boleh menderita atau kesakitan. Anak harus nyaman, bahagia, dan confidence," katanya lagi.
Sejauh ini, pihaknya belum menemukan bukti bahwa kerokan dapat menjadi salah satu pengobatan untuk mencegah anak masuk angin.
Baca juga: Usia Berapa Anak Boleh Minum Kopi?
Solusi masuk angin pada anak
Daripada kerokan, Tisnasari menyarankan agar orang tua memberikan ASI dalam jumlah lebih sering kepada anak yang masuk angin.
Selain itu, orang tua boleh mengusap perut dan punggung anak dengan minyak atau krim yang menghangatkan.
Tapi, ia melarang orang tua memakaikan minyak yang terlalu panas kepada anak. Contoh minyak yang bisa digunakan pada anak adalah mnyak kayu putih.
Baca juga: Kenali Bahaya Memberi Minum Ramuan Tradisional pada Bayi